Part 19

100K 6.5K 301
                                    

Bunga bersandar di kepala ranjang sambil memperketat selimut yang menutupi tubuh polosnya. Ia melirik jam dinding, ternyata sudah pukul sepuluh pagi. Setelah melakukan aktivitas itu dengan Gilang, Bunga jadi ngantuk akut. Makanya ia tidur nyenyak dan bangun sesiang ini. Melihat Gilang yang masih tertidur damai, wajah Bunga memanas mengingat aktivitas mereka semalam. Gilang melakukannya dengan lembut dan hati-hati. Di setiap gerakannya dalam penyatuan mereka, Gilang terus mengerang membisikkan kata-kata sayang... sayang ku... di telinga Bunga. Bunga terbuai, tak sempat berniat meninju-menendang Gilang. Justru ia menikmatinya dan menginginkan Gilang terus menyentuh dan menciumi seluruh tubuhnya. Hingga Gilang mengulanginya tiga kali.

Oh astaga, ia benar-benar telah melakukannya dengan Gilang! Bunga menyentuh pipinya yang merona dan tak sadar selimutnya melorot hingga pinggang.

Gilang baru saja membuka mata dan kembali bergairah menatap Bunga. Ia mengelusi sepanjang pipi dan dagu Bunga. Bunga menoleh dan semakin merona menerima tatapan Gilang. Ia beranjak turun dari tempat tidur tapi Gilang mencegat tangannya.

"Mau kemana?" suara Gilang serak.

"Aku mau mandi."

"Ngapain cepat-cepat mandi?" Gilang mengusap lembut lengan Bunga yang tak tertutupi apapun. Nafas Bunga tercekat.

"Habis mandi a-aku mau makan. Emang ka-kamu nggak makan?"

"Aku makan, tapi makan kamu hhhmm..." Gilang menyembunyikan dan menggesek-gesekkan wajahnya di dada polos Bunga. Tangannya bergerak mengusap punggung polos istrinya, kemudian menyentuhnya di tempat-tempat yang tepat.

Darah Bunga berdesir menerima perlakuan Gilang itu.

Dan akhirnya pagi itu mereka melakukannya lagi yang ke-empat kalinya.

***

"Aku boleh beli jeans ini nggak?" Bunga menunjuk jeans panjang berwarna navy di mannequin. Sekarang mereka di Harrod's Department Store, pusat perbelanjaan terkenal sekota London.

Tadi setelah selesai melakukannya lagi, mereka langsung membersihkan diri dan makan siang di hotel dengan melewatkan sarapan pagi. Kemudian berjalan-jalan santai di Holland Park. Gilang terus menautkan jari-jari mereka. Meski awalnya Bunga malu-malu berusaha melepaskan.

Setelah dari sana, mereka menaiki kincir raksasa London Eye. Meski antriannya panjang, tapi Bunga tak menyesali. Dari atas, ia bisa melihat panorama keindahan kota London dengan sungai Thames-nya. Gilang pun memeluk Bunga dari belakang, menumpukan dagunya di bahu Bunga sambil menikmati keindahan kota London.

"Ambil aja." Gilang mencium pipi Bunga. Bunga menatap Gilang tak percaya.

"Serius? Kamu kan nggak suka kalau aku pakai jeans."

"Suka-suka aja, ambil kalau mau." Gilang mengecup bibir merah Bunga, membuat Bunga seketika merona.

"Ada banyak orang.." ucap Bunga malu-malu. Gilang melirik ke sekitar. Semuanya terlihat biasa saja, tak ada yang mempedulikan.

"Ini bukan di Indonesia. Mereka biasa aja. Lihat tuh!" Bunga menoleh ke samping, kesempatan Gilang mencium pipi Bunga lagi.

"Apaan sih..." Bunga pura-pura mencebik kesal. Tapi dalam hati senang.

"Cepat belanjanya. Biar kita balik ke hotel lagi." Gilang memeluk gemas Bunga sambil menggigit kecil-kecil daun telinga Bunga. Nafas Bunga memburu menerimanya. Jantungnya pun berdebar menangkap maksud ucapan Gilang.

"Ta..pi kamu bilang, ki..ta mau makan malam di restoran teman mu."

"Besok malam aja."

***

Bunga Si Gilang ✔️Where stories live. Discover now