10. Terima Kasih

38.6K 2.3K 17
                                    

Remember when we had it all?
Remember when you took my calls?
You were my whole world
You were my whole world

Not a thing said to me
Question now if my heart bleeds
You were my whole world
You were my whole world

I can't stop watching my phone
Can't turn it off
What is wrong with me? I can't, baby
But if you change your mind then I'll miss it

Now I'm crying alone
Hotel, never much fun
Not when there's nobody to catch your tears
Out here...

-

Kertas di atas nakas menarik perhatianku sejak aku terbangun barusan. Sebuah pesan dari Raffa. Tulisannya yang berantakan dan kacau membuatku tersenyum kecil. Dasar dokter itu.

Senyum ya. Aku merasa hatiku memaksakan senyum. Tanpa ku sadar air mataku terjatuh. Aku ini apaan sih, malah menangis begini. Hiks, hanya saja aku tidak kuat dengan kenyataan bahwa aku sudah melakukan kesalahan besar dalam hidupku.

Aku berangkat kerja dulu. Sarapan sudah aku siapkan untukmu.

Bahkan aku tidak nafsu untuk memakan sarapanku. Kenapa dia perhatian sekali padahal aku sudah menyakitinya. Aku tidak bisa menghentikan tangisku. Aku merasa sangat bersalah. Semakin mengingat ekspresi kecewanya kemarin, semakin hatiku tersayat.

Aku harus melakukan sesuatu. Tidak bisa jika hubungan kami terus begini. Aku sudah memikirkannya semalaman. Sampai mataku bengkak seperti ini. Aku harap ini adalah jawaban yang tepat.

Ah ini sudah tanggal berapa ya? Hari senin... bukankah hari ini Raffa berulang tahun?

Segera aku bersiap pergi ke kantor. Aku harus bekerja untuk mencukupi kebutuhanku sendiri. Aku bukan istri manja yang hanya mengharapkan uang suaminya. Aku juga ingin mandiri dan bekerja.

Aku menarik nafas perlahan, berusaha menghilangkan sesak dihatiku. Aku harus semangat dan melupakan masalahku untuk saat ini. Aku harus profesional dalam hal pekerjaan.

Sampai di mejaku, Jason sudah nangkring dan menanyai bagaimana keadaanku yang sudah dua hari tidak masuk kerja.

"Saya baik-baik saja, Pak."

"Benar kamu sudah sehat? Bagus kalau begitu. Aku repot kalau tidak ada sekretaris seperti ini."

Aku mengangguk mengerti dan mulai berkutat dengan pekerjaanku sampai aku lupa dengan masalah yang sedang kuhadapi. Hah, ini satu-satunya cara untuk melarikan diri.

Masalah yang sudah normalnya hadir dalam sebuah hubungan, aku pasti bisa melawannya. Aku yakin pada diriku sendiri. Sudah semalaman aku memikirkannya sampai aku hanya bisa tidur 4 jam saja.

Sekarang, aku mengerti dengan perasaanku. Tidak peduli bagaimana dengan Raffa. Jika memang hanya aku, maka aku akan berjuang sampai aku berhasil membuatnya terjatuh. Yap, aku pasti bisa.

Pulang dari kantor, aku pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan untuk membuat kue. Sudah jam 4 dan aku harus cepat sebelum Raffa sampai dirumah.

Aku dulu sering membuat kue bersama Mama dan Kakak. Mengenang masa lalu rasanya sedih sekali ya. Kakak yang sudah pergi, tidak pernah ku bayangkan sebelumnya. Walaupun kami tak begitu dekat, tetap saja rasanya hampa tanpa keberadaannya lagi.

Semua bahan sudah siap dan saatnya untuk bereksperimen. Sebenarnya aku tak terlalu pandai membuat kue tart, tapi kurasa ini lebih dari cukup karena aku sering melakukannya dulu.

Satu jam berlalu, aku menunggu sampai kue matang. Lalu memberinya Icing untuk mempercantik. Aku menulis umur Raffa diatasnya. Nah, sudah selesai. Tinggal menyalakan lilin ketika dia datang.

After The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang