46. Another Love

1.6K 350 60
                                    

Seolah sudah menjadi kebiasaan. Lagi-lagi Elois menghindar. Ia memilih untuk bergumul dengan berkas-berkas dan melupakan malam yang nyaris merubah segala kehidupannya. Sekarang ia di sini, berdiri di hadapan ayahnya yang tampak semakin menua meski ketampanan jelas masih melekat dengan sempurna di sana.

"Mr. Turner memintamu untuk datang dan kau bisa menolak." Ucap Max sambil mengambil kacamata bacanya dan mengenakkannya dalam gerakan-gerakan yang anehnya terlihat elegan.

Mikaela juga berada di ruangan itu. Duduk di sofa tunggu yang nyaman sambil menatap interaksi ayah dan anak tersebut.

"Aku sudah mendengarnya, mengenai perjodohan." Ucap Elois, masih dengan gayanya yang sangat tenang.

"Dan kau harus tahu bahwa kami sama sekali tidak memaksakan apapun. Kau bebas memilih, El." Ucap  Mikaela dari tempatnya.

Elois menatap ibunya yang tersenyum hangat lalu beralih menatap ayahnya, Max menganggukkan kepala sebagai tanda setuju dengan pernyataan Mikaela. Ia tidak ingin menentang apapun kecuali jika Elois berada di jalan yang salah. Memaksakan kehendak tentang masalah cinta bukan hal yang baik dan Max masih ingat bagaimana ia menyaksikan kisah William dan Kaylee di depan matanya langsung.

Elois mengerti hal itu.

"Aku akan menemui Mr. Turner. Rasanya sangat tidak sopan ketika diundang tapi tidak datang." Ucapnya lembut.

Max dan Mikaela saling bertukar tatapan lalu tersenyum. Mereka tidak akan mencampuri masalah ini.

"Terserah padamu. Apapun yang terbaik." Ucap Mikaela.

Elois hanya memberikan sebuah anggukkan kepala sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan mengganti pakaian yang tidak terlalu formal dan kaku. Bukankah lebih baik menyibukkan diri untuk melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan? Ia tidak sedang dalam pelarian, ia hanya butuh pengalihan.

**

Archer sesekali mencuri pandang ke arah Amber yang kali ini tampak sangat serius memilah-milah berkas yang masuk. Gadis itu bahkan mengikat rambutnya dengan asal, namun entah bagaimana dimata Archer, Amber tetap terlihat menawan dengan cara yang berbeda.

"Bisa tidak untuk berhenti memandangiku?" Keluh Amber tanpa menoleh.

Archer tertawa pelan.

"Menertawaiku?" tanya Amber yang sekarang mengalihkan pandangannya, menatap Archer dengan alis berkerut.

Lelaki itu beranjak dari mejanya dan melangkahkan kaki, mendekati meja kerja Amber lalu duduk ditepiannya dengan tatapan yang sama sekali tidak terlepas dari wajah gadis itu. Ia sedang ingin mengamatinya dengan seksama. Sejak ciuman dan sebagai penanda berubahnya status hubungan mereka, Archer seolah memiliki hobi baru yaitu memandangi Amber.

"Kau memiliki banyak ekspresi." Ucap Archer pelan.

Amber merenggut mendengarnya.

Bukan berarti ia tidak suka, hanya saja hatinya seolah meledak-ledak. Sikap Archer selalu sukses membuat dunianya terasa berbunga. Semakin lama, ia semakin merasakan keindahannya. Kali ini, ia merasa Tuhan sedang bersikap adil kepadanya. Mengirimkan Archer ditengah keadaan keluarganya yang tidak begitu baik. Bukan. Hanya saja Amber bukan berasal dari keluarga itu sehingga sekarang ia merasa asing.

Archer menghela nafas, begitu melihat Amber melamun.

Seolah tahu kemana arah pikiran gadis itu, ia mengulurkan tangannya. Merapikan helaian rambut yang berantakan dan menyelipkannya di belakang telinga Amber. Mereka saling bertatapan satu sama lain selama beberasa saat sampai terdengar suara kunci pintu yang dibuka.

Closer [END]Where stories live. Discover now