Tigabelas

7.7K 610 6
                                    

"PARADISE! PARADISE! WAR ZONE! WAR ZONE!" senandung Vira membawakan lagu Pillowtalk milik Zayn Malik dengan suara kerasnya.

"Anjir, Vir. Semenjak lo nyanyi itu, gue jadi gasuka lagi sama lagunya." Seru Davina sambil menutup kuping. Saat ini mereka sedang piket. Berhubung kelas masih belum terlalu ramai, mereka memutuskan untuk piket sebentar.

"Kampret lu Dap!" serunya sambil melempar kemoceng ke arah Davina. Ia yang terkena, langsung tertawa geli.

"Lo gapapa?" tiba-tiba Christian dateng sambil bertanya pada kemoceng yang tadi mengenai Davina. Vira yang melihat itu langsung tertawa kencang. "Kamu gila?" tanya Davina semanis mungkin.

"Eh salah nanya. Mata kamu udah belo?"

"Chrissss!! Gausah ngomongin mataa!!!" kesalnya sambil memukul Chris dengan kemoceng. Pasalnya, Davina memang sipit. Tapi gak seperti orang China.

Sedangkan yang dipukul hanya tertawa geli. "Mau lo belo apa sipit, lo tetep milik gue, Dap."

"ULUHHHHH MANIS BANGET AHHH." Koar Vira yang menyaksikan mereka.

"VIRAAA!!!" teriak Nia, Nisa, dan Wulan yang baru datang sambil menghampiri Vira dengan muka panik. Vira dan Davina pun mengerutkan dahi. Tumben pagi-pagi heboh.

"GAWAT!" seru Nisa.

"Kenapa sih?"

"Au, napa lo pada?" tambah Davina.

"ANUU SI IRA NYARIIN LO. MAU NGAJAK RIBUT KAYANYA." Seru Wulan sambil heboh sendiri ngedorong-dorong Vira. Cewe itu tau, apa yang akan diributkan. Ia pun tersenyum samar.

"Mana si nenek lampir itu?"

Mereka yang bingung dengan sikap Vira pun ternganga. "Diluar." Jawab Nia. Vira segera keluar kelas. Lalu mereka berempat saling bertatapan bingung. Tetapi mereka segera mengikuti Vira.

Setelah keluar kelas, Vira mendapati Ira datang bersama dengan Tiana, Shena, dan Revi. Serta ada Caca yang meskipun pendek tetapi tetap terlihat. Kebusukannya.

Vira dan Ira saling sinis.

Revi dan Wulan saling sinis.

Nisa dan Tiana saling sinis juga.

Shena menatap sinis Davina, tetapi Davina malah tertawa mengejeknya dengan berbisik pada Nia, "Untung Christian gadoyan sama anak pungut mimi peri." Membuat Nia tertawa dan Shena menatapnya tajam.

Sedangkan Caca menatap sengit ke arah mereka.

"Lo siapanya Dimas sih? deket-deket dia terus. Jadi cewe kok genit banget?" bukannya marah, Vira malah membalas dengan tertawa. Membuat mereka menatapnya bingung.

"Yah ketahuan deh gue deket-deket sama Dimas. Ah harusnya gue tau, kalo ada mata-mata di kelas INI!" keluhnya sambil menekankan kata dan menatap tajam ke arah Caca.

"Nah lo sadar. Mulai sekarang gausah deketin Dimas!" perintah Ira sambil berteriak.

Tiba-tiba Davina berceletuk, "Malu gue mah berantem gara-gara cowok. Apalagi berantem gegara si Upil Pak Ros." Membuat Nia, Wulan, Nisa, dan Vira tertawa.

"Kasian ya si upil dapet cewek kok gatau diri banget." ujar Vira disela tawanya. Lalu Ira dengan muka memerah segera melayangkan tangannya menuju pipi Vira. Bersiap untuk menamparnya.

Tetapi ada tangan yang mencegahnya. Tangan itu kasar dan berkulit coklat. Ira tahu siapa itu. "Ngapain lo nampar dia?" mendengar Dimas yang tidak memakai panggilan 'aku-kamu' Ira langsung terlonjak.

"Kok kamu belain dia?"

"Sorry, gue gak berhak belain cewe gatau diri kaya lo. gue sama dia Cuma partner pengurus kelas. Kita Cuma ketua kelas sama sekretaris. Lo gak tau arti profesional?" serunya tajam. Membuat Ira terdiam di tempat sambil menunduk.

"Pergi sana! Temenin tuh SELINGKUHAN lo." Ira pun segera menatapnya kaget.

"Dim-"

"Emang gue gatau apa kalo lo selama ini bodohin gue? lo juga gatau kan, kalo ternyata si Caca itu, yang suka godain dan cari perhatian gue."

"Anjirrr. Gas Dim, gassssss!" seru Davina. Merusak.

Ira segera bergelayut di lengan Dimas lalu memohon, "Dim maafin-"

"Cih, gasudi gue di sentuh sama cewe murahan kaya lo. udah sana temenin Rama. Atau Rama udah gasudi juga sama lo?" serunya sambil melepas sadis tangan Ira dari lengannya.

"Selamat berbahagia dengan pria kedua." Seru Dimas lagi, lalu merangkul Vira dan membawanya ke kelas dan segera bertos-an.

"Anjirrrrrr sakit gue mah. Uduhhh." Kompor Davina yang masih berada di depan kelas. Teman-temannya itu pun segera menenangkan Ira.

"Eh, Chris." Sahut Shena saat melihat Chris yang muncul di belakang Davina. "Kenapa, babe?" tanya Chris pada Davina tanpa mengubris panggilan Shena.

"Pada berantem gegara si Dimas. Engga banget kan, babe?" tanya Davina dengan manis. Iya, paling depan Shena doang. Chris pun tertawa.

"Yagitu deh babe. Dalem hubungan nih, pasti ada aja pengganggu nya." Sahut Chris dengan nada menyindir.

"Hoohh. Yaudah kuy masuk. Gapenting juga nyaksiin sampah-sampah." Ajak Davina. Nia, Nisa, dan Wulan pun segera masuk mengikuti Davina dan Chris.

"Gue seneng banget ngeliat muka dia kaya gitu, Vir. Lucu bangetttt." Seru Dimas saat sampai di kelas sambil tertawa geli.

Vira pun ikutan. "Apalagi yang pas gue bilang itu." mereka pun tertawa kencang.

"Makasih ya Vir. Udah bantuin gue."

"Sama-sama Dim. Dia emang harus dikasih pelajaran." Tambah Vira.

"Jadi boleh dong gue?"

Vira mengerutkan dahi, "Boleh apa?"

"Mendekati sekretaris kelas ini?"

Dan saat itu juga Vira ingin sekali berteriak.

votess yah mas, mbak😆😆

Ketua Kelas vs SekretarisHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin