Part 6

71.5K 5.9K 32
                                    

Pesta pernikahan itu diselenggarakan di salah satu hotel ternama di Jakarta dengan nuansa gold megah yang terkesan mewah. Membuat semua para undangan takjub dengan dekorasinya, ya para undangan tanpa karyawan Mahendra Company tentunya.

Bunga pun sudah disulap menjadi sosok yang sangat cantik dan anggun seperti bukan dirinya yang sering terlihat sehari-hari. Tak sedikit yang memuji Bunga saat memberikan selamat kepada kedua mempelai itu. Sebenarnya Gilang juga sependapat dengan para undangan itu, hanya saja ia tak mau mengakuinya karena itu akan membuat Bunga besar kepala dan berbangga diri.

Kedua orangtua mereka tampak begitu bahagia. Hanya Zeeta saja yang tidak kelihatan batang hidungnya dari awal hingga akhir resepsi. Zeeta beralasan tidak bisa hadir karena sibuk. Ia tidak bisa membatalkan kontrak dengan salah satu majalah.

"Kamu dimana Zee?" tanya Gilang dengan nada lembut lewat sambungan telepon.

"Kamu nggak bohongkan?"

"Yaudah.. kalau gitu jaga kesehatan mu. Jangan terlalu capek. Istirahatlah"

Nada suara Gilang terdengar begitu lembut menghubungi Zeeta. Bunga tak sengaja mendengarnya saat mereka berganti pakaian pengantin di salah satu rest room hotel. Sekarang Bunga sudah tahu dan tanpa ragu lagi berpikiran kalau Gilang dan Zeeta memang memiliki ketertarikan satu sama lain.

Entah kenapa Bunga yakin pernikahan ini tidak akan bertahan selamanya, cepat atau lambat akan berakhir jua. Saat itu tiba Gilang bisa kembali pada Zeeta dan hidup bahagia. Ia juga pasti akan menemukan pria yang mencintainya tulus apa adanya kan? Bunga menarik nafas dalam-dalam... mungkinkah ada? bisiknya dalam hati.

***

"Kenapa?" tanya Gilang, menoleh sebentar pada Bunga yang sejak tadi didengarnya menghela nafas.

Sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju apartment Gilang usai resepsi.

"Hah? Nggak papa" Bunga menoleh pada Gilang yang sedang fokus menyetir ke depan.

Semua barang-barang milik Bunga diurus oleh mamanya sendiri. Mulai dari baju hingga sepatu, serta motor besarnya juga. Bunga tinggal menerima beres saja, cukup membawa kopernya ke apartment Gilang.

***

"Kamu bisa pindahin isi kopermu di lemari" ucap Gilang saat mereka sudah tiba dan berada di dalam kamar besar milik Gilang. Kemudian Gilang melenggang masuk ke dalam kamar mandi.

Bunga pun membuka lemari besar itu, di sebelah kanan ada pakaian Gilang dan yang kiri untuknya. Bunga mulai membuka kopernya. Saat akan meletakkan pakaiannya ke dalam lemari alangkah terkejutnya Bunga. Matanya membesar sempurna. Ternyata isi kopernya itu adalah baju tidur berlengan satu jari yang panjangnya sejengkal di atas lutut, rok di atas lutut, serta gaun dan atasan yang begitu girly.

Oh astaga!! Kemana perginya semua skinny jeans, ripped jeans, kemeja, dan kaos longgar miliknya?! Bunga meradang, ia tak habis pikir bisa jadi begini.

"Mandi sana! Kamu pasti nggak akan bisa tidur nyenyak kalau pakai riasan begitu" Gilang keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang basah. Mengenakan kaos putih dan bokser biru tua.

"Gimana aku bisa ganti baju sama yang beginian?" Bunga mengangkat satu baju tidurnya, menunjukkan pada Gilang dengan penuh kekesalan.

"Ini pasti ulah mama! Harusnya aku nggak percaya gitu aja sama mama yang beresin barang-barang ku" ucapnya makin kesal sembari melempar asal baju tidur yang di tangannya ke lemari.

"Itu biasa dipakai sama perempuan" ucap Gilang datar.

"Cepat beresin koper mu, terus mandi. Aku nggak mau tidurku terganggu karena suara air mandi mu nanti" Gilang mulai merebahkan badannya yang pegal di tempat tidur king size itu.

Bunga Si Gilang ✔️Où les histoires vivent. Découvrez maintenant