9. First Step

2.7K 431 15
                                    

Kehidupan baru di asrama baru. Bohong jika Archer tidak menyukainya, ia senang bisa melakukan apa yang ia inginkan. Sebelumnya, ada banyak beban dan tanggung jawab yang harus ia emban. Entah itu karena statusnya sebagai keponakan Lynford ataupun Grant, maupun menyandang nama belakang Collins. Banyak hal yang harus ia perhatikan dalam setiap langkahnya yang terkadang justru seolah memberinya kekang dan membatasi ruang geraknya. Max atau Victoria memang bersikap baik bahkan sangat baik, jika ia menceritakannya pada dunia maka mereka akan setengah mati iri dan meminta untuk berada di posisinya. Tapi, setidaknya mereka punya keluarga yang utuh.

Ada ayah dan ibu.

Bahkan beberapa teman-temannya di bangku sekolah memiliki ekstra keluarga seperti seorang kakak atau adik. Ia mendambakan sapaan ayah atau ibunya di balik kaca jendela mobil, bukan seorang supir yang di sewa kakeknya dan selalu menyambutnya sambil berdiri tegak kemudian meletakan telapak tangan kiri di dada kanan lalu membuka pintu belakang mobil untuknya.

Ia sudah terbiasa dengan seluruh tatapan yang ditunjukan padanya, entah iri dalam artian baik maupun buruk. Kehidupannya monoton. Bahkan Max membentuk dunianya hanya dengan dua warna yaitu hitam yang berarti keburukan, penolakan atau hal-hal yang dilarang sedangkan satunya lagi putih yang memiliki arti sebaliknya. Bahkan tidak ada warna abu-abu yang menyatakan keraguan.

Segala jalan yang akan Archer lalui adalah sebuah kepastian.

Ia memandang langit-langit kamarnya, membayangkan wajah kakak sepupunya Elois. Kakaknya tampak hidup dengan nyaman sesuai caranya meski ia harus membenci Max.

"Setidaknya dia memiliki sebuah keluarga. Kenapa tidak mengalah dan bersikap baik saja?" Keluh Archer pada udara kosong.

Ia melirik tempat tidur kosong dk sampingnya. Ia belum memiliki teman sekamar.

Dddrrrtt drrtt

Ponsel dalam sakunya bergetar.

From: Beauty Cuttie
Sepupuku yang tampan, kau sekarang ada dimana? I need you, now.

Chris.

Selain kakek dan nenek dari kedua orangtuanya, Stevan, Max dan Victoria, tidak ada orang lain yang mengetahui nomor ponselnya. Sejujurnya ia menginginkan orang lain dalam kontaknya, jelas orang itu bukan Chris. Bahkan gadis itu menulis julukannya sendiri pada ponsel Archer. Membuat Archer membacanya nama itu dengan dahi berkerut.

To: Beauty Cuttie
Aku sangat sibuk.

Tidak ingin diganggu oleh Chris, Archer pun memilih untuk mematikan ponselnya dan menaruhnya di atas meja dekat tempat tidur kemudian berbaring dengan nyaman. Kasur barunya memang tidak senyaman kapas seperti properti di kediamannya. Tapi, ini menyenangkan baginya. Semuanya terasa lebih manusiawi.

Archer pun memejamkan matanya dengan perlahan menuju alam mimpi.

**

"Elois, siapa nama sepupumu itu?"

"Christina?"

"Bukan, yang tampan."

Mendengar Luke menanyakan perihal sepupu lelakinya membuat alis Elois berkerut. Biasanya seorang pria akan bertanya tentang seorang wanita, bukan sebaliknya.

"Apa kau..."

"Woah boy! What are you thinking, dude? I'm not gay."

"Lalu?"

"Tahun lalu aku mendengar banyak kisah tentang keluarga Collins. Dia satu-satunya putra dari William Collins, 'kan?"

Elois merapikan pakaiannya ke dalam lemari sambil menganggukan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Luke. Mereka menjadi teman sekamar dan itu sangat menyenangkan. Setidaknya mereka tidak perlu terlalu repot berbaur dan berusaha dekat dengan teman orang baru untuk sekadar merasa nyaman.

Closer [END]Where stories live. Discover now