Sepuluh

7.8K 475 2
                                    

“Yaelah mending lo bayar uang kas!” sahut Davina selaku bendahara membuat anak cowok skakmat.

“Nanti gue bilangin lo pada ke Bu Endang, udah main bola dikelas, bayar uang kas pada kabur semua, udah gitu suka marawisan lagi!” lanjutnya tajam.

“Ah, jangan dong sayang. Kita kan mau lomba marawis tingkat internasional,” rengek Chris kepada Davina. Gadis itu pun memukul lengannya lagi. “Palingan peserta nya semut semua.” Balasnya lalu semuanya pun tertawa melihat mereka berdua.

“Eh, Dim! Ada Ira nih,” sahut Oji yang berada di depan pintu. Dimas pun segera menghampiri Ira-nya itu.

“Apaansi cabe gitu di samperin.” Seru Wulan tak suka.

“Tau, ada juga cowo yang nyamperin cewenya. Bukan cewe yang nyamper.” Nisa menambahkan.

“Kaya gapunya harga diri.” Seru Nia tak suka.

“Eh kok lu pada kek gasuka gituu sih?” tanya Davina heran.

“Gue gasuka sama gengnya! Apalagi si Revi! Ngeliatin gue sinis banget. iri banget sama gue, soalnya gue deket sama Dino. Padahal kita Cuma temen. Najis kan.” umpat Wulan.

“Apalagi si Tiana, ngedeketin si Fachri gitu banget. mau bikin gue cemburu kali.” kata Nisa gak suka.

“Kalo lo Nia, kenapa?”

“Gapapa. gue mah ikut-ikut aja.” Katanya lalu terkekeh polos. Lalu mereka pun menatap sebal.

"Lah, lo dap? kok kayanya biasa aja sama si Shena? diakan gengnya Tiana juga." seru Nisa kepada Davina.

Ia pun menengok ke arah Chris. "Ah gue mah gak mempan digodain dia. Tepos kek gitu," cibir Chris.

"Terus maksud lu, gue gak-"

"Engga. Cuma lo cewe idaman gue, Dap." godanya lagi membuat Davina bersemu merah. "Ah bodo ah."

Tak lama Dimas pun kembali dengan wajah kesal dan menatap ke arah sekitar. “Kenapa lo, Dim?” tanya Chris.

“Yang tadi main hape siapa aja sih?”

Mereka yang sedang berkumpul kemudian melihat sekitar. “Banyak. Itu anak gerombolan bokep, terus si Eti, Warnah, Irma, Khatrine, Jubed, sama Beda. Lo juga kan, Ca tadi?” tanya Bima. “Eh iya.”

Dimas pun melengos tanda ia sangat cape dengan semua ini. “Kenapa emang Dim?” tanya Rully.

“Gapapa.” ia tersenyum dengan paksaan agar bisa menutupi semuanya.

“Vir, ke UKS aja yuk?” ajak Dimas kepada Vira yang masih meringis kesakitan pada kepalanya.

“Aahhhhhh.” Sahut Oman tiba-tiba dengan nada kaya sehabis digombalin. Memang gesrek.

Mereka pun tertawa melihatnya. Vira menggeleng cepat dan segera menunduk, berharap perasaan yang janggal itu tidak tumbuh. “Kepala lo nanti gue obatin.”

Ia pun tetap menggeleng. “Nanti-“

“GUE BILANG GAMAU!”

Karna gue gamau perasaan ini tumbuh. Karna gue tau lo udah dimiliki orang lain.

Dimas pun menghela nafas, “Yaudah kalo itu mau lo. Maaf ya, Vir. Gue bener-bener gak sengaja.”

“Udah, Dim balik aja ke tempat kita yuk.” Ajak Bima. Ia pun mengangguk dan segera balik ke tempat mereka bersama Bima.

***
"Vir! Ada Rama nih!" sahut Wulan yang sedang berada di depan pintu. Vira yang sedang melihat aksi flip bottle anak cowo itu pun langsung menghampiri seseorang yang sangat ia tunggu.

"Eh, Rama. Udah sana, lan. balik gih."

"Jih ngusir. Sakit gua mah." serunya lalu pergi.

"Kenapa, Ram?" tanyanya dengan tersenyum lebar. "Lo gak bawa handphone?"

"Engga. Kenapa?"

"Tadi Mama lo SMS, katanya nanti pulangnya bareng gue. Kita mau makan siang bareng di restoran deket sekolah." Vira menautkan alis.

"Loh, ada apa emangnya?"

"Hari ini Mama ulang tahun. Jadi katanya mau di traktir." Vira pun langsung tersenyum lebar mendengarnya. Membuat mood yang tadi hancur berubah sangat naik sekarang.

"Oke deh. Nanti kesini aja ya."

"Oke. Gue balik ya." Vira pun mengangguk dan Rama kemudian mengelus rambutnya lembut. "Bye, Vir."

coba, cewe mana yang gak baper kalo digituin?

Lalu Rama pergi meninggalkan Vira yang mematung di tempat. Mencerna kembali apa yang barusan Rama lakukan.

serius? dia ngelus rambut gue?

Ia pun sontak jingkrak-jingkrak. haduh, siapa yang gak seneng sih digituin sama gebetan sendiri.

"Eh kenapa lo?" tiba-tiba Dimas datang menghampiri Vira.

Ia pun diam tetapi masih tersenyum lebar. "Gapapa, hehe." kekehnya. Dimas pun menghela nafas lega. Akhirnya cewe ini bisa kembali dengan senyum lebarnya.

"Vir, lu makan apa sih kemaren? Kok nambah gendut?" ledek Dimas kepadanya sambil tertawa. Ia pun langsung melihat badannya.

"Emang iyaaa????" paniknyaa. Dimas hanya tertawa geli melihatnya.

Vira yang tau itu hanya ledekan langsung menendang kaki Dimas. "Dimasssss!!!!!"

Dimas pun meringis memegang kakinya dan kupingnya. "Sakit tauu!" ringisnya tetapi masih tetap tertawa kecil.

"Makanyaaa jangan ngeledek gue terusss!! gue nggak gendutttt!!" serunya greget.

"Gapapa. Yang penting lo, imut Vir."

shit!

Votessss!1!

Ketua Kelas vs SekretarisWhere stories live. Discover now