30

14.4K 907 21
                                    


***

Senja sudah berganti menjadi malam, matahari sudah menyingkir dari tempatnya untuk di gantikan oleh sang bulan, sinar hangatnya yang merona itu kini sudah berganti menjadi dinginnya embusan udara yang membawa serta percikan air hujan yang turun secara perlahan.

Ayash masuk ke dalam kamar begitu selesai menunaikan shalat maghrib di masjid sebelah rumah, Husein masih di masjid. Ia membiarkan menantunya pulang lebih dulu karena masih asyik bercengkrama dengan bapak-bapak yang lain usai beribadah tadi.

Dan Ayash hanya menurut karena kasihan juga istrinya dirumah sendirian. Alif menginap dirumah temannya mengerjakan tugas kelompok.

"Assalamualaikum," sapanya begitu memasuki kamar. Dilihatnya sang istri tengah berkutat dengan laptopnya di atas tempat tidur.

"Waalaikumsallam."

Ayash mendekat lalu mendudukan dirinya di sebelah Afifah, kening Ayash bertaut ketika melihat pipi istrinya itu basah oleh air mata. Afifah terisak lirih tanpa menoleh ke arah suaminya yang heran dengan dirinya.

"Kok nangis, kenapa, Fa?"

"Anu, A .... hiks," Afifah terisak lirih membuat Ayash mengambil jarak lebih dekat. Mendekap istrinya dengan hangat meski ia bingung apa yang barusan di alami istrinya.

"Kenapa, sih?"

Ayash masih bingung. Dia kan nggak ngerti kode-kodean cewek kalo nggak di kasih tau lebih dulu.

"Ini, A. Joong Ki tertembak saat tugas ... hiks."

Ayash cengo. Joong Ki? Siapa tuh?

"Juki apaan deh?" Kata Ayash bingung. Dia kan bukan pecinta drakor, makanya gak tau soal juki-juki itu.

"Ih, bukan si Juki, A! Tapi Joong-ki. Nama aslinya song Joong Ki," ralat Afifah. Gadis itu menunjuk layar laptopnya yang tengah menampilkan Drama korea berjudul Descendant of The Sun.

Ayash geleng-geleng kepala melihat keabsurdan istrinya. Dia baper karena hal seremeh itu.

Afifah kembali mengalihkan fokusnya pada layar laptop yang tengah menanpilkan wajah tampan si aktor korea tersebut.
Ayash berdecak, ia sangat tidak suka di cuekin. Terlebih lagi di cuekin istri. Dan tanpa berkata apa-apa ia langsung merebut laptop yang ada di depan Afifah lalu menyimpannya di atas meja nakas, Afifah terhenyak dengan apa yang di lakukan suaminya barusan.

"Kamu ngapain sih? Aku lagi asyik nonton. Kembalikan!"

"Jangan baper-baperan mulu, ah. Inget waktu, Fa."

"Aku juga inget waktu, semua udah di kerjain kok. Sekarang apa lagi? Kembalikan!"

Ayash menggeleng, "kamu gak ada panggilan yang lebih romantis selain nama aku gitu?"

"Kamu sendiri manggil aku Fa."

"Itu kan ada artinya, sayang," sapaan sayang itu malah sedikit membuat Afifah salah tingkah, entah kenapa ia lebih merindukan sosok beku Ayash yang dulu daripada sosok yang sok manis di depannya.

"Apa?"

Ayash menyeringai.
"Facar, ya. Facar halal tapinya."

Mendengar jawaban konyol suaminya, satu lemparan bantal mengenai kepala Ayash, Ayash tertawa melihat respon istrinya. Afifah mengerucutkan bibirnya keki.

"Nama aku udah bagus-bagus, kok di gituin sih!"

"Iya, kamu Fa, Fantastic."

Alih-alih terpesona atau terkesima, Afifah malah semakin dibuat kesal dengan semua panggilan Ayash untuknya. Padahal sejujurnya ia lebih nyaman di panggil sayang oleh Ayash, wanita mana sih yang tak senang di panggil begitu? Apalagi sama suami sendiri. Ganteng lagi.

ISTRI IMPIAN ( R E M A K E )Where stories live. Discover now