Delapan

8.2K 487 2
                                    

"Kita mau tampil apa nanti, Dim?" tanya Vira saat mereka berjalan menuju kelas. "Apa ya Vir?" tanyanya balik sambil berfikir.

Tak lama ia pun mengusul. "Vir, lo bisa nyanyi?" Gadis itu pun mengangguk. "Ya lumayan lah."

"Gue tau apa yang mesti kita lakuin."

***

"Dap, hari ini gue gak bareng ya." Sahut Vira saat mereka bersiap-siap pulang.

"Loh kenapa? Tumben." Tanyanya.

"Ada deh." ia pun mengerenyitkan dahi. "Sok secret gitu loh, jir." Vira hanya tertawa geli mendengarnya.

"Emangnya lo gak dianter sama si Chris?"

"Engga, dia ada futsal."

"Oke gue duluan ya!" Davina pun mengangguk.

Gadis itu pun segera berlari ke ruang musik bersamaan dengan Dimas yang sudah berada di samping kelas- menunggu dirinya.

"Dim, jangan deket-deket nanti ada yang ngeliat!" bisik Vira saat mereka berlari. Cowo itu pun segera menjaga jarak dengannya.

Setelah melihat pintu ruang musik ia pun segera masuk. "Huft."

Eh Dimas mana?

Ia pun melihat ke luar ruang musik, tetapi nihil. Tidak ada jejak Dimas disana.

Mungkin ke toilet.

Ia pun membuka ponselnya untuk menghilangkan kebosanan. Lalu tak lama, pintu ruang musik terbuka melihatkan Dimas yang telah datang dengan ngos-ngosan.

"Lo dari mana?" tanya Vira. "Tadi abis ke Ira, hehe." Jawabnya lalu terkekeh. Cewe itu pun mengangguk paham.

"Ada minum gak?" Vira pun mengambil sebotol minum yang selalu ia bawa. "Nih,"

Dimas pun segera mengambil botol itu, lalu segera meminumnya. "Dim, emang nanti mau nyanyi apa?" setelah meminum ia pun segera menutup botol itu.

"Terserah lo. gue sih gampang latihannya."

Ia pun segera memukul bahu Dimas. "Aduh, sakit! Bar-bar banget sih!" protesnya sambil meringis memegang bahunya.

"Lo tuh ya, apa-apa terserah. Gue kesel! Lo tuh ketua kelas, seharusnya punya ide yang bagus."
Ia pun menarik nafas.

"Iya iya. Gue saranin sih lagunya Ariana Grande sama Nathan Skyes yang Almost Is Never Enough." Gadis itu pun tampak berfikir. "Okey. Not bad. Gampang. Eh tapi lo juga harus nyanyi dong?"

"Iya. Lo gak mau gue nyanyi?" tanyanya balik.

"Suara lo gak meyakinkan."

"Kalo hati gue?"

***
Selesai latihan, mereka pun melengos. Ternyata latihan seperti ini juga menguras banyak tenaga. Bukan karna nyanyi atau mainnya. Tetapi karna perdebatan mereka yang selalu muncul.

"Lo pulang sama siapa?" tanya Dimas.

"Sendiri. Kan Davina udah pulang."

"Bareng aja." Tawarnya. "Iya emang gue mau nebeng sama lo." balas Vira terkekeh. "Oke."

Mereka pun segera mengambil tas dan keluar dari ruang musik.

"Vir, pendek banget sih." ledek Dimas sambil tertawa geli. Vira pun memasang tatapan galak padanya.

"Lo nya aja ketinggian! Sarapannya tiang sih!" serunya tidak terima. Cowok itu pun hanya tertawa geli mendengarnya.

"Dim? Udah selesai?" mereka berdua pun menoleh ke asal suara dan menatapnya terkejut.

"Loh, Ra? Kamu ngapain?" tanya Dimas heran melihat Ira yang sedang terduduk di depan ruang musik.

Kamu?

"Aku kan nunggu kamu." Jawabnya dengan nada menjijikan membuat Vira bergidik.

"Tadi kamu gak bilang kalo mau pulang bareng." Kata Dimas dengan alis tertaut. "Iya aku lupa." Jawabnya terkekeh.

"Yaudah. Vir, sorry ya gue gabisa anter lo pulang." Kata Dimas pada Vira yang berada di belakangnya. Ia pun tersenyum,

"Gapapa, Dim. Udah sana. Gue bisa pulang sendiri kok."

"Jangan sedih gitu, Vir." Ledeknya. Ia pun memasang tatapan jiji. "Najis! Udah sana, pulang!" Dimas yang mendengar itu pun hanya tertawa geli.

Ia pun segera mengajak pulang Ira. "Duluan ya, Vir." Vira pun tersenyum, tetapi ia melihat Ira menatap tajam kearahnya. Ia tau, kalo cewe kaya gitu pasti dia cemburu.

Ih najis banget.

***

voteeesss

Ketua Kelas vs SekretarisWhere stories live. Discover now