Part 2 (Gilang)

75.7K 6.4K 38
                                    

Awalnya aku sangat heran kenapa papa tiba-tiba saja mengajak makan malam bersama keluarga om Ramlan, bukan membahas bisnis seperti sebelumnya. Melainkan menjodohkan ku dengan salah satu putri om Ramlan. Memang perusahaan kami dan perusahaan om Ramlan sudah beberapa tahun ini berkerjasama.

Sehabis pulang dari kantor aku pun langsung melesat ke restoran yang papa janjikan. Sekitar sepuluh menit menunggu akhirnya om Ramlan dan keluarganya datang. Ku lihat Zeeta tampil cantik dan anggun seperti biasanya.

Dia tersenyum.

Sangat cantik..

Dan putri om Ramlan yang satu lagi, Bunga. Malam ini dia terlihat berbeda dari biasanya. Tapi tidak menutupi sisi maskulinnya. Seharusnya dia bisa sefeminin kakaknya. Lagian buat apa memikirkannya. Langsung saja ku alihkan pandanganku pada Zeeta, lalu menyapanya.

Dia benar-benar calon istri idaman.

***

"Begini, kami sudah sepakat.." om Ramlan membuka pembicaraan saat selesai makan malam. Mungkin sekarang saatnya om Ramlan mengumumkan perjodohan ku dengan Zeeta.

"Kami akan menjodohkan nak Gilang dan Bunga" lanjut om Ramlan tersenyum.

Apa???!

Sontak saja aku terkejut mendengar nama Bunga bukannya Zeeta. Kenapa bisa jadi Bunga? Si gadis barbar ini. Ku pikir aku akan dijodohkan dengan Zeeta. Dilihat dari segi umur dan perkerjaan Zeeta lah yang sudah cocok ke pelaminan.

Rasanya aku ingin meninju sesuatu saat ini.

"Tapi pa Bunga masih muda.." ku dengar Bunga mulai berbicara pada papanya.

Aku tidak menatapnya sama sekali. Aku benar-benar tak tahu harus melakukan apa saat ini. Ingin rasanya aku menolak mentah-mentah perjodohan ini.

Namun pada akhirnya kami tetap harus merelakan perjodohan ini juga. Meski dengan berat hati. Tidak ada gunanya melawan orangtua, apalagi ku lihat mama sangat menyenangi Bunga. Sedari tadi mama terus mengusap lembut rambut Bunga sambil tersenyum puas.

Sudah diputuskan pertunangan kami akan dilaksanakan minggu depan. Aku tidak bisa membayangkan memperistri gadis barbar ini. Dia memang tidak pernah mengganggu ku, tapi dari penampilannya setiap hari saja membuat ku terganggu.

***

Saat ini aku dan Bunga berada di dalam mobil ku dalam perjalanan pulang. Tadi mereka memaksa ku untuk mengantarnya. Dia menanyakan kenapa aku tidak menolak perjodohan ini, lalu ku jawab seadanya saja. Dan ketika ku bilang Zeeta lebih dibanding dirinya, dia sepertinya kesal. Kekesalannya naik setelah aku tak sengaja bergumam mengatakan dia gadis barbar.

Dia melayangkan satu tinju ke pipi kiri ku. Ku akui tinjuannya sakit. Dia benar-benar seperti tukang pukul yang disewa rentenir untuk menagih hutang. Daripada aku membalasnya karena dia perempuan, ku putuskan untuk menurunkannya di jalan sepi taksi begini.

Dia langsung turun dari mobil dan menutup pintunya dengan keras. Astaga seperti ini gadis yang akan jadi istri ku? Mungkin aku akan banyak makan hati.

Kenapa takdir ku begitu buruk Tuhan?

***

Ke-esokan paginya aku berangkat ke kantor seperti biasa. Tidur ku semalam benar-benar tidak nyenyak. Aku terus kepikiran gadis barbar itu. Ia jadi mimpi buruk ku. Tidak bisakah Zeeta saja yang dijodohkan dengan ku?

Saat aku masuk ke ruangan papa, disana ku lihat dia-si gadis barbar tengah duduk di sofa yang berseberangan dengan papa. Papa pun terlihat santai saja melihat dia yang tomboy seperti ini dengan kemeja merah dan celana jeans serta sepatu ketsnya. Bukan memakai rok atau terusan seperti Zeeta yang terlihat anggun dan keibuan.

Bunga Si Gilang ✔️Where stories live. Discover now