Chapter 13

24.1K 2.4K 255
                                    

Aku ingin membicarakan pertunangan kita. Datanglah ke ruang galeri setelah set dansa keempat selesai.

-E-

Jordan sekali lagi membaca surat di tangannya yang ditulis dengan rapi. Kepala pelayannya baru saja memberikan surat itu secara diam-diam.

Pertunangan? Hanya satu orang tunangannya saat ini. Karena beberapa menit lalu ia secara resmi mengumumkannya. Tetapi untuk apa Eliza mengajaknya bertemu? Apakah Eliza ingin membahas tentang mengakhiri pertunangan mereka? Mengapa harus di ruang galeri sialan itu? Mendadak Jordan merasa mulas. Ia tidak mengerti dengan reaksi tubuhnya.

Jordan tertahan beberapa puluh menit di ruang kartu dan beberapa menit untuk menjamu tamu karena ia tidak melihat ibunya di mana pun. Yah ia tidak akan menyalahkan ibunya jika beliau ingin beristirahat setelah persiapan pesta yang dilakukan dan kunjungan ke pesta lain, teater, serta undangan makan malam formal yang dihadiri ibunya sebagai pendamping Eliza.

Ia langsung menuju ruang galeri segera setelah ia selesai menjamu tamu. Jordan tidak ingin Eliza menunggu terlalu lama.

Jantungnya berdebar dengan bertalu-talu. Ia tidak yakin apakah hal itu dipicu karena ia akan bertemu Eliza, hanya berdua. Atau karena akhirnya ia akan memasuki ruang galeri yang dibencinya. Satu-satunya ruangan yang memiliki potret seseorang yang dibencinya.

Jordan berbelok di beberapa lorong. Dan menemukan ruang galeri di bagian utara rumah. Ia membuka pintu ganda yang menghalanginya untuk masuk.

Ruangan itu temaram karena Jordan memang meminta pelayannya untuk membiarkan lilin ruang galeri tidak diganti. Dan sepertinya waktu untuk lilin tersebut padam sudah terjadi.

Jordan mengabaikan potret leluhurnya yang berada di sisi kanan dinding. Hatinya diliputi dengan rasa benci yang mendalam. Juga rasa takut yang menyelinap.

Ia lebih masuk ke dalam dan wangi lavender madu menguar. Mengurangi rasa kebencian yang muncul ke permukaan. Ia mengenali aroma ini. Aroma dari seorang lady yang selama ini mengganggu pikirannya. Juga sesuatu di bagian bawah tubuhnya. Pistolnya.

"Elizabeth?" Nada bertanya itu diucapkan dengan serak. Memberitahu Jordan jika pemilik suara itu baru saja terjaga dari tidurnya.

Jordan tidak menjawab dan terus berjalan mendekat. Memastikan langkahnya menuju sofa yang ada di tengah ruangan.

"Elizabeth, berapa lama aku beristirahat di sini?" Suara itu kembali bertanya padanya. Kali ini dengan nada bergetar.

Jordan masih tidak bersuara. Seakan menyudutkan mangsanya sebelum menerkamnya. Ia tidak menjawab satu pun perkataan Eliza dan terus mendekat. Menikmati aroma lavender madu yang semakin menguar. Menggodanya.

Ia berhenti pada jarak satu meter di depan Eliza yang sudah berdiri. Sepertinya Eliza juga sudah menyadari siapa yang datang padanya. "Eliza...," ujarnya dengan suara serak.

Ya Tuhan, penampilan Eliza saat ini seperti dewi dalam mitologi Yunani yang baru saja selesai bercinta dengan hebat.

Jordan menelan ludahnya. Rambut Eliza terurai sebagian. Mendorong Jordan untuk menyentuh dan menggenggam rambut itu saat pistolnya berhasil menembak.

"Jordan...." Ucapan lirih Eliza membuatnya tidak bisa mengendalikan pertahanan dirinya.

Jordan maju dan meraih pinggang ramping Eliza. Menyergapnya dengan ciuman-ciuman tidak sabaran seperti remaja yang baru saja ingin melepas keperjakaannya.

Pleasures Of a Wicked Duke [Revisi]Kde žijí příběhy. Začni objevovat