22. Beautiful destiny

12.2K 773 16
                                    

***

Mobil Mazda Biante itu terparkir di depan halaman sebuah komplek perumahan yang ada di bilangan Jakarta pusat. Sang pengemudi itu keluar dari dalam mobil sembari memainkan kunci mobil dalam genggamannya lalu melangkah memasuki rumah.

"Abis dari mana, Yash?"

Terdengar sahutan dari halaman belakang. Ayash menghampiri lelaki yang tengah memeras setumpuk cucian dalam ember, memperhatikannya setelah mendudukkan diri di atas kursi yang ada di sana.

"Njemput ponakan sama gurunya."

"Njir, ada udang di balik bakwan," kata Rafiq. Tangannya masih gesit memeras cucian, bahkan sesekali mengusap peluh di dahinya karena cuaca terik yang menyengat.

Ayash menaikkan bahunya acuh, rasanya tak mau mengingat alasannya menjejakkan kaki ketempat seramai itu jika alasannya bukan karena Afifah.

"Yah, mau aja di sana juga gue dapet rezeki."

Rafiq tertawa mendengar perkataan Ayash, "jualan kali ye, dapet rezeki."

"Tau dah," Ayash lalu masuk kedalam rumah dan mengambil air minum di dalam kulkas, dahaga menghajarnya dengan semena-mena di tambah kejadian tadi di dalam mobil.

"Cucian lo banyak banget. Ketahuan males nyuci ya lo," Ayash menyelidik.

Mendengar cibiran Ayash untuknya Rafiq hanya mendengus ia memeras lagi pakaian yang lain, kalimat Ayash barusan itu kejam banget menurutnya.

"Enak aja, seharian ini hujan mulu elah. Gak kering-kering baju gue yang ada makin numpuk. Sekarang mumpung panas gue baru nyuci."

"Kasian banget," Ayash menaruh gelas bening di atas meja. "Nikah gih, biar ada yang bantuin."

"Istri gue amanah buat gue, bukan pembantu gue, nyet." Rafiq nyaris menyiram Ayash dengan air rendaman pewangi dalam ember, kalau saja dia tidak punya stok kesabaran tinggi,;ember itu mungkin sudah melayang ke arah Ayash sejak tadi.

"Eh, gimana kabarnya cewek lo tuh? Lo gak mau lamar dia?"

"Cewek yang mana?"

"Mantan calon istri Faiz itulah, Nyet."

Ayash memutar bola matanya malas. Ia paling malas membahas hal ini, ia bahkan mencoba melupakan kejadian beberapa jam yang lalu di dalam mobil. Mencoba melepaskan Afifah dari hatinya meski ia tahu ini sulit karena Ayash sendirilah yang memulai, dan ia pun harus menepati apa yang sudah ia janjikan.

"Bukan urusan lo, biar jadi urusan Allah ajalah siapa tahu ajal yang duluan jemput gue bukan jodoh."

Rafiq mencibir, ia mencium bau-bau patah hati dalam diri Ayash. Padahal Ayash punya peluang untuk menggantikan Faiz dalam hati Afifah. Namun sayangnya semua tidak sesuai realita. Ayash terlalu kaku untuk gadis selembut afifah.

"Heh masbroh, nyawa kita tidak akan dicabut sebelum rizqi kita dicukupkan, jadi pas kita masih jadi zigot malaikat kan niup ruh kita diusia 40 hari tuh, niupnya sekalian sama ekstra kuota rizqi, jodoh, takdir lainnya. jadi ntar Izrail ga akan njemput sebelum kuota kita habis. jadi kalo ada orang yang meninggal tapi belum menikah, ya. mungkin bakal dinikahkan sama penghuni langit. komet misalnya," tawa Rafiq langsung pecah seketika, ia tertawa menyebalkan.

Padahal Ayash sudah serius menyimak sahabatnya itu namun ujungnya bikin Ayash pengen nendang Rafiq ke bulan.

"Jangan sampe gue sleding lu, ya!" ancam Ayash jengah.

Rafiq menahan tawanya susah payah.
"Serius atuh, Yash. katanya setiap pertemuan ada artinya, eeaaak. Memang urusan Allah, tapi kalo jodoh juga jadi urusan keluarga, urusan pengusaha cathering, urusan pengusaha tenda, urusan penata rias, urusan percetakan, urusan yang bantu rewang, urusan pedagang cilok, sempol, tahu bulat, pentol bakar sampai pedagang mainan karena biasanya kalo ada nikahan mereka akan jadi sponsor di luar area hajatan, ngahahaha," lagi-lagi Rafiq tertawa.

ISTRI IMPIAN ( R E M A K E )Where stories live. Discover now