18. Maut yang memisah

12.4K 798 20
                                    

Tak ada yang lebih indah selain warna langit di senja ini, senja selalu menggambarkan suasana yang hening dan tenang. Ayash suka ketenangan yang di bawa senja, meski senja membawa sejuta keindahan namun pergi mendatangkan satu ruang kegelapan. Senja itu penuh rahasia.

Terdengar suara gemericik air yang berasal dari kolam kecil yang di hiasi beberapa spesies ikan Koi yang cantik bergumul dengan sesama spesiesnya menari-nari di dalam air jernih nan bening tersebut. Sampai sebuah tangan menaburkan sesuatu di atas kolam tersebut membuat ikan-ikan cantik itu dengan cepat saling berebut makanan.

"Kamu izin atau libur, A?"

Wanita paruh baya yang sibuk menaburkan makanan ikan di atas kolam itu bertanya pada pemuda di sebelahnya yang tengah duduk dengan santai sembari menikmati senja di halaman belakang rumahnya bersama sang ibu.

Pemuda itu menoleh pada sosok yang di panggilnya umi itu dengan kekehan kecil yang menyertai. "Libur, mi."

"Libur kok banyak bengongnya."

Ayash mengatupkan rahangnya sejenak ketika sang umi dengan tegas bertanya demikian padanya, bukan apa. Sang umi itu tingkat keponya luar biasa, seakan tidak mau putranya sendiri banyak menyembunyikan masalah darinya, karena itu Ayash lebih memilih diam, karena mau berjuta kali pun ia bilang 'tidak apa-apa' sang ibu akan selalu mengetahuinya.

"Tidak apa-apa, Anna masih betah ya di rumah keluarga suaminya," Ayash mengalihkan topik obrolan, tidak mau diintimidasi oleh ibunya.

Aisyah hanya tersenyum mendengar perkataan putranya, pandanganya tak beralih dari kolam kecil berisi makhluk berinsang itu sembari sibuk menabur makanannya.

"Kau merindukannya?"

"Tak hanya Ayash, Biyan juga pasti rindu padanya."

"Namanya juga istri, harus patuh pada suami. Anna ikut juga karena Hikam yang meminta, Abyan sih tidak ikut karena harus sekolah."

Ayash tersenyum maklum, "iya juga sih."

"Kamu juga, nyari istri itu harus yang mau di ajak hidup susah, A. Luruskan niatmu, ya. Memang penting menikah dengan siapa, namun yang lebih penting adalah menikah karena apa. Pastikan niatmu itu karena Allah, karena ingin menyempurnakan separuh agama, ingin menjauhi zina, ingin mendapat berkah rahmat dan ridha-Nya. Asal kamu bisa membimbing istrimu. Karena istri itu amanah yang berat. Tahukah kau siapa yang paling mudah menyeret suami ke neraka di akhirat nanti? Tidak lain dan tidak bukan adalah istri-istri dan anak-anaknya sendiri. Apa saja hak-hak istri dan anak yang tidak ditunaikan, itulah yang paling cepat menyeretnya. Jikalau seorang suami berlaku dzolim kepada istrinya di dunia, sama seperti ia telah berlaku dzolim pada dirinya sendiri di akherat yang akan datang."

Ayash tertegun mendengar rentetan kalimat panjang yang penuh makna dari sang ibu. Tanggung jawab suami seluar biasa itu. Itulah alasan mengapa Ayash belum siap menikah, namun jika ia menunda niat baiknya terus kapan ia bisa menyempurnakan separuh agamanya?

Terdengar suara kekehan kecil dari sang ibu.
"Bagaimana kabar gadis pilihanmu itu?"

Kini Ayash terdiam lagi.
Apa yang harus ia katakan pada ibunya?  Apakah ia harus menelan semua kenyataan pahit itu bahwa gadisnya sudah dilamar orang lain lebih dulu? Ah sial, Ayash kembali memikirkan hal memuakkan itu. Padahal wanita tak hanya Afifah saja.

"Ayash?"

"Eh, ya umi," jawab Ayash kikuk.

"Ada apa? Kenapa melamun?"

Kenapa pertanyaan ibunya seakan membuat Ayash terintimindasi, ya?

"Umi menghargai jika memang bukan waktunya untuk memperkenalkan dia pada kami. Tapi umi ngasih tau. Jangan mau berbalik ke masa lalu, ya. Karena di sana tak ada jodohmu. Ia ada di depan, jadi jangan mencari di belakang," kata umi Aisyah sukses membuat Ayash terdiam lagi.

ISTRI IMPIAN ( R E M A K E )Where stories live. Discover now