34. Back

13.6K 773 14
                                    


Malam tiba dengan cepat. Ayash dan Afifah sedang sibuk di dapur menyiapkan makan malam, sesekali Ayash membuat istrinya kerepotan dengan memainkan tepung membuat meja makan tersebut berantakan. Keduanya masih larut dalam tawa hingga akhirnya suara ketukan pintu menghentikan keseruan mereka.

Tok ... tok ....

"Aku saja," kata Ayash. Ia mengambil serbet kemudian mengelap tangannya yang penuh dengan bekas tepung. Pria itu berjalan menuju pintu.

Begitu pintu di buka nampaklah wajah yang tak begitu asing di mata Ayash. Seorang pria yang dikenalnya tersenyum. Ayash menyambutnya dengan senyum tak kalah semringah.

"Apa kabar?" Kedua pria itu langsung berjabat tangan.

"Alhamdulillah baik, ayo masuk."

Ayash tanpa basa-basi langsung mempersilahkan pria tersebut masuk ke dalam rumahnya. Keduanya duduk di atas sofa.

"Afi, ayo ke sini ada tamu."

Mendengar seruan Ayash, Afi mencuci tangannya di wastafel setelah itu berjalan menuju ruang tamu tempat dimana Ayash tadi memanggilnya. Begitu sampai di sana mata afifah terbuka lebar melihat siapa tamu yang berkunjung ke rumahnya.

"Sudah lama tidak bertemu."

"Mas Faiz?"

Faiz terkekeh melihat kekagetan Afifah. Pemuda itu kembali mendudukan dirinya di sofa. Faiz sudah sehat sekarang, dia bangun dari koma semenjak beberapa minggu yang lalu meski luka-luka masih terlihat jelas di wajahnya.

"Udah baikan, bro? Harusnya istirahat di rumah saja," kata Ayash tersenyum ramah.

"Alhamdulillah, gak apa-apa sekalian silaturahmi. Gue ngerasa bersalah gak bisa hadir pas lo nikah."

Ayash tergelak mendengar kalimat Faiz, pemuda itu terlihat selow seperti biasa. Mengikhlaskan Afifah untuk ayash adalah keinginannya jadi untuk apa dia merasa sakit hati dan ngerasa di tikung? Toh, Faiz ikut bahagia dengan pernikahan mereka.

"Kapan nikah atuh, Bro?"

Kalimat ayash agak horror sekarang. Mengingat dirinya masih dalam status jomblo dan pertanyaan kapan nikah tentu saja sedikit menyeramkan bagi Faiz. Kapan nikah itu salah satu kalimat dari dasar neraka yang mengucapkannya saja sangat terlarang.

Tak lama, Afifah keluar dari dapur tangannya memegang nampan berisi dua cangkir teh dan setoples kue. Afifah sedikit tak enak dengan kehadiran Faiz, mengingat Faiz pernah menjadi calon suaminya dan sekarang berubah status menjadi mantan calon suami.

Ah, menyebalkan sekali mengingat hal itu. Tapi faiz tetaplah temannya dan mereka tetap berkawan meskipun ayash sudah menikahi Afi duluan.

"Apa kabar kalian berdua? Honeymoon-nya menyenangkan?" gurau faiz membuka obrolan.

"Alhamdulillah, ya gitulah gue ngambil cuti gak lama."

"Kenapa?"

"Rafiq keteteran sendiri gue tinggalin. Tapi kembali kerja juga istri gue yang ditinggal. Ha... ha... ha."

Afifah tersenyum malu-malu mendengar kalimat Ayash di depan Faiz, entah kenapa rasanya awkward banget.

"Istri lo gemukan, udah ada niat mau secepatnya punya momongan?" Faiz nyeletuk lagi hal itu membuat afifah semakin malu saja.

"Insya Allah."

"Mantul! Semoga lo bisa jadi suami siaga ngadepin istri yang hamil, kadang rada ribet, ya, tapi ntar juga terbiasa."

"Dih, lo juga cepet lamar anak gadis orang. Jangan kelamaan jomblo. Gak baik."

"Haha sialan."

Obrolan berlanjut sampai satu jam. Ayash menawari Faiz untuk ikut makan malam bersama mereka. Namun Faiz menolak dengan dalih harus pulang karena mamanya sudah menelepon. Ayash maklum karena kondisi faiz masih sedikit lemah. Faiz berpamitan pada keduanya Ayash dan Afi ikut keluar mengantar kepergian faiz sampai teras rumah.

"Pulang dulu. Kapan-kapan insya Allah ke sini lagi, assalamualaikum."

"Hati-hati, Sob. Waalaikumsalam."

Faiz masuk ke dalam mobil, dia tidak menyetir sendiri ada sopir yang mengantarnya. Faiz masih sedikit trauma dengan kecelakaan beberapa bulan itu hingga tak mau menyetir mobil sendiri.

---------

"Kenapa wajahnya ditekuk begitu, Fa?" tanya Ayash ketika melihat perubahan wajah istrinya setelah mereka memasuki kamar untuk bersiap tidur.

"Tidak apa-apa, Mas."

"Bohong."

"Beneran."

"Mau dapet dosa?"

Afi mempoutkan bibirnya mendengar kata 'dosa' dari mulut ayash, padahal tadi dia mau terlihat biasa saja tapi tetap saja ketahuan.

"Aku gak enak sama kamu, Mas."

"Maksudnya?" alis ayash bertaut mendengar jawaban afifah.

Afi menghela napas, bagi Ayash mungkin kehadiran Faiz tadi itu enteng tapi Afifah tidak enak sendiri bagaimanapun, Faiz adalah lelaki yang sempat menjadi calon suaminya.

"Tadi, Mas Faiz ke rumah, Mas gak apa-apa emang?" tanya Afi hati-hati.

Ayash langsung terkekeh mendengarnya. Jadi karena itu toh? Ayash sama sekali tak berpikir ke arah sana karena Faiz dan dirinya sudah seperti saudara meski istrinya pernah nyaris diperistri oleh Faiz.

"Biasa aja. Dia kan temen kita juga, sebelum ngenal aku, kamu temenan sama dia, kan?"

Afi menggigit bibirnya, dasar Ayash emang gak peka masalah gini aja, huhu.

"Kamu cemburu aku sama Azhar. Terus sama dia? Ya Allah, dia juga kan nyaris memperistri aku. Gak dayyuts kamu, Mas."

Dayyuts artinya rasa cemburu seorang suami pada istrinya. Afifah tahu dari Ayash juga bahwa suami yang tidak punya sifat dayyuts tidak akan masuk surga.

Ayash tersenyum mendengar kalimat tersebut.

"Yang dimaksud tidak punya rasa cemburu dari suami adalah membiarkan keluarganya bermaksiat tanpa mau mengingatkan. Misalnya merelakan istri atau anaknya ber-khalwat –berdua-duaan- dengan laki-laki bukan mahram. Membiarkan istrinya keluar rumah tanpa menggunakan jilbab atau hijab syar’i, atau parahnya lagi pakek baju ketat.

"Kalo masalah cemburu mah, iya. Aa cemburu, Aa cemburu kalian lebih dulu saling mengenal, tapi tadi itu kita bersama bahkan Faiz lebih banyak ngobrol sama Aa daripada kamu, dia bahkan gak natap kamu, natap Aa terus artinya dia lagi jaga perasaan Aa juga."

Afifah tertegun mendengarnya. Banyak ilmu yang diterimanya semenjak hidup dengan Ayash dan afifah bersyukur mendapatkan suami yang mampu mendidiknya dengan agama seperti Ayash ini

"Kalo masalah Azhar itu baru Aa cemburu, kalian berkhalwat meski darurat, Aa gak terima. Gimana kalo nanti kamu kenapa-kenapa? Kamu aja sering cemburu kalo ada wanita lain yang nge-love foto Aa di fesbuk. Apalagi love beneran."

Satu cubitan menyapa pinggang Ayash pria itu mengaduh sambil tertawa

"Aku gak niat pulang sama azhar itu juga arena kesel sama Aa terlalu mentingin tugas dan ngabaikan aku."

"Ya maap, Aa gak bakal gitu lagi, sekarang tidur. Aa percaya sama Faiz dia begitu menghormati perasaan wanita, Aa salut sama dia semoga dia dapet wanita yang shalihah seshalih dia."

Afifah mengamini kalimat Ayash sembari menghapus prasangkanya tadi.

Rasanya ketemu mantan tuh gitu ternyata ya. Huhu.

***

ISTRI IMPIAN ( R E M A K E )Where stories live. Discover now