PART 13

18.2K 722 10
                                    

“apa yang kalian bicarakan di dalam sana?” tanya Rei ketika Cam duduk di sebelahnya saat ia sedang menulis kembali novelnya di kertas yang ditemukannya.

“tidak ada apa-apa”

“berhentilah merahasiakan sesuatu dariku” ucap Rei kesal

Cam menatap wanita itu dengan sabar, kesabaran yang didapatkannya setelah berabad-abad hidup di antara manusia “aku hanya ingin menghormati privasi Liam, oke…?” ia tidak ingin Rei tahu kalau ia cemburu dengan saudaranya sendiri.

“oke” ia merasa bersalah sekarang karena terlihat seperti perempuan yang selalu ingin ikut campur.

Melihat wajah Rei yang terlihat lesu akhirnya Cam hanya berkata “pada saatnya nanti kau akan kuberitahu jadi bersabarlah” lalu “kudengar kau berhasil membunuh satu penyerangmu.”

Rei menjadi sedikit serba salah karena yang telah membunuhnya itu tepatnya adalag sisi dirinya yang lain tetapi entah kenapa ia sadar dan dapat mengingat kejadian itu padahal biasanya ingatannya kosong“eh iya itu…. Aku tidak sengaja.”

“bagus bila kau berhasil membunuhnya” puji Cam “mulai sekarang kau akan berlatih denganku agar kau tidak menjadi sasaran yang mudah.”

“tapi…”

“tidak ada bantahan apapun yang akan keluar dari bibirmu” perintahnya “mengerti?”

Rei hanya menatap kesal pria sombong tukang perintah di depannya itu tapi dalam hati ia menyetujuinya karena ia tidak ingin lagi menjadi seperti mangsa yang diburu dengan mudah.

***

Keesokan harinya tanpa membuang waktu Cam mengetuk pintu kamar Rei dan menarik wanita itu ke halaman belakang yang luas.

“mau apa sih kita ke sini?” tanya Rei yang kesal karena tanpa alasan pria itu menariknya ke halaman belakang.

“kita akan latihan di sini.”

“di sini?”

“benar cepat ambil pedang itu” Cam melempar salah satu pedang yang dipegangnya yang entah kapan sudah berada di tangannya.

Rei refleks menangkap pedang yang dilemparkan pria itu, ternyata pedang itu sedikit berat dan memerlukan usaha untuk mengayunkan pedang itu

“jangan diam saja ayunkan pedangmu” kata Cam yang sudah dengan posisi menyerang lalu mengayunkan pedangnya ke arah Rei hingga pedang yang dipegang wanita itu terlepas dari genggamannya.

“ayunkan pedangmu!” perintah Cam

“berhenti memerintahku!” bentak Rei balik dan mengayunkan pedang itu yang entah kenapa sekarang terasa lebih ringan dan mulai menyerang pria itu.

“bagus… terus kan. Ayunkan ke kiri….menunduk” kata Cam tetap memberi perintah sambil menyerang wanita itu “tahan…” katanya dan pedang mereka beradu, mereka menatap satu sama lain yang satu dengan napas terengah-engah sedangkan yang seorang lagi dengan tatapan tenang.

“sudah kuduga kekuatanmu muncul saat kau sedang marah” kata Cam ketika mendengar cerita Liam kemarin “tetapi stamina-mu perlu dilatih”

Dengan napas terputus-putus Rei menatap dengan kesal pria di depannya itu “dasar pria tukang perintah” dan kata-kata itu benar-benar dari hatinya yang paling dalam, pria itu menjadi mentor yang keras. Selama beberapa hari berikutnya menjadi hari-hari yang berat bagi Rei karena pria itu selalu membangunkannya di pagi-pagi buta dan menyuruhnya berlari dengan merekatkan beban seberat sepuluh kilo di masing-masing kaki dan tangannya sambil menghindari beragam jebakan yang dibuat pria itu.

THE DARK SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang