Chapter 23

30K 2.2K 297
                                    

Kemaren lupa kasih note tentang pergantian perdana menteri. Itu cuma fiksi ya. Aku belum menyelami politiknya. Kemaren cuma dapet ilmu tentang sistem pemilihan perdana menteri serta masa jabatannya. Jadi aku pake aja 😁

Happy Reading 😘

***

Butuh beberapa hari hingga Eliza bisa melakukan aktivitas di luar ruangan. Jordan dengan sabar mendampingi Eliza. Memberinya laudanum agar Eliza bisa menahan rasa sakit pada kepalanya yang kadang datang tiba-tiba.

Pada hari ketiga setelah Eliza bangun dari tidurnya, Jordan merasa istrinya telah sembuh sepenuhnya. Jadi, Jordan mengajaknya untuk berjalan-jalan di sekitar taman. Menikmati keindahan rhododendron dan azalea yang mekar dengan indah di hampir seluruh sudut taman karena tanah Chatsworth sangat cocok ditanami dua spesies tersebut.

Ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari Eliza. Menuntun Eliza agar duduk di salah satu kursi taman. "Apakah kepalamu masih sakit?" tanya Jordan.

"Aku sudah tidak apa-apa, Jordan. Terima kasih sudah merawatku," ucap Eliza.

"Ya Tuhan, Eliza. Berhentilah berterima kasih." Jordan memegang dagu Eliza dengan telunjuknya dan menengadahkannya agar mereka bertatapan. "Dan tolong hilangkan rasa bersalah dari hatimu, Eliza. Kau tidak bersalah atas kepergian bayi kita. Sungguh, aku tidak bisa terus menerus melihatmu bersedih. Aku ingin matamu kembali memancarkan semangat kehidupan," lanjut Jordan.

"Maafkan aku," lirih Eliza.

Jordan membawa Eliza pada pelukannya. "Berjanjilah padaku, kasihku. Kau mau berjanji padaku?"

"Aku berjanji," kata Eliza.

Jordan tersenyum dan mengecup puncak kepala Eliza yang hanya dikepang sederhana. Mereka menikmati sisa siang dengan bercakap-cakap. Menguatkan perasaan mereka. Memulai kisah cinta mereka.

***

Matahari baru saja menampakkan diri dari tempat peraduannya ketika Eliza mencetuskan keinginannya untuk kembali berkuda.

Jordan melonggarkan dekapannya agar bisa menatap manik hijau Eliza. "Tidak, aku tidak akan mengizinkanmu," ucap Jordan dengan tegas.

Mereka baru saja membuka mata untuk menyambut pagi di musim panas. Di ranjang Jordan. Ya, kamar utama Duke of Devonshire. Sejak saat ia mengakui perasaannya yang terdalam dan Eliza menyambutnya dengan tangan terbuka lebar, Jordan tidak sungkan untuk meminta Eliza tidur di ranjangnya. Untuk selamanya.

Jordan tidak menginginkan kamar tidur terpisah. Persetan dengan pintu penghubung. Persetan dengan aturan bangsawan. Jordan ingin selalu memeluk Eliza. Melihat wajah cantik Eliza sebelum ia menutup matanya di malam hari dan saat ia membukanya di pagi hari.

"Tapi aku ingin berkuda," ujar Eliza dengan tatapan memohon.

"Tidak, Eliza. Kau masih harus beristirahat untuk pemulihanmu," tegasnya.

Jordan tahu Eliza pasti merasa sangat bosan karena hampir satu minggu ini, Jordan melarang Eliza untuk melakukan apa pun selain duduk dan berbaring di ranjangnya untuk beristirahat. Ia hanya mengizinkan Eliza untuk berjalan-jalan di taman. Itu pun harus bersama Jordan. Ia tidak ingin proses pemulihan Eliza memakan waktu lama.

"Aku sudah sehat, Jordan. Aku juga ingin berjalan-jalan. Tidak, bukan hanya di taman Chatsworth," potong Eliza ketika ia melihat Jordan akan menyelanya.

"Eliza...."

"Tidak, Jordan. Ya Tuhan, aku bukan orang cacat. Aku tidak ingin terus menerus berbaring di ranjang seperti orang pesakitan," keluh Eliza.

Pleasures Of a Wicked Duke [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang