Epilog & Bonchapt :)

8K 376 15
                                    

"Dim, bawain kek berat ini!" perintah Vira kesal, merasa seperti tidak di perhatikan. Dimas menghela nafasnya melihat gadisnya itu memasang raut wajah yang kesal. Ia lalu membawakan tas Vira di bahu kirinya, sedangkan Bima yang di belakangnya tertawa. "Bucin lo, Dim!" katanya menyahut.

Vira segera menatap Bima sinis, membuat Bima menghentikan tawanya dan tertunduk. Sedangkan Dimas tertawa kecil melihatnya. "Kamu lagi dapet?" tanya Dimas pelan pada Vira.

Bukannya menjawab, Vira berhenti berjalan lalu menunduk. "Loh kamu kenapa?" teman-temannya melihat mereka berdua yang berhenti berjalan. Lalu Dimas mengisyaratkan mereka agar pergi terlebih dahulu. Akhirnya mereka pun meninggalkan ketua kelas dan sekretarisnya itu.
Tak lama suara tangisan terdengar dari Vira. "Vir kamu kenapa?" Dimas cemas, segera meletakkan tasnya di bawah. Lalu ia jongkok mengusap air mata Vira. Setelahnya ia mengangkat dagu Vira sambil berdiri. "Kamu kenapa, sayang?"

Vira akhirnya berhenti menangis, lalu berbicara. "Kamu tau gak sih, Dim? Hari ini aku haid hari pertama! Udah gitu aku gak bawa pembalut, tadi aku di pesawat pake pembalut cadangannya Davina. Aku kesel kenapa harus hari ini sih! hari ini kan hari pertama di Jogja!" celotehnya panjang lebar. Dimas gak tau harus tertawa atau kasihan melihat Vira seperti itu.

Lalu ia memilih untuk memeluk Vira. Menyalurkan ketenangan dan kehangatan padanya. "Ya, namanya juga perempuan Vir. Nanti aku beliin pembalut ya, udah gak usah kesel lagi. Selama di Jogja ini, aku bakal jagain kamu."

Aduh kalo kaya gini lama-lama, Vira bisa meleleh di tempat. Ini aja dia udah deg-deg an banget. "Dim-"

"Loh, kalian ngapain peluk-pelukkan gitu?" tiba-tiba Bu Endang datang, membuat mereka langsung melepas pelukannya. "Engga bu, gapapa." kata Dimas. Bu Endang langsung pergi meninggalkan mereka tanpa pamit.

"Ganggu aja ya, Vir." Kata Dimas tersenyum lebar.

***

Tok-Tok-Tok

Suara ketukan pintu terdengar oleh Vira yang sedang menyisir rambutnya. "Buka gih, Vir." Seru Davina yang sedang merapikan tempat tidur. Vira lalu membukanya, dan terlihat disana Dimas membawa kantung plastik.

Dimas segera menyodorkan kantung plastiknya. Vira mengambil lalu melihat isinya. "Dimas, ini banyak banget! Aku cuma butuh satu bungkus Dim."

Dimas salah tingkah, "Ya maaf, aku kan gak tau seberapa banyak kamu dapet. Jadinya aku beli 3 bungkus pembalut aja, hehe."

"Kamu beli sendiri?"

"Iyalah."

"Gak malu?"

"Malu kenapa?"

Vira tertawa kecil membayangkannya.
"Davinaaa!" tiba-tiba Chris datang menyorak memanggil Davina di samping Dimas. "Eh, Dim. Dari mana lo bego? Si Bima resah menunggu tuh," katanya santai. "Abis dari mini market."

Davina lalu keluar menghampiri mereka, "Apa?" tanyanya pada Chris. "Sewot amat, lagi dapet?" tanya Chris memastikan. "Engga. Gue bosen sama lu, mau putus aja." Katanya santai.

"Sembarangan lo ngomong, gue cium tau rasa." Kata Chris lalu menggelitik Davina. Dimas dan Vira tertawa melihat mereka. "Kita double date yuk." Usul Dimas.

"Ide bagus! Udah sono bep ganti baju sama cuci muka. Liat tuh muka lu kek combro gosong," ledek Chris pada Davina. "Eh, bodo. Daripada lu, muka kek sendalnya abang tahu bulat." Serunya kesal lalu berbalik badan meninggalkan Chris.

"Jih, ngambek." Mereka tertawa memaklumi sikap kedua pasangan gesrek ini. "Yaudah sana, kamu juga ganti baju. Aku sama Chris tunggu di lobby yaa." Kata Dimas. "Oke, see u there."

Vira menutup pintu berteriak histeris. "AAAA DAP. SUMPAH YA, GUE MASIH GAK PERCAYA BISA PACARAN SAMA DIMAS." Davina kemudian segera mengeringkan wajahnya dengan handuk sambil tertawa melihat sekantung plastik besar berisikan 3 pack pembalut. "Lo sih, dari dulu bukannya jujur aja sama dia. Coba kalo dari dulu, udah berapa lama nih kalian pacaran." jawabnya terkekeh.

"Gila, gue juga pengen dari dulu sih. tapi gue kan cewek. Yakali nembak duluan." Sanggahnya sambil memilih baju yang akan dikenakan.

"Bukan nembak, tapi ya jujur aja. Perasaan kan timbul seiring keadaan. Lo tau gak dulu gue itu gak suka Chris sama sekali. Orangnya annoying, receh, absurd abis udah gitu demen banget ngegodain. Terus waktu itu gue emang kepepet banget minta tolong sama dia, eh dia bantuin loh Vir. Tanpa embel-embel ngancem lagi. Ya u know lah sekarang banyak cowo yang kaya gitu."

Vira mengangguk mendengarkan. "Eh, semenjak itu gue rada-rada penasaran sama dia. Dia yang suka annoying ternyata punya banyak beban hidup. Nih ya, gue suka jadi tempat curhat dia, eh lama-lama dia nembak terus jadian deh. Percaya gak, gue yang dulunya anti banget deket-deket sama dia, sekarang jadi gak bisa jauh dari dia. Gila, the power of love." Davina tertawa sendiri sambil menggelengkan kepalanya, begitu juga dengan Vira.

"Jangan sia-siaiin masa muda lo deh Vir. Dan jangan lupa bersyukur."

Dibalik pintu kamar itu, masih ada Dimas dan Chris yang menahan tawa mendengarnya.

***

Dua tangan itu bergenggam erat di tengah kencangnya hembusan angin. Ada yang terlalu malu dijelaskan atau terlalu bahagia untuk dirasakan.

Sedangkan Chris dan Davina berjalan di belakang mengikuti mereka. "Kenapa sih, dari tadi senyum-senyum sendiri?" tanya Davina heran melihat Chris. Ia tertawa kemudian merangkul Davina erat. "Obat lo abis ya?" tanya Davina semakin heran melihat Chris yang tidak biasanya seperti ini. "Diem aja udah." Katanya sambil menyelipkan helaian rambut Davina yang tertiup angin.

Mereka lalu sampai ke Pantai Parangtritis. Ya, Dimas dan Chris yang merencanakan itu. Berhubung, Chris bisa mengendarai mobil, mereka menyewa mobil dekat hotel untuk ditumpangi.

Dimas dan Vira duduk bersama menikmati semilir angin, suara ombak, dan menunggu matahari terbenam. "Vir, kalo aja gue dari dulu udah jujur ya. Kita gak akan pernah berantem lama kaya dulu. Gue bisa aja milikin lo dari lama," guraunya.

Vira kemuadian tersenyum, "Lo tau gak sih Dim, waktu gue mutusin buat pisah sama lo dan diputusin Wirya, gue lebih sedih ketika gue gak sengaja bilang kalo gue mau pisah sama lo. Pas diputusin Wirya ditengah hujan gue masih bisa nerima, kalo gue emang gak pantes sama dia. Tapi gue merasa hilang. Ada hilang yang gak bisa dijelasin tapi sakitnya itu kerasa. There's something missing who is never mine. Hari dan hujan itu adalah hari yang paling gue sesali. And then, i'm grateful. Ketemu lagi dan akhirnya gue bisa milikkin lo. Seperti mimpi yang menjadi nyata." Vira tersenyum sendiri dengan rambut yang berterbangan dan matanya yang melihat ke depan.

"Terima kasih ya." Ujar Vira.

"Untuk apa?"

"Untuk menjadi sebuah ketidakmungkinan menjadi kenyataan."

Dulu ada yang pernah bilang, cinta akan membawamu pergi kemanapun. Ikuti saja alurnya, terkadang membuatmu terbang setinggi langit ataupun jatuh seterjal jurang. Begitupun dengan Vira dan Dimas, terkadang menjadi langit dan bumi yang tidak bisa menyatu, tetapi mereka yakin bahwa langit dan bumi akan selalu saling melengkapi.











The end.

Votessss ya mbaknyaa
Jangan lupa comment juga ehe

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Mar 06, 2019 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Ketua Kelas vs SekretarisDove le storie prendono vita. Scoprilo ora