11. Honeymoon pertama

49.5K 2K 11
                                    

Udara panas menerpa wajahku saat aku turun dari pesawat di bandara Jalaluddin saat ini. Raffa langsung melindungi kepalaku dengan jaketnya.

Awalnya aku tak menyangka Raffa akan mengajakku pergi ke Gorontalo, apalagi ternyata dia sudah memesan cottage untuk kami di Pulo Cinta. Aku tidak bisa menahan rasa bahagiaku ketika kemarin malam setelah melakukan aktifitas bercinta kami dia memberiku tiket pesawat ke Gorontalo.

Sudah ku bilang kalau Raffa itu pria misterius sekali. Dia sudah merencanakannya sendiri. Tapi aku senang, dengan kemisteriusannya itu aku lebih mengerti sifatnya.

"Mau minum?" tanyanya ketika kami sudah duduk dalam tumpangan gratis yang akan mengantar kami ke Kabupaten Boalemo.

Aku mengangguk dan langsung meneguk air mineral hingga tandas. "Ah, haus sekali." Aku sensitif dengan cuaca panas seperti ini, jadinya aku sering minum. Air minum yang di dapat dari pesawat nggak cukup.

"Istirahatlah. Kita akan memakan waktu dua jam perjalanan baru sampai disana," kata Raffa.

"Aku sudah tidur di pesawat, masa tidur lagi." Aku mencebikkan bibir.

Raffa mengusap kepalaku dengan sayang. Aku memeluk lengannya seraya menyender. Bahagianya ketika kami sudah saling mencintai. Tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi sekarang.

Raffa mengambil cuti satu minggu untuk berlibur bersamaku, sementara kursi direktur di ambil alih oleh sepupunya yang juga dokter di rumah sakit keluarga. Aku tidak percaya Raffa akan meluangkan waktunya untukku.

Dia benar-benar mengaturnya dengan baik, ya...

-

Dua jam duduk di mobil rasanya benar-benar capek. Aku menguap dan meregangkan tubuhku. Kakiku terasa kaku dan kesemutan. Akhirnya kami sampai di Boalemo.

Kapal yang akan membawa kami ke Pulo Cinta sudah di siapkan. Raffa menuntunku untuk naik. Tidak banyak wisatawan yang akan pergi ke sana karena bukan musim libur.

Angin laut yang sejuk basah walaupun panas membuatku tersenyum, rasanya tenang sekali. Bau laut yang paling ku suka masuk ke hidungku. Aku rindu laut, sudah berapa lama aku tidak main ke pantai ya?

Setelah 30 menit menempuh perjalanan melewati laut, kami akhirnya sampai di Pulau Cinta. Aku merentangkan tanganku lebar. Rok dress yang ku pakai berkibar di tiup angin. Rambutku yang ku urai ikut tertiup.

"Hah, segarnya," gumamku sambil memejamkan mata.

Raffa menaikkan koper dan tas kami ke atas jembatan kayu. Bukannya membantu, aku malah asyik sendiri. Sudahlah, itu kan memang tugasnya sebagai suami. Masa istri yang harus membawa koper?

Aku berlari kecil menuju cottage kami, meninggalkan Raffa di belakang. Setelah membuka pintu, aku langsung menghempaskan tubuh ke ranjang.

"Empuknya..." gumamku.

"Kamu ini, bukannya bantuin bawa barang, malah tidur."

"Aku nggak tidur. Aku cuma capek aja. Yaudah Mas juga istrihat biar aku beres-beres."

Aku berjalan menuju tas-tas kami. Mencari-cari baju renangku.

"Cari apa?"

"Baju renang."

"Kamu mau berenang?"

"Iya, tapi nanti sore aja. Aku mau santai-santai dulu diluar."

"Oke. Mas tidur ya."

Aku menjawab dengan deheman. Suasana panas yang tidak begitu menyengat, ombak sunyi, dan angin yang menggema. Aku merasakan masa lalu yang hadir. Bagaimana aku lahir, tumbuh, jatuh cinta, hingga menikah dengan calon iparku sendiri.

After The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang