Sembilan

8.2K 469 1
                                    

“IH BERISIK BANGET SIH!!” teriak Vira galak saat mendengar anak cowo dengan kebiasaannya.

Memukul meja sehingga seperti grup marawis, ditambah ada Rully yang sedang mengalunkan salawatan.

Persis seperti marawisan.

Hari ini kamis. Free class karna Mrs. Iik tidak datang. Katanya ada urusan keluarga, sontak membuat semua anak murid bersorak girang. Anak-anak pun berkumpul dengan gengnya masing-masing.

Sebagian dari cowok menjadi grup marawisan. Ada juga yang sedang berkumpul dengan satu handphone dengan keringat dingin. Tau deh lagi ngapain. Ada juga yang sibuk dengan buku, dan juga ponselnya masing-masing.

Anak cewe dengan gengnya merumpi. Bergosip dari cogan kelas 11 sampe bapak kantin yang katanya mirip Boy William (padahal engga). Ya gitu obrolan ngalor ngidul tapi bikin ketawa.

Setelah diteriaki seperti itu, mereka pun bubar. Ada yang menyebar ke barisan belakang untuk melihat apa yang sedang ditonton. Ada yang mengobrol biasa. Ya macem-macem lah.

“Iya, lo liat deh. bapak itu tuh mirip sama Boy William!” kekeh Wulan saat mereka berlima berkumpul. Nisa dan Davina pun memutar bola mata. “Apaansi mirip dari mana? Udah ubanan kek gitu!”

Tetapi Nia dan Wulan tetap bersikeras. “Mirip pokoknya mirip! Lo liat baik-baik makanya. Iya kan Vir?”

“Gatau ah. Lo pada malah ngerebutin bapak kantin sih?”

“Najis banget!” ujar mereka bersamaan. Vira hanya tertawa geli mendengarnya.

“Eh, lo pada gak ikut OSIS nih?” tanya Nia.

“Males gue. Tapi ngeliat Ka Reyhan a.k.a ketua OSIS kita tuh adem ya. Rasanya mau rapat OSIS berjam-jam.” Mereka pun menoyor pala Davina yang isinya Cuma cogan dan quotes tak bermanfaat. Tapi gitu-gitu dia dapet Peringkat dua loh dikelas. Cewe aneh.

“Gue pengen ikut tapi kayanya bakal cape.” Sahut Nisa. “Iya gue juga. kayanya seru masuk OSIS disini.” Kata Nia menambahkan.

“Males gue mah. Ada cabe kek si Revi gitu. natap gue sinis mulu. Susah cecan mah.” Seru Wulan sebal.

“Eh iya, lo pada tau Ira gak?” tanya Vira.

“Ira? Gengnya si Tiana yang isinya cabe semua?” tanya Nisa. Vira pun menggidikkan bahu. “Gue gatau dia gengnya siapa. Tapi gue tau orangnya.”

“Gengnya juga ada si Revi kan? ada juga si Shena yang suka goadain Christian ye, Dap?” tanya Wulan kepada Davina. “Hooh.”

Tiba-tiba sebuah bola membentur kepala Vira dengan lumayan keras. Mereka berempat pun melihat ke arah yang menendang. “DIMASS!! Liat nih! Vira kena tendangan dari lo!” seru Nisa dengan suara cempreng khas nya.

Disana ada Christian, Bima, Dimas, Rully, Oman, Dava, Nugi, Nawaf, Ferdi dan Rusdi yang sedang asik bermain bola. Oh gini, ceritanya abis bubar marawisan mereka patungan beli bola.

“Iyaiya sorry. Gasengaja.”

Vira pun segera mengelungkupkan wajahnya di meja. Kalo Vira sedang seperti ini, emosi nya akan berlanjut dengan menangis. Tak lama isakan itu pun keluar. Bukannya ia lebay, tetapi ia tau berteriak sekencang apapun kepalanya akan tetap sakit.

“Lo sih, Faqih!” sahut Chris kepada Faqih yang sedang berkumpul bersama kumpulan penonton handphone. Faqih pun menengok bingung ke arah Chris.

“Kok ke dia sih, Chris?” tanya Nia bingung.

“Ya soalnya gue cinta Dapina.” Katanya lalu tersenyum geli. “Geli banget anjir.” Seru Davina bergidik ngeri.

Dimas pun segera menghampiri Vira dan mengambil bangku untuk duduk di depannya. Pasalnya Vira itu duduk di barisan paling depan.

“Vir, maaf ya. Gak sengaja. Kepala lo sakit ya?” tanyanya tapi itu hanya sia-sia. Ia tahu Vira kalau marah hanya diam. Mood nya akan berubah sangat lama. Lalu Dimas pun mengelus kepala Vira dengan lembut. “Sakitnya dimana?”

“Di hati.” Sahut Davina polos.

“Apaan lu beb?” sambung Christian. Ia pun memukul lengan Chris yang berada di sebelahnya menyaksikan permintaan maaf Dimas. “Aduh, auh nih.”

“Christiannnnn!!! Geli bangetttt!!!!” protesnya membuat mereka tertawa geli. Karna Cuma mereka yang pacaran tetapi saling meledek bukan saling bermesraan. Chris yang dengan segala gombalan menjijikannya, dan Davina yang membalas dengan tatapan jiji.

“Vir, udah ya jangan nangis.” Seru Dimas yang masih saja mengelus kepala Vira. Disisi lain, Vira merasakan kehangatan dari tangan Dimas. Ia berkali-kali berkomat-kamit dalam hati,

Jangan Vir, jangan baper.

Vira pun segera mengangkat wajahnya lalu menepis tangan Dimas dari kepalanya. Dimas yang melihat mata merah berair Vira itu pun segera menghapusnya. “Sorry ya, Vir. Gue gak sengaja.”

“Lo tuh ketua kelas, Dim! Yang bener kek jadi ketua kelas!” seru Wulan yang berada di belakang meja Vira. Tepatnya dia duduk bertiga ditengah dengan Davina dan Nia serta Nisa yang berada disampingnya dengan bangku tambahan.

Anak-anak yang main bola tadi pun hanya menontoni mereka di tempat duduk masing-masing. “Bener tuh!” celetuk Ica yang sekarang berada di samping Nisa.

Tak lama Vira pun segera berhenti menangis. “Lagian tuh bola dapet dari mana?” tanya Nia heran. Iya perasaan gaada yang bawa bola dari tadi.

“Beli tadi. Patungan.” Seru Bima.

Ketua Kelas vs SekretarisDonde viven las historias. Descúbrelo ahora