Chapter 10

23K 2.3K 179
                                    

Ciuman itu semakin intens di setiap menitnya. Mereka berdua mendengar samar nada-nada pertama waltz dimainkan. Menandakan set kedua baru saja dimulai. Tetapi mereka mengabaikannya. Masih saling memagut dan mencecap rasa masing-masing.

Tangan Jordan tidak tinggal diam. Ia menggerakkan satu tangannya dan meletakkannya di pinggang Eliza. Mengelus pinggangnya dan naik ke punggungnya. Mengakibatkan rintihan kecil keluar dari bibir Eliza yang masih ada dalam lumatan bibir Jordan.

Tubuh Eliza bergetar dan melemas karena sentuhannya. Jordan mengalihkan tangannya dari punggung Eliza kembali menuju pinggangnya. Menopang tubuh gadis itu yang sudah pasrah dalam dekapannya.

Tidak puas dengan hal itu, Jordan kembali menurunkan sebelah tangannya dari wajah Eliza. Menelusuri garis leher Eliza yang jenjang. Menuju ke tulang selangkanya. Dan berakhir di belahan payudaranya. Ia menggeser jarinya ke arah payudara kanan Eliza. Menyelipkan dua jari di dalam gaunnya, dan menyentakkan gaun itu beserta korsetnya hingga payudara kanan Eliza terlihat.

Eliza mengeluarkan pekikan tertahan karena angin malam berembus di payudaranya yang telanjang. Puncaknya mengeras karena hawa dingin yang menyerangnya.

Jordan melepaskan tautan bibir mereka. Memberikan kesempatan Eliza untuk bernapas. Bibirnya menjelajahi tempat yang ia sentuh dengan jarinya. Mengecup tulang selangkanya, turun ke belahan payudaranya dan bergeser ke lembah payudara kanannya.

Ia mendengar Eliza merintih, membuat Jordan mendongakkan kepalanya. Mata Eliza terpejam rapat. Menikmati sensasi kecupan Jordan. Tubuh Eliza mulai gelisah dan bergerak menginginkan lebih. Jordan menyeringai.

"Katakan apa yang kau inginkan, Eliza," ucap Jordan di antara cumbuannya.

Ia mengarahkan kembali kecupannya ke arah payudara Eliza. Hanya mengecup lembah indah yang putih dan halus seperti sutra. Mengabaikan puncaknya.

"Berikan aku," ucap Eliza dengan parau. Terlalu malu untuk memintanya. Eliza merasa kecupan Jordan seharusnya berakhir pada daerah yang sengaja diabaikannya.

"Apa yang harus aku berikan untukmu?" Jordan kembali menggoda Eliza.

"Sialan! Cium saja puncaknya!" geram Eliza dengan kesal.

Jordan terkekeh senang karena berhasil membangkitkan hasrat Eliza yang terpendam. "Seperti ini?" tanya Jordan seraya memberikan kecupan sopan pada puncak payudara Eliza.

Eliza hampir saja memukul kepala Jordan yang terus menggodanya dengan seringaian kemenangan yang menyebalkan. Eliza kembali menggeliat ketika Jordan meneruskan memberi kecupan-kecupan sopan pada puncak payudaranya.

"Kau mau aku melakukannya seperti ini, Cantik?" tanya Jordan. Tangan kananya mulai bergerak dari pinggang Eliza. Menuju bagian gaunnya yang masih menutupi payudara kirinya.

"Oh! Berikan yang lebih dari kecupan sopan!" pekik Eliza ketika Jordan berhasil menyentakkan gaun sebelah kirinya. Membuat dada Eliza terekspos sepenuhnya.

Jordan mengangkat kepalanya sehingga ia bisa melihat dada Eliza yang terlihat sepenuhnya. Dada itu sempurna meskipun hanya cahaya kecil rembulan yang menyinarinya. Tetapi cukup bagi Jordan untuk menilai bahwa puncaknya mengeras seperti menantang Jordan dan berwarna merah muda.

Ia kembali menundukkan kepalanya menuju kenikmatan Eliza dan berkata, "Dengan senang hati akan kuberikan, My Lady."

Dan Jordan melakukannya. Ia mengulum lembut salah satu puncak Eliza dan meremas yang satunya. Membuat Eliza menggeliat dengan liar dan mengeluarkan desahan seksi yang semakin membangkitkan hasrat Jordan.

"Sialan, Eliza. Kau sangat nikmat. Aku menginginkanmu sebelum pertunangan pura-pura kita berakhir," ujar Jordan di antara kulumannya pada puncak Eliza.

Pleasures Of a Wicked Duke [Revisi]Место, где живут истории. Откройте их для себя