Extra Part

10.8K 887 205
                                    

Jaejoong mulai meragukan pilihannya ini. Setelah bertahun-tahun, ia tak menyangka akan duduk di sini, di ruangan khusus pengunjung para tahanan. Di depannya terdapat sebuah tempat duduk yang dipisahkan oleh sekat kaca.

Pintu di ruangan di depannya terbuka, seorang petugas sipir menuntun seorang wanita yang nampak terkejut melihat Jaejoong. Wanita itu adalah Go Sunghee. Ia memakai baju tahanan persis seperti Jaejoong dahulu.

Sunghee duduk di depan Jaejoong dengan menundukkan kepalanya tanpa mengatakan apapun.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Jaejoong.

"Kenapa kau kemari?" gumam Sunghee. Suaranya nyaris tertelan. Ia tak berani menatap langsung mata Jaejoong.

"Apa orang tuamu sering menjengukmu?" Sunghee mengangguk pelan.

"Satu jam yang lalu mereka datang," jawab Sunghee.

"Bukankah hari ini ulang tahunmu?" Sunghee kembali mengangguk. Jaejoong menghela nafasnya. "Menjalani hari di penjara memang berat, tapi banyak hal yang bisa kau dapatkan dari sini. Aku juga merasakannya dulu. Karena itu, aku yakin kau pasti bisa melewatinya."

Tak ada balasan apapun dari Sunghee. Wanita itu tetap menundukkan kepalanya, membuat Jaejoong kembali berpikir, sepertinya keputusannya berkunjung ke sini salah. Jaejoong berusaha sekuat mungkin untuk membesarkan hatinya hanya untuk menginjakan kaki di sini dan bertatap muka dengan Sunghee. Tentu saja, rasa benci itu masih tersimpan rapi dalam sanubarinya.

Hening menerpa keduanya. Tak ada dari mereka yang mau mengucapkan satu patah kata pun. Dua-duanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Jaejoong pun mendesah. "Aku harus pergi. Jagalah kesehatanmu, terkadang penghangat dalam penjara suka mati jadi pastikan tubuhmu tetap hangat. Lalu, makanlah teratur meskipun makanan penjara tidak enak. Aku pergi dulu dan selamat ulang tahun." Jaejoong pun beranjak dari kursinya.

"Jaejoong oppa..." Jaejoong yang hendak balik kanan mengurungkan niatnya ketika Sunghee memanggilnya. Mata pria cantik itu melebar saat Sunghee bangun dari kursinya lalu berlutut di depannya.

"AKu tahu kau pernah berkata kau tidak akan pernah memaafkanku meski aku berlutut selamanya tapi hanya ini yang bisa kulakukan. Aku belum memberikan permintaan maafku padamu. Aku minta maaf. Aku minta maaf atas semua perbuatan jahatku padamu, pada ibumu dan pada Yoojung. Selama di sini, aku telah merenungkan segala kesalahanku. Betapa buruknya diriku, aku bahkan tidak berani menatapmu. Aku tidak berharap kau akan memaafkanku karena aku tahu dosaku padamu terlalu besar. Tapi aku minta maaf. Aku menyesal." Sunghee menangis sesegukan, air matanya tak berhenti menetes. Jaejoong bisa tahu meski wanita itu terus saja menundukkan kepalanya.

Mendengar pengakuan Sunghee tersebut, membuat hati Jaejoong perih. Bukan karena ia bersimpati pada mantan kekaishnya tersebut tapi karena ia teringat ibu dan juga adiknya yang mendapat perlakuan keji dari wanita ini. Jaejoong mengetatkan rahangnya. "Bagus jika kau sudah mengakui kesalahanmu. Tapi aku tak bisa mengatakan apapun lagi selain itu, kau mengerti maksudku kan?" Jaejoong pun pergi meninggalkan Sunghee yang masih sibuk meratap. Wanita itu semakin menangis kencang saat petugas sipir memberikannya sebuah paper bag pemberian dari Jaejoong sebagai hadiah ulang tahun.

.

.

.

"Kalau Changmin tahu kau menjenguk Sunghee dia pasti ngamuk," ucap Junsu di luar kantor polisi ketika Jaejoong baru saja keluar. Namja imut menawarkan diri untuk mengantar Jaejoong ke kantor polisi dan menungguinya.

"Kalau begitu jangan beritahu dia."

Junsu menatap punggung Jaejoong dengan kagum. Ia tak pernah bertemu dengan seseorang yang mempunyai hati sebesar dan selembut Jaejoong. Sebagai manusia, Jaejoong jelas terlalu baik hati. Kalau Junsu jadi Jaejoong, selamanya mungkin ia tidak sudi menatap wajah yang telah membunuh ibunya dan mencelakai adiknya.

SECRET (Bimil)Where stories live. Discover now