Sebelas

7.6K 451 3
                                    

"Vir, hari ini latihan gak?" tanya Dimas saat bel pulang sudah berbunyi.

"Hari ini gue ada acara. Besok aja ya." Dimas pun mengangguk dan segera keluar. Saat keluar ia bertemu Rama di depan kelasnya.

"Dim, Vira mana?"

Oh ini acaranya.

Dimas pun memutar bola matanya. "Liat aja sana di dalem." Jawabnya lalu segera pergi meninggalkannya. Rama yang melihat itu pun tersenyum. miring.Lalu tak lama Viraa datang menghampirinya.

"Yuk, Ram."

***

"Assalammualaikum," sapa Vira dan Rama saat mereka bertemu mama dan papa mereka.

"Waalaikumsallam."

"Selamat ulang tahun ya, tan! Semoga panjang umur dan sehat selalu hihi." Seru Vira sambil mencium tangan Mama Rama.

Semoga anaknya jadi pacar aku juga ya, Tan. Hehe

"Wah, terima kasih Vira! Silahkan duduk." Katanya lalu mempersilahkan duduk.

"Ma, udah lama disini?" tanya Vira pada Mama nya yang berada di sebelahnya. "Belum lama. Yaudah sana kamu pesan makanan." ia pun mengangguk dan segera memanggil pelayan.

"Bagaimana sekolah kamu Vira?" tanya Mama Rama padanya. "Baik-baik aja, Tan." jawabnya sambil tersenyum.

"Kalo pendekatan Rama pada kamu gimana?"

walahwalah.

Gue pun menatap Rama bingung sambil senyum samar. "Loh mama salah ngomong ya?"

"Kita gak ada apa-apa kok tante." kata Vira sambil tersenyum gugup. tapi aku nya suka sama dia, Tan.

"Oh gitu ya." wanita itu pun manggut-manggut tanda mengerti. Tak lama, makanan pun datang dan mereka makan siang bersama.

***

"Vir, ke Taman belakang yuk?" ajak Rama saat mereka sudah selesai makan. "Emang ada?"

"Ada. Ini kan restoran langganan keluarga gue." gadis itu manggut-manggut tanda mengerti.

"Oke, yuk."

"Ma, aku sama Vira ke taman belakang dulu ya." Pamit Rama kepada Mamanya yang sedang mengobrol dengan mama Vira.

"Oke. Vir sini dulu deh," kata Mama Rama. Ia pun segera menghampiri wanita itu.

"Kayanya Rama mau nembak deh Vir," bisiknya tepat di telinga Vira, membuat degup jantung gadis itu seperti sedang lari maraton.

Vira pun segera mendongak dan menatap Mama Rama tak percaya. "Udah, sana." Seru Mama Rama sambil tersenyum.

Ia pun segera berjalan bersisian dengan Rama. "Mama ngomong apa, Vir?"

"Eh- katanya awas kedinginan. Soalnya kan habis hujan." Katanya gugup sekaligus berbohong. Rama pun tertawa kecil, "Ada-ada aja ya Mama gue."

Ugh ketawa nya itu bikin nagih. Rasanya pengen deh nonton stand up comedy 1 sampe 8 bareng dia.

Setelah menemukan tempat yang tepat, yaitu ayunan yang ukurannya lumayan besar. Mereka pun duduk di sana walaupun sedikit basah.

Seriusan mau nembak disini?

Cowok itu mulai menaiki ayunannya dan memainkannya. Tetapi Vira masih diam di ayunan itu sambil menenangkan jantungnya agar tidak berdegup kencang.

"Loh Vir? Kok diem aja?"

Vira pun segera menoleh ke Rama yang berada di sebelahnya. Ia pun tersenyum gugup dan segera memainkan ayunannya dengan perasaan tak karuan.

Kapan nembaknya ini?

"Vir, boleh nanya gak?" Vira pun segera memberhentikan ayunannya dan menoleh ke Rama. Kayanya dari sekarang.

"Nanya a-apa?"

"Lo deket ya sama Dimas?"

Wahhhhhh di startttt

"Heh? Ya biasa aja sih. Soalnya kita sebagai pengurus kelas suka kerja bareng gitu. Dia ketua kelas, gue sekertaris. Jadi ya lumayan deket." Jawabnya panjang lebar. "Emang kenapa?"

"Engga papa sih. Eh btw lu tau Ira?"

NGAPAIN SIH BAWA-BAWA DIAAAAAAAA

"Kenal. Emang kenapa?"

"Gue suka sama dia, Vir. Lo bisa bantuin gak?"

Sakittttttttttttttttt sesakit-sakitnya yang paling sakittt

Ini yang namanya nembak, tan?

Tanpa aba-aba Vira meneteskan air matanya, membuat Rama terlihat bingung. "Loh kenapa Vir?"

"Lo mungkin gatau, Ram. Gue suka sama lo dari kecil. Dan ya, gue tau perasaan gue gak mungkin terbalas kan?" serunya sambil tertawa kecil bersamaan dengan air mata yang turun semakin deras.

"Vir- yaampun sorry. Gue-"

"Udahlah, Ram. Gue nya aja ya yang terlalu hopeless. Berharap kita bisa lebih dari sekedar sahabat, padahal semua itu hanya khayalan." Ujarnya sambil menghapus air matanya.

"Bilangin ke Mama ya, gue mau cabut. Nanti tas gue bawa aja gitu." kata Vira pada Rama lalu segera pergi dari sana lewat gerbang belakang. Ia tak mau menampilkan wajah sedihnya pada mereka. Pasti urusannya panjang. Khas ibu-ibu.

Sementara Rama disana tersenyum miring.

Karna restoran tadi dekat dengan sekolahnya, Vira pun memutuskan untuk pergi ke sekolahnya walaupun dengan berjalan kaki.

"Korban friendzone, korban PHP, korban apalagi nih."

***

votes

Ketua Kelas vs SekretarisWhere stories live. Discover now