Part 7

69.8K 5.9K 64
                                    

Gilang menerima balasan bertubi-tubi dari Bunga. Mulai dari Bunga mencampurkan obat pencahar dalam air minumnya yang membuatnya bolak-balik toilet, menambahkan garam di kopinya, hingga membuat ban mobilnya bocor.

Dan sekarang Bunga mematikan saluran air kamar mandi. Ia jadi tak bisa membilas rambut dan wajahnya yang tengah dipenuhi busa, yang membuat matanya sangat perih.

"Bunga!!!" Gilang berteriak keluar kamar mandi, mencari Bunga sambil mengulurkan tangannya hingga menemukan pintu keluar kamar.

Dari pantry Bunga terkikik sendiri saat mendengar teriakan Gilang itu. Ia jadi semakin menikmati roti dan minuman kalengnya.

"Aku tahu ini ulah mu! Balikin handuk ku nggak?!!" Gilang berdiri di depan pintu sambil bertelanjang dada, ia hanya memakai bokser berwarna hitam. Gilang mengusap matanya dengan punggung tangannya yang masih berbusa. Tindakannya itu pun sukses membuat matanya semakin perih saja.

"BUNGA!!!" Gilang berteriak keras.

Kali ini alasan Bunga mengerjai Gilang karena suaminya itu sudah sengaja mengatakan kepada setiap kantor yang Bunga masukkan lamaran kerja agar tidak menerimanya, menolaknya.

Padahal Bunga butuh perkerjaan lain, karena ia tidak akan bisa mengatur hidupnya hanya dengan gaji enam ratus ribu per bulannya dari kantor Gilang. Ia butuh uang banyak! Untuk mengembalikan hidupnya menjadi seperti semula.

"Iya bawel! Kalau aku bantuin kamu. Imbalannya apa?" Bunga menghampiri Gilang yang masih memejamkan mata menahan perih.

"Nggak ada imbalan-imbalan!" seru Gilang.

"Yaudah kalau nggak mau.." Bunga hendak beranjak dari tempatnya.

"Iya-iya aku tambahin uang saku mu jadi tiga puluh ribu sehari" ucap Gilang memberi penawaran.

"Apa?! Cuma naik sepuluh ribu? Pelit amat. Nggak mau!" Bunga menolak.

"Oke oke lima puluh ribu"

"Seratus ribu!"

"Oke.. Sekarang mana handuknya? Mata ku perih Bunga!" pinta Gilang sambil menahan rasa kesal dan perih di mata.

Bunga hendak mengambilkan handuk yang sudah disembunyikannya, namun bunyi bel mengurungkan niat baiknya yang ingin membantu Gilang itu.

"Ada tamu, bentar ya?" bunga terkikik melihat wajah menderita Gilang.

"Bunga.." geram Gilang.

Saat membuka pintu..

"Kak Zeeta?" yang dilihat Bunga adalah sosok kakaknya sendiri. Sudah hampir dua minggu setelah pernikahannya baru kali ini Zeeta menampakkan diri.

"Hai.. boleh masuk?" Zeeta tersenyum kaku.

"Iya kak. Kakak kemana aja sih baru nongol?" tanya Bunga pada Zeeta yang sudah masuk dan mengikuti langkahnya menuju ruang tengah.

"Loh mas Gilang kamu kenapa?" Zeeta tak menjawab Bunga, ia panik saat melihat Gilang tengah meringis menahan perih di ujung pintu kamar. Zeeta pun segera menghampirinya.

"Zee itu kamu?" tanya Gilang dengan mata tertutup.

"Iya. Sini biar aku bersihin" Zeeta menarik bahu Gilang agar menunduk. Pelan-pelan Zeeta membersihkan wajah Gilang dengan scarf tipis miliknya.

Pemandangan romantis itu tak luput dari pandangan Bunga. Bunga langsung saja memutar bola matanya malas melihat adegan itu.

"Bentar, aku pakai baju dulu" Gilang tersenyum pada Zeeta. Sebelum menghilang dibalik pintu kamar Gilang sempat melemparkan tatapan kesalnya pada Bunga. Bunga hanya menghendikan bahu tak perduli.

Bunga Si Gilang ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang