Bab 12 - Putra

24 2 24
                                    

Cara.

Dua minggu setelah jalan-jalan bersama dengan Dario, ada banyak hal yang berubah dalam hidupku. Mendadak aku dan mama menjadi seperti sahabat baik. Ia sudah jarang pergi keluar untuk kegiatan sosialnya seperti biasa, dan lebih banyak diam di rumah, mengerjakan sesuatu yang ia suka. Katanya, ia rindu seperti ini, rindu mengerjakan pekerjaan wanita dan ibu rumah tangga biasa, memasak, mengurus rumah, menghias setiap sudutnya dengan bunga lili favoritnya, dan sesekali merajut dan membuat benda-benda baru dari barang dan kain bekas. Aku tidak pernah tahu bahwa mama mahir dalam kriya, dan darinya pula aku meminta untuk diajarkan banyak hal.

Sedangkan dengan papa, hubunganku masih tidak ada kemajuan dan malah cenderung mundur karena aku selalu tidak ingin berada dalam satu ruangan terlalu lama dengannya. Setelah obrolanku dengannya satu minggu lalu, aku bisa melihat papa mulai sering berusaha untuk memulai kembali percakapan denganku, namun kali ini aku yang menghindar. Bagaimana bisa aku tahan mengobrol dengannya jika setiap kali aku melihat wajahnya, aku selalu teringat dengan kejadian satu minggu lalu di mal. Aku sadar bahwa aku tidak bisa marah begitu saja hanya karena ia pergi jalan-jalan bersama dengan orang lain. Namun tetap saja aku merasa kecewa karena di saat rumah tangganya sendiri tengah menegang, ia malah dengan senangnya pergi dengan wanita lain dan anaknya seperti layaknya keluarga utuh. Dan sayangnya, rasa kecewaku itu besar sekali kuantitasnya.

Dan kak Luisa, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. Ia mulai sering terlihat murung dan pendiam, berangkat pagi sekali dari rumah, dan pulang larut malam. Aku tahu, pasti ada masalah yang tengah ia hadapi, namun aku tidak pernah mempunyai kesempatan yang pas untuk menanyakan langsung padanya, karena ia selalu terlihat buru-buru dan sulit diajak bicara.

Lalu Dario, ah aku tidak tahu harus memulai bercerita tentang pria ini dari mana, namun yang jelas ia adalah orang yang sekarang ini sangat berarti untukku. Aku tidak pernah menyangka bahwa orang yang sangat aku benci awalnya bisa begitu saja berubah menjadi seseorang yang membuatku sulit tidur tiap malam karena menunggu balasan Line darinya. Sedikit banyaknya, ia mempunyai peran penting dalam perubahan diriku ini. Bagaimana pun juga ia adalah satu-satunya orang yang mulai berani membuat kontak denganku dengan menggunakan cara yang sangat ekstrem. Menciumku di mobil sampai berdarah-darah.

Mungkin saja, jika kejadian ciuman itu tidak pernah terjadi, sampai sekarang pun aku tidak akan pernah bisa berubah. Kehadirannya yang semula tidak akan pernah aku hiraukan, mendadak menjadi sangat penting karena saat itu aku tiba-tiba sangat membencinya. Dan rasa benci itulah yang akhirnya membuatku lebih sering terlibat dengannya.

Aku tidak pernah menerima pengakuan perasaan seseorang sebelumnya, sampai kemudian dua minggu lalu di dalam mobilnya, Dario mengungkapkan perasaannya padaku. Aku tidak berpikir jernih ketika itu—sekalipun sebelumnya aku cukup bingung—dan langsung memberinya ciuman singkat. Dan setelah itu, tidak pernah lagi ada hal canggung dan obrolan yang menjurus ke arah itu lagi di antara kami. Namun meskipun begitu, intensitas obrolan dan pertemuan kami sekarang menjadi lebih sering. Bahkan, aku akan selalu melihat wajah Dario setiap hari meskipun hanya melalui FaceTime.

Lalu pertanyaannya? Apa aku dan Dario akhirnya berpacaran? Jawabanku tetap sama, aku tidak tahu. Namun kami berdua tahu pasti, bahwa sekarang kami mulai saling membagi hati.

Dario baru saja mengambilkanku sebotol jus jeruk dari dalam tas, dan kemudian duduk di sebelahku sambil menggenggam tanganku yang basah karena keringat dingin. "Tarik napas dalam-dalam, buang perlahan," ucapnya yang langsung aku tanggapi dengan anggukan. "Semuanya bakal lancar, kamu sudah siap-siap sedari tiga hari lalu kan?"

Aku mengangguk. "Tapi ini dadakan. Pak Radian baru ACC satu minggu yang lalu, dan langsung nyuruh aku daftar sidang. Aku merasa persiapanku masih belum matang," jawabku.

An Apple for CaraWhere stories live. Discover now