Episode 17

9.7K 982 251
                                    

Kalau saja Jaejoong tidak ingat Yoojung, ia mana bisa tahan dengan semua cobaan ini. Mungkin Jaejoong sudah ikut menyusul eommanya jauh-jauh hari. Ia begitu lelah, seolah seluruh energi kehidupannya sudah terkuras habis.

Malam itu Jaejoong menghabiskan waktunya di makam sang ibu, menyendiri, mengadu dan menangis sepuasnya. Mengobati rasa sakit di hatinya yang membandel karena sebanyak apapun ia menangis, sekuat apapun ia memukul dadanya, sekeras apapun ia meraung, senyaring apapun ia menjeri, hatinya tetap saja sakit.  Dadanya tetap saja menyesakkan.

Jika ia tahu hatinya bisa semenyakitkan ini, mungkin lebih baik tidak punya hati saja sekalian.
Kurang lebih tiga jam Jaejoong menghabiskan waktu di makam ibunya hingga hari sudah malam. ia memutuskan untuk menyudahi acara keluh kesahnya. Ia mengusap wajanya yang basah dengan kedua tangan, berpamitan dengan sang ibu, lalu berjalan pulang dengan wajah menyedihkan.

Begitu ia mencapai jalan besar, ia tertegun mendapati Jung Yunho berdiri di depannya. Pria itu tersenyum padanya di depan mobilnya sambil melipat dada.

“Aku tahu kau akan berada di sini,” ucapnya. “Tenang saja, aku juga baru datang, kalau kau mau tahu kapan aku datang.” Dengan mudah Yunho menebak karena memang hanya tempat inilah satu-satunya tempat yang paling memungkinkan untuk Jaejoong datangi.

Yunho tak mendapati balasan apapun dari Jaejoong, membuatnya agak kikuk menghadapi pemuda manis itu. Ia menatap Jaejoong sendu. Prihatin dengannya. Si manis di depannya ini telah melewati banyak hal yang menyakitkan. Yunho bisa merasakannya sendiri, hatinya begitu perih saat melihat wajah Jaejoong yang sembab, memerah dan terlihat lelah.

“Kau terlihat kacau,” ucap Yunho. “Lagipula apa yang kau lakukan malam-malam di pemakaman seperti ini? Kau tidak takut? Apa tidak ada tempat yang lebih nyaman untuk menyendiri selain pemakaman?” sambungnya berusaha mencairkan suasana tapi usahanya gagal total karena Jaejoong tidak merespon sama sekali ucapannya, pria manis itu hanya menatapnya datar.

Yunho menghela nafas. Ia menghampiri Jaejoong lalu merangkum wajah Jaejoong dengan tangannya yang besar. “Wajahmu pucat sekali dan bibirmu mulai membiru. Kau pasti kedinginan. Tubuhmu hampir saja membeku. Aku sangat mencemaskanmu.” Pria bermata rubah itu lantas membawa tubuh Jaejoong ke dalam dekapannya, membungkus tubuh dingin Jaejoong dengan mantel tebalnya agar lebih hangat.

Setelah itu Yunho membawa Jaejoong pergi dari kompleks pemakaman tersebut. Sebelum pulang, Yunho memutuskan untuk mampir sebentar di sebuah restoran untuk makan.

Hidangan berupa satu porsi nasi, samgyetang, jjapcae, pajeon, serta kimchi telah tersedia di meja makan tepat di depan Jaejoong.

Yunho membuka penutup nasi dan memberikan sumpit untuk Jaejoong. “Jja, makanlah. Kau pasti belum makan malam. Aigoo… tidak heran tubuhmu kurus sekali ckckck.”
Jaejoong terlihat ragu. Ia hanya memegang sumpitnya dan menatap Yunho dan makanan itu bergantian tanpa suara.

“Ayo makan. Kalau tidak aku akan menyuapimu, atau kalau perlu akan kupaksa.”

Jaejoong pun mulai menyuapkan nasinya dengan perlahan. Pria itu makan cukup lahap. Sementara Yunho hanya menatapnya di seberang sambil sesekali mengusap bibir Jaejoong yang belepotan oleh makanan.

“Sebentar lagi ini akan berakhir kau tidak usah lagi cemas. Go Sunghee sudah ditahan, tinggal menunggu waktu sampai dia disidang dan dihukum. Perusahaan kami juga sudah memecatnya. Kau harus berterima kasih pada Changmin, anak itu memang pintar.

“Ternyata dia yang menyebarkan berita itu ke internet. Dia juga yang memanggil polisi saat Sunghee datang menyerangmu. Soohyun sudah memberitahu semuanya pada polisi, dan tadaa… polisi datang dan langsung menangkapnya.”

SECRET (Bimil)Where stories live. Discover now