Duatiga

5.8K 380 2
                                    

"Vir gak ke kantin?" tanya Nisa yang menghampirinya. "Gak deh." Katanya menolak. "Lo kenapa? Sakit? Mukanya pucet gitu?" tanya Nia khawatir.

Dalam demam dan sakit kepalanya serta bayangan kejadian kemarin, ia menggeleng dengan senyuman. "Gue gapapa."

"Kita ke kantin ya!" ia lalu mengacungkan jempol dan segera menelungkupkan wajahnya pada tangan.

"Vir, Dim ketua kelas sama sekretaris di panggil tuh!" sahut Anggita yang sedang berada di depan pintu kelas. Vira lalu mengiyakan dan melihat ke arah Dimas yang sudah bersiap untuk pergi. "Di panggil siapa?" tanya Vira pada anggita yang masih berada di luar pintu.

"Pak Asep."

Mereka berdua lalu pergi ke ruangan Pak Asep. Meski berjalan bersisian, mereka hanya diam. Pikiran mereka berkecamuk tentang pernyataan perasaan yang kemarin.

Tak lama, mereka sampai di depan ruang guru. Mereka segera masuk dan menemukan Pak Asep. "Pak Asep?" panggil Dimas.

"Eh, kalian. Pasangan serasi kelas X IPS 5." Ledek beliau sambil terkekeh. Sementara Dimas dan Vira bergidik geli tapi malu-malu juga. "Ini nilai ujian tulis kemarin. Bapak minta tolong masukin ke daftar nilai ya." Pintanya.

"Oke, Pak." Jawab Dimas. Mereka segera pamit untuk pergi kembali ke kelas. Sementara Vira membawa daftar nilainya dan Dimas yang membawa nilainya. "Nanti gue aja yang masukin ke daftar nilai." Ujar Vira.

"Berdua lah, kan Pak Asep minta tolongnya ke gue sama lo." bantah Dimas. Lalu ia menghela nafas pasrah, malas berdebat. "Yaudah terserah."

"Vira?" panggil seseorang di belakang mereka. Vira lalu terbelak kaget, tumben aja mantannya ini memanggilnya. "Eh, Wirya. Kenapa?" mendengar Vira ternyata menanggapi panggilan Wirya, Dimas menggeram kesal.

"Ini skenario drama yang bakal anak kelas gue tampilin di acara pensi." Katanya sambil memberikan satu rangkap kertas yang sudah di jilid. "Kenapa gak kasih ke yang lain aja?" tanya Dimas tiba-tiba.

Wirya lalu menggaruk kepalanya, bingung harus menjawab apa. "Ya gapapa kali. Gue kan sekretaris OSIS." Sambar Vira. "Iya tuh," setuju Wirya.

"Lo sengaja ketemu Vira mau ngapain? Modus?" tanya Dimas dengan tajam membuat Vira melotot kesal.

"Apaansih, Dim? Dia Cuma mau ngasih skenario kali. Gak usah lebay! Karna gue bukan siapa-siapa lo." saat itu juga Dimas merasakan pedih yang semu. Alias sakit hati. Vira lalu pergi ke kelas, Wirya pun begitu. Tapi Dimas masih mematung di tempat. "Woi! Kenapa lo?" tiba-tiba Bima datang menepuk pundaknya.

Dimas menoleh ke arahnya dengan raut wajah yang amat tersakiti. "Bim, gue selalu salah ya dimata Vira?" tanyanya. Bima mengerutkan kening, bingung dengan ucapan Dimas. "Apaansih lo. Lo kenapa hah?" tanyanya.

Lalu Dimas pergi menuju rooftop sekolah. Berharap ia bisa menghilangkan semua kesedihannya. Sedangkan Bima tau semua sumber permasalahannya.

Ketua Kelas vs SekretarisWhere stories live. Discover now