Chapter 3

29.7K 3.1K 106
                                    

"Dan mengapa, aku bertanya-tanya. Seorang Lady cantik memilih duduk sendirian di taman daripada berdansa di ruang pesta?" Pria itu mengejutkan Eliza setelah melihatnya duduk sendiri di taman Lady Avery.

"Siapa kau?"

Jordan terkejut atas pertanyaan itu. Karena semua bangsawan yang hadir di pesta ini mengenalnya. Tapi, seorang wanita penyendiri sama sekali tidak tahu siapa dirinya.

"Kau tidak tahu siapa aku?" ia bertanya memastikan.

"Apakah aku perlu mengenalmu, Sir? Seingatku, kita belum diperkenalkan secara resmi."

"Baiklah, Sayang. Duke of Devonshire, siap melayani Anda, Lady...?" Jordan memperkenalkan dirinya dengan keanggunan seorang duke.

"Ahh ... Kau orang yang membuat gempar pesta Lady Avery dengan kedatanganmu tadi."

Jordan menampilkan senyum malasnya. Senyum yang dapat membuat setiap kekasihnya menariknya ke ranjang.

"Kau belum memberi tahu namamu, Cantik. Bukankah itu tidak adil?" ia bertanya pada Eliza dengan mata biru tuanya yang tajam dan menawan.

Lady yang menarik. Mengapa aku belum pernah melihatnya sebelum ini? Sudah dipastikan dia adalah wanita terhormat yang selalu kujauhi.

"Tidak pantas untuk kita berkenalan secara tidak resmi, Your Grace. Lebih baik aku kembali ke dalam."

Jordan merasa heran dengan tidak adanya antusiasme sang Lady pada dirinya. Ia bertanya-tanya apakah pesonanya telah pudar. Tapi, mengingat Lady Helen, kekasihnya saat ini yang tidak pernah mengeluh dan selalu merayunya, ia yakin dirinya masih memesona dan tentunya, dapat memberikan kepuasan padanya.

Jordan berdiam diri di taman tersebut. Enggan beranjak dari sana. Karena pilihannya adalah tetap di sini atau kembali ke dalam dan menemukan seorang wanita untuk dijadikan istri. Sudah jelas, pilihan pertama adalah yang terbaik.

Tapi, mengingat pesanㅡtuntutan lebih tepatㅡibunya untuk segera mendapatkan seorang istri, dengan sangat terpaksa Jordan kembali ke dalam. Tempat pesta perjodohan diselenggarakan.

***

Eliza tidak percaya dirinya bertemu sang duke. Bahkan saat berdansa dengan Lord Falconridge dan Marquess of Allingham di set dansanya, ia kehilangan konsentrasi. Hingga membuatnya salah langkah atau menginjak kaki pasangannya. Dan itu, sangat memalukan.

Tapi jika dipikir kembali. Mereka semua yang hadir di sini mengenal siapa sang duke yang sangat tampan dan memesona. Ia tidak bisa mengelak dalam hal tersebut. Itulah yang membuatnya hilang konsentrasi saat berdansa tadi.

Eliza memikirkan bagaimana tajamnya mata Duke of Devonshire, hidung khas bangsawannya, wajah yang terpahat sempurna, dan bibir yangㅡ

Berhenti memikirkannya, Liz. Hatinya mengingatkan.

Setelah set dansanya berakhir, ia kembali menyendiri. Bukan bersama para wallflower. Ia tidak mau dikategorikan sebagai wallflower pesta, meskipun dirinya belum menikah dan dianggap perawan tua.

Rangakaian acara pesta dansa ia lewati dengan mengobrol santai dengan para pendamping atau melakukan aktivitas remeh lainnya. Hingga acara pesta hanya menyisakan waltz penutup pesta.

Eliza melihat Will berjalan mendekatinya dari pintu ruangan permainan kartu. Ia bersama pria yang tidak dapat dilihat Eliza dengan jelas karena jaraknya masih lumayan jauh.

Pleasures Of a Wicked Duke [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang