Part 3 (Bunga)

70.3K 6K 50
                                    

Aku menatap lurus cermin di depan ku. Disana tampak seorang gadis berdiri dibalut gaun elegan berwarna dusty pink berlengan panjang. Wajahnya dipolesi make up yang senada dengan warna gaunnya. Rambutnya pun diikat ke atas dengan sedikit hiasan dan memperlihatkan lehernya yang jenjang digantungi berlian indah.

Dia begitu cantik..

Apa dia itu aku?!

"Bunga ayo turun kebawah" suara mama membuyarkan ku yang sedang asyik bercermin.

"Iya ma"

Ini adalah malam pertunangan ku dan mas Gilang. Padahal calon tunanganku itu menyukai kakak ku sendiri. Aku melihat dan mendengar sendiri ucapan mas Gilang pada kak Zeeta beberapa hari yang lalu di kantor. Tapi aku berpura-pura tidak tahu.

Bukannya aku takut pertunangannya batal. Bukan pula egois, justru aku bertahan karena mama. Mama sangat antusias dengan perjodohan ini. Aku tidak tega melihat mama sedih. Waktu itu saja mama sempat berlinangan air mata saat menyuruhku berkerja di kantor mas Gilang. Tujuannya untuk mendekatkan ku dengan pria arogan itu.

Awalnya mama memaksa ku untuk jadi sekretarisnya. Tapi setelah bicara dengan om Andi-papanya mas Gilang, aku minta kerja dibagian marketing saja. Sebelumnya aku sudah bilang pada om Andi untuk merahasiakan perjodohan ini, karena aku merasa tak enak dengan karyawan lain.

Sekarang aku dan mama sudah turun ke bawah dan berada di tengah para tamu undangan. Mas Gilang berdiri gagah di depan sana mengenakan tuxedo hitam mahalnya yang terlihat sempurna di badannya. Dia sepertinya sedikit terkejut saat melihat ku.

Hm.. dia pangling?

Hahaha tentu saja tidak! Pasti dia merasa aneh dengan gadis barbar ini. Meski sudah didandani, baginya aku masih tak secantik kak Zeeta. Aku jauh dibawah kak Zeeta, begitu.

Sembari berjalan menuju tempat mas Gilang. Mama terus memegang kuat lenganku. Mama takut aku jatuh karena high heels yang ku pakai ini.

"Nak Gilang.. Bunga cantik ya malam ini?" ucap mama saat kami sudah berada di dekat mas Gilang.

Apaan sih mama!

"Iya tante" katanya tersenyum ke mama, kemudian melihatku sekilas. Aku tahu dia pasti tidak ikhlas mengatakannya. Aku memutar mata ku malas. Aku juga tidak mengharapkan apapun darinya. Cih!

Sejak di malam dia menurunkan ku di jalan, aku belum pernah berbicara lagi dengannya. Karena aku merasa kesal sekali. Bertambah pula dengan kenyataan dia sangat tertarik pada kak Zeeta. Eh tunggu dulu, bukan aku cemburu. Pokoknya aku cuma kesal. Cuma kesal.

Tak lama, acara tukar cincin pun dimulai. Setelah aku selesai memasukan cincinnya di jari manis mas Gilang, gantian kini gilirannya dan tak sengaja aku melirik ke arah kak Zeeta yang tampak seperti sedang menahan rasa kesal. Ah mungkin itu hanya perasaan ku saja! Atau jangan-jangan dia tertarik juga sama mas Gilang yah?

***

"Kalau kamu nggak bisa pakai heels, lebih baik jangan dipakai" bisik mas Gilang di telinga ku. Sempat tercium oleh ku wangi maskulin khas pria dari kulitnya. Lengan ku merangkul lengan mas Gilang untuk menyanggah tubuh ku agar tak jatuh karena high heels sialan ini.

Saat ini kami berjalan bersisian menghampiri tamu undangan satu per satu yang tengah menikmati makanannya. Kami memang tidak mengundang karyawan kantor perusahaan mas Gilang. Seperti yang ku katakan tadi, karena aku tidak mau mereka tahu perjodohan ini. Aku tak suka dibedakan jika mereka tahu aku calon istri mas Gilang. Dan syukurnya keluargaku dan keluarga mas Gilang setuju meski sementara.

"Bikin susah aja" bisiknya di telinga ku, yang terdengar seperti keberatan. Sontak aku mendongak menatapnya tajam. Aku bikin susah?! Segera ku lepaskan rangkulanku di lengannya.

"Oke aku bisa sendiri!" kata ku galak.

Kami berjalan ke arah mas Denis dan kak Zeeta yang sedang bersama. Mas Gilang sampai lebih dulu disana sedangkan aku berjalan pelan menyeimbangkan langkahku. Sialnya sedikit lagi aku sampai di tempat mereka, high heels ku menginjak ujung gaunku. Dan akupun tak bisa menahan keseimbangan tubuhku lagi. Sepertinya aku akan jatuh.

Mampuslah aku!

"Kamu bikin susah aja" bisiknya lagi yang kedua kali. Sial! Sial! Sial! Aku direngkuh oleh mas Gilang. Sekarang aku berada dipelukannya. Wajahku tepat di depan dadanya yang bidang itu.

Entah apa penyebabnya.. jantung ku berdetak lebih cepat dari biasanya dan rasanya sulit sekali bernafas. Hah... sepertinya aku kekurangan oksigen. Aku pun segera melepaskan diri dari mas Gilang, lalu tak sengaja tatapan kami bertemu. Jujur, dia itu punya mata yang indah. Astaga! Aku semakin sulit bernafas dan wajahnya terasa menghangat.

Huhh.. apa yang terjadi padaku? Aku terus mengipasi wajah ku dengan tangan ku sendiri.

"Kamu nggak papa?" jangan kalian pikir pertanyaan itu keluar dari bibir mas Gilang. Itu suara mas Denis. Dia mengusap bahu ku sambil tersenyum lembut.

"Aku nggak papa mas" aku tersenyum pada mas Denis.

"Ya ampun Bunga. Kamu ini lucu banget sih. Pakai heels aja nggak bisa" kak Zeeta tersenyum mengejek.

"Loh kak Zeeta kan udah tahu kalau aku nggak bisa pakai ginian dari dulu" aku mengernyit menatap kak Zeeta.

"Oh iyaya. Kamu kan sukanya pakai sepatu kets. Mulai sekarang jangan pakai lagi ya? Nanti kasihan mas Gilang punya istri tapi nggak bisa dibawa ke acara perusahaan"

Apa cuma aku disini yang merasa kak Zeeta seperti mengumumkan kejelekan ku? Dia mau bilang kalau mas Gilang bakalan malu memperistri ku, gitu? Aku merasa sikap kak Zeeta sangat berbeda pada ku malam ini, tidak seperti biasanya.

"Yaudah dia bisa pergi sendiri" jawab ku cuek kemudian menatap wajah datar mas Gilang.

"Nanti mas Gilang diambil orang loh" kak Zeeta memberi senyuman terbaiknya pada mas Gilang. Sedangkan yang diberi senyum sepertinya sangat terpesona.

Hell yah!

"Ehem.." mas Denis menginterupsi perdebatan kecil diantara kami.

"Bunga, malam ini kamu kelihatan beda. Kamu cantik" mas Denis tersenyum, yang ku balas senyuman juga. Dia baik padaku, sangat berbeda dengan mas Gilang. Aku kenal dengannya beberapa hari yang lalu setelah berkerja di perusahaan mas Gilang. Ternyata mereka itu sepupuan.

"Selamat atas pertunangan kalian" kata mas Denis. Mas Gilang mengangkat bahunya dengan cuek. Tak lupa senyum masam di wajahnya. Saat ini tanganku benar-benar gatal untuk meninjunya.

"Perhatian semua. Maaf mengganggu" terdengar suara papanya mas Gilang. Semua orang yang ada disini sudah menatap ke arah beliau.

"Saya mau mengumumkan kalau pernikahan Gilang dan Bunga akan diadakan minggu depan"

Apa??!! Minggu depan??!!

Aku dan mas Gilang sama-sama terkejut. Kenapa semua serba mendadak begini?

"Undangannya akan kami berikan secepatnya. Terimakasih"

Tepuk tangan semua orang terdengar seperti suara bom di telingaku. Apalagi mama terlihat begitu antusias. Membuat ku langsung memutar bola mata jengah.

Mas Gilang sendiri memijat keningnya yang mendadak pening. Sementara kak Zeeta tampak sangat kesal melihat ku dan mas Gilang, kemudian cepat dia pergi meninggalkan ruangan. Sedangkan Mas Denis tersenyum padaku, seolah memberi ucapan selamat.

Oh ya ampun!

Tbc..

Thanks for reading.

Love you,

lotuscrown

Bunga Si Gilang ✔️Where stories live. Discover now