Dualima

6.1K 397 3
                                    

Sesampainya di rooftop ia melihat Dimas yang sedang berdiam diri sambil melihat pemandangan sekolah. Ia tersenyum melihatnya. Entah kenapa. Lalu Vira berdiri di sebelah Dimas. "Baper banget sih jadi cowo," ledeknya sambil tertawa kecil.

Dimas yang baru menyadari ada Vira disebelahnya, langsung terbelak kaget. Tapi ia malas berbicara dengannya. Ceritanya ngambek gitu. "Sejauh apapun kita berpisah, kalo jodoh, tuhan punya sembilan ratus sembilan sembilan plus cara untuk nemuin kita lagi. Kalo lo jodoh gue, ya gue sih iya-iya aja. Kalo bukan? Yah jangan dong, gue udah baper nih." Sahutnya sambil bercanda agar bisa mencairkan suasana.

Dimas lalu tertawa mendengarnya. Vira yang mendengar tawanya itu tersenyum, setidaknya Dimas merespon gurauannya.

"Dim, maaf ya gue suka banget marahin lo. suka banget bikin lo salah. Dan suka banget bikin lo sedih." Dimas tersenyum mendengarnya, lalu ia merangkul Vira dengan erat.

"Gue gak suka Vir. Gak suka ada orang yang pernah jahatin lo, terus dia dateng ke elo tanpa rasa bersalah. Apalagi tadi, rasanya pengen nonjok tau ga!" kesalnya dengan cemburu yang berapi-api.

"Dim, kita ini, apa sih?"

***

"CIEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE, PJ DONGGGGG." Koar seisi kelas saat Dimas dan Vira kembali ke kelas. Mereka berdua pun bertatapan bingung, "Apaansih, siapa yang jadian?" bantah Vira.

Lalu seisi kelas langsung diam melotot ke arah Davina dan Bima. "Anu, maksudnya tuh sapu sama pengki jadian. Mumpung lo lagi lewat tuh sekalian minta pj sama mereka hehe," katanya tengsin sambil cengengesan.

"YEE CENGCORANG," ejek seisi kelas pada Davina.

"Receh banget," mereka segera pergi balik ke tempat masing-masing. Chris mengeluarkan banyak logam gopean lalu segera memberinya pada Davina.

"Nih beb, receh banget kamu."

"CHRISSSS!1!" kesalnya sambil memukul bahu pacarnya itu. "Cewenya lagi nge-jokes bukannya belain gitu ih."

"Aku gak bisa." Katanya sedih. "Kenapa?"

"SOALNYA AKU RECEH JUGA." Vira dan Dimas yang sedari tadi berdiri di dekat mereka, tertawa geli melihatnya. Davina langsung mencubit pipinya, "Makanya belajar sama-"

"PAK ROS DATENG! SIAP-SIAP GAISSS!" Peringat Oman di depan pintu membuat seisi kelas heboh duduk berpasangan cewe dan cowo. Pak Ros selalu memerintahkan seperti itu, karna katanya biar mendasar sama bhineka tunggal ika, 'walaupun berbeda tetap satu jua'. Gak jelas gila.

"Gue duduk sama lo ya?" Izin Dimas pada Vira. Ia lalu tersenyum, "Iya." Duduk di pelaminan sama Dimas, juga mau ya Vir?

IYAIYAIYA #Vira

Pak Ros lalu datang membawa sejuta kenangan. Ya enggalah. Najis banget. "Assalammuaalaikum, warahmatullahi, wabarakatuh." Sapanya menggunakan salam yang lengkap. "WAALAIKUM SALLAM, WARAHMATULLAHI WABARAKATUH."

"Pagi."

"Udah siang Pak, udah jam 10." Celetuk Dimas. Lalu ia melihat jam, "Oh iya. Selamat siang semua." Sapanya kembali. "Siang, Pak."

"Eits ini kenapa Vira sama Dimas duduk bareng? Udah jadian nih? Biasanya berantem?" goda Pak Ros ketika menyadari mereka duduk berdua bersama. Iya, biasanya Vira sama Oman dan Dimas sama Nia. "Iya Pak abis jadian," goda Davina.

"WAHAI HAMBA-HAMBA ALLAH, HARAM HUKUMNYA PACARAN. PACARAN MENDEKATI ZINA. DAN ZINA ADALAH DOSA BESAR. DAN JIKA DOSA KALIAN BESAR. NERAKA MILIK KALIANNNN!!!"

Sabar yaa kalian yang sedang di ajar Pak Ros. Untung aja gue udah lulus. Hwhwhw.

Ketua Kelas vs SekretarisDonde viven las historias. Descúbrelo ahora