9. Sapore

14.7K 1.2K 71
                                    

Hollaa! Holaa! Hello!!

Bab ini juga belum di edit jadi jangan marah kalau ketemu sesuatu yang berbentuk Typo, okeh baca aja...

Tingga dua bab lagi kok untuk ketemu sama Emer :)

Lalalalalala~

Jangan lupa Voment guys! ;) tangkyu.

_______________°°

"Bertahan melawan logika aku masih mampu. Setengah gila mengingkari perasaanku, tersudutku tanpa ampun. Maaf aku tak mampu."

Moammar Emka
(1974-)

"Sam!."

Cornelia melambaikan tangannya pada seorang pria tampan yang duduk santai disalah satu meja Cafe.

Sam berdiri dari kursinya saat Cornelia menghampirinya, dia mendorong kursi untuk Cornelia lalu kembali duduk.

"Maaf ya aku menundanya, habisnya dia benar-benar pasien yang sulit."

"Iya, aku mengerti," Sam memanggil pelayan, lalu dia melihat Cornelia memakai syal tebal dihari yang tidak dingin begini, itu aneh, "kau sakit? Kau seperti kedinginan."

Cornelia memperbaiki syalnya mencoba menutupi sesuatu didalamnya.
"Ah, ini?, soalnya aku mau pulang malam jadi nanti malam pasti dingin."

"Kau mau kemana nanti malam?," dia mengambil buku menu dari pelayan dan memberikannya satu pada Cornelia.

"Aku ada mata kuliah malam, sekarang aku kuliah full, karna dosenku bilang aku bisa mengikuti semester cepat lagi langsung ke semester 5, lalu setelahnya mungkin aku akan mengikuti kuliah online karna dosen pembimbingku bilang lebih baik aku langsung kuliah spesialis saja, mereka bilang mereka akan memberikan izin penuh," Cornelia sangat bahagia mengatakannya.

"Sama sepertiku dulu, setelah itu kau akan merasa kehilangan, karna kau akan kembali merindukan kelas-kelas membosankan itu," Sam memberitahu.

Mereka memesan makanan yang sama lalu banyak mengobrol hal-hal kecil. Sam mempunyai caranya sendiri untuk membawa lawan bicaranya tertarik dengan pembicaraan mereka.

Dia selalu bicara sopan dan dari bicaranya dia selalu menghargainya orang lain. Dia juga selalu bicara dengan senyum, sangat bertolak belakang dengan seseorang.

"Kau besok mau kemana?."

"Paginya aku akan kuliah dan siangnya aku akan praktek otopsi di kantor polisi, katanya ada kasus pembunuhan Sianida atau apalah itu, aku belum baca tugasnya."

Sam tersenyum sesekali menatap Cornelia mengagumi keberaniannya. Saat pertama kali dia ikut otopsi dia pernah muntah-muntah dan terus memikirkannya sambil semingguan tapi dia dengar dari para dokter Cornelia sama sekali tidak gugup atau ketakutan, dia dengan santai malah menganggap otopsi hanya seperti aktivitas sehari-hari. Dia juga menyelamatkan banyak jiwa dari praktek-praktek operasinya.

Saat dia menjadi pendamping operasi, dia banyak membantu, saat dokter sudah menyerah dengan pasien dia berani maju mengambil resiko, dia selalu merasa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan pasiennya. Dari situ dia mulai dikenal banyak orang dari dunia kedokteran.

Mulai dari dunia kedokteran Italia bahkan negara tetangga sudah banyak mendengar namanya. Sam yakin saat dia sudah resmi menjadi dokter seantero dunia pasti akan mengenal namanya juga.

"1993."

Sam melihat Cornelia yang bergumam pelan, Sam menaikkan alisnya bertanya.

"Anggur ini, ini dibuat tahun 1993, jangan terkejut, aku sudah mencoba berbagai macam anggur jadi aku hafal semuanya," Cornelia tertawa saat Sam memberinya tepuk tangan.

CORNELIA : Sweet Enemy [COMPLETE]Where stories live. Discover now