Part 8

74.4K 6.3K 88
                                    

Sejak kejadian memalukan itu, Bunga selalu mencoba menghindari Gilang. Sebab ia mendadak selalu gugup jika berhadapan dengan pria itu. Tapi sore ini sepertinya ia tidak bisa menghindar lagi.

"Mau kemana?" Gilang melipat korannya ketika melihat Bunga keluar dari kamar, sudah rapi dengan rok diatas lutut dan blouse berlengan sejengkal lengkap dengan sling bag nya.

Setelah menikah, Bunga memang kelihatan sedikit lebih feminin di mata Gilang, karena semua jenis pakaian Bunga yang telah berubah haluan.

"Bukan urusan mu" Bunga berusaha cuek sambil berlalu ke pantry mengambil minuman kaleng di lemari es.

"Aku tahu kamu belakangan ini menghindar"

"Perasaan mu aja kali" Bunga meneguk minumannya, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya.

"Ah jangan-jangan.. itu ciuman pertama mu" tebakan Gilang sukses membuat Bunga menyemburkan minuman dalam mulutnya. Wajahnya seketika merona menahan malu.

"Dilihat dari ekspresi mu, dugaan ku benar" Gilang terseyum geli menatap Bunga.

"Sok tahu!" Bunga melangkah cepat ke arah rak sepatu, mengelak dari Gilang.

"Kamu harus pulang sebelum jam sepuluh. Ini aturan disini" Gilang beranjak menghampiri Bunga lalu menatapnya serius.

"Apaan sih? Suka-suka aku dong!" Bunga melangkah menuju arah pintu setelah ia memakaikan flast shoes warna hitam itu di kakinya.

"Ingat, sebelum jam sepuluh!" Gilang menekankan pada Bunga. Memperingatkan istri nakalnya itu.

Bunga langsung memutar bola matanya mendengar perintah itu. Ia mendengus dan segera beranjak meninggalkan Gilang.

Saat ini Bunga ingin bertemu teman lama semasa SMA-nya dulu. Menurut informasi yang ia dapat, Billy-nama temannya itu sudah punya toko kue laris dan cukup terkenal. Bunga ingin meminta tolong padanya supaya menerimanya berkerja disana.

***

Bunga hampir sejam menghabiskan waktu berbincang-bincang dengan teman lamanya itu. Dan akhirnya Bunga pun diterima berkerja di toko kue milik Billy. Alasannya karena papanya tengah menghukumnya dan menarik semua fasilitas miliknya. Hingga Billy merasa prihatin dan menerimanya. Tidak mungkin kan Bunga jujur mengatakan pada Billy kalau ia sudah menikah dan hidup sengsara karena punya suami kejam?

Gajinya memang tidak banyak, cuma lima ratus ribu rupiah per bulan. Lagian, Bunga juga berkerja hanya tiga jam disana. Mulai dari pukul enam sore hingga sembilan malam. Walau begitu, Bunga tetap bersyukur karena mendapat uang tambahan.

Bunga memang benar-benar butuh uang. Rencananya ia ingin membeli kemeja, jeans dan sepatu untuk dikenakannya lagi. Ia merasa masih tidak nyaman dengan pakaian-pakaian yang diganti oleh mamanya itu. Tapi, soal memiliki motor besar, sepertinya ia harus membuang jauh angannya itu. Karena gajinya tidak akan pernah cukup.

***

Gilang bolak-balik melihat jam di dinding. Sudah jam sepuluh malam tapi Bunga belum juga pulang. Ia mencoba mendial nomor Bunga. Yang terdengar suara dering ponsel berbunyi dari arah pantry. Gilang melangkah kesana, mendekatinya. Rupanya Bunga lupa membawa ponselnya. Ponsel itu tergeletak begitu saja di atas meja.

Gila(ng) calling..

Sial! Bunga sengaja menamainya gila. Gadis itu memang jago membuatnya kesal sampai ke ubun-ubun.

***

Bunga membuka pintu apartment dengan wajah lelah. Tadi ia sudah mulai berkerja di toko kue Billy. Lebih cepat itu lebih baik.

Bunga Si Gilang ✔️Where stories live. Discover now