Chapter 14

25.1K 2.6K 248
                                    

Hallooo, ada yang kangen saya?
Gak ada ya.
Kangennya sama si Jordan Eliza doang.
Yaudah

Happy Reading guys

***

Seperti perkataan Will sebelumnya, Jordan dengan mudah mendapatkan surat izin khusus dari Uskup Agung Canterbury. Bahkan lebih cepat satu hari dari jumlah hari yang ditekankan oleh Will.

Ya. Jordan mendapatkan izin khusus hanya dalam waktu dua hari. Semua karena kekayaan dan kekuasaannya, tentu saja. Peran Jordan di House of Lords juga menentukan seberapa cepat ia mendapatkan keinginannya.

Jordan melempar surat izin khusus yang baru saja ia dapatkan ke atas meja kerjanya. Ia berjalan menuju lemari minuman keras dan memilih port untuk menenangkannya.

Ia menyesap minumannya dengan perlahan. Pikirannya terbagi antara ketakutannya dan pernikahannya dengan Eliza yang hanya tinggal lima hari lagi.

Jordan sendiri tidak percaya jika dirinya akan menuju ke arah ketakutannya. Ia akan menikah, Demi Tuhan. Pikiran itu membuatnya segera menandaskan port-nya.

Mata Jordan melirik surat izin khusus yang tadi dilemparnya ke atas meja. Ia mendesah lelah dan terkejut ketika pintu ruang kerjanya terbuka dengan agak kasar.

"Aku akan mengundang seluruh ton untuk menghadiri acara pernikahanmu jika kau tidak mau membantuku menyusun daftar tamu!" seru ibunya dengan kasar.

"Mengapa kau tidak mendiskusikannya dengan Eliza?" tanya Jordan dengan malas.

"Apa kau mau pengantinmu terlihat lusuh karena terlalu lelah? Eliza telah membantu banyak untuk mengurus pernikahan yang hanya tinggal beberapa hari lagi. Dan kau, Berandal, aku hanya memintamu memikirkan daftar tamu yang akan kita undang." Elizabeth terengah karena kekesalannya. Ia duduk dengan kasar di sofa ruang kerja Jordan.

Ya Tuhan, bahkan Jordan hanya mengangkat alis mendengar kekesalannya.

"Aku telah menyampaikan dari awal untuk melakukan pernikahan sederhana karena waktu persiapan yang singkat, Ibu. Tapi kau berkeras untuk melakukannya di Westminster Abbey," ujar Jordan dengan santai dan kembali menuangkan port dari karafnya.

"Karena aku tidak akan melewatkan peristiwa bersejarah dalam hidupku dengan hanya melakukan perayaan sederhana di kapel kecil," tutur Elizabeth dengan senyum bahagia di wajahnya, menggantikan ekspresi kesal yang selalu ditampilkannya sejak awal memasuki ruang kerja Jordan.

"Dan peristiwa apa itu?" tanya Jordan. Ia telah menyiapkan erangan untuk jawaban yang akan ibunya berikan.

"Tentu saja pernikahanmu, Nak. Kau. Akhirnya. Akan. Menikah. Dengan. Seorang. Lady," ucap ibunya dengan penekanan pada setiap kata yang diucapkannya.

Dan, ya. Jordan mengerang panjang. Ibunya sangat luar biasa. Lalu ia menyipitkan mata. "Ibu, aku tidak bisa menahannya lagi setelah aku berpikir jernih tanpa menggunakan emosi. Apa Ibu yang menyiapkan semuanya? Surat yang dibuat Eliza dan skandal itu?"

Elizabeth hanya bergeming dengan mengangkat alisnya. Bibirnya yang telah memiliki kerutan memberikan senyuman tipis.

"Mengapa kau berpikir sepertu itu?" tanya Elizabeth.

"Pertama, Eliza tidak tahu semua seluk beluk rumah ini. Dan rumah ini sangat besar di mana terdapat ratusan ruangan. Tapi surat itu menyuruhku untuk datang ke ruang galeri. Kedua, dia sangat terkejut ketika aku masuk ke dalam ruangan tersebut. Hal itu mengindikasikan jika dia tidak merencanakan pertemuan itu," jelas Jordan.

Elizabeth tertawa puas. "Jadi, akhirnya logika cerdasmu kembali, ya? Kau harus memohon maaf karena menuduh Eliza dengan emosimu," ucap Elizabeth.

Jordan mendengkus. "Mengapa kau menciptakan skandal itu? Sudah kubilang jika aku akan mencari istri sendiri," protesnya.

Pleasures Of a Wicked Duke [Revisi]Where stories live. Discover now