18. È lui

13.3K 1.1K 54
                                    

Hai, update lagi :)
Terimakasih untuk yang sudah mampir ke ceritaku ini. Jangan bosen ya:)

Tinggalkan jejak kalian dengan komentarnya dan kalau kalian suka Vote ya:)

Happy Reading..........

______________CONAN_____________

"Gill." Cornelia menghampiri Gill yang baru keluar dari kamarnya. Belum ia menghampiri Gill sudah berjalan kearah Cornelia dan memeluk Cornelia erat.
"Aku merindukanmu..."

Kata rindu itu menggelitik leher jenjang Cornelia. Kenapa jantungnya jadi seperti iringan drumband begini? Ini cuma kata-kata yang biasa Gill sampaikan padanya. Kau tahu ini tidak biasa Cornelia.

Gill melepaskan pelukannya. "Aku tidak tahan lama-lama mendiamimu. Maafkan aku..."

"Tidak apa--"

"--Ah indahnya romansa masa muda." Suara Alecta dibelakang Cornelia.

Cornelia menoleh dan mendapati Alecta yang mengedipkan matanya pada Cornelia. Cornelia mendengus sinis pada Alecta.

"Gillien, aku ingin bicara padamu. Penting." Alecta sekarang serius sepertinya.

"Hm." Gill menjawab singkat.

Cornelia melihat keduanya yang sepertinya memikirkan hal yang sama satu sama lain. Gill menggenggam tangan Cornelia mengajaknya ikut duduk didepan Alecta. Alecta mengerutkan keningnya. "Kau serius? Aku mengajakmu bicara serius dan pembicaraan ini juga akan menyangkut masa depan Italia. Dan kau mengajak bocah idiot ini untuk menguping?."

Cornelia membelalakan matanya. Jelas sekali kalau si tua bangka hampir mati Alecta Fuck Alcael sedang menghinanya.

"Mau bicara soal kiamat sekalipun dia tidak akan mengerti. Otaknya dangkal." Gill ikut menghina Cornelia.

Cornelia tidak bisa berkata-kata. Duo kakekVcucu ini sedang menyerangnya dengan serangan double mulut jahanam.

"Yah, dia idiot sekali, aku sudah mengetesnya dengan pertanyaan sederhana dan dia malah menjawabnya dengan membuat jenis pertanyaan baru. Idiot." Alecta masih dengan mulut pedasnya.

Cornelia sudah kehabisan bersabaran. Dia baru saja mau berubah menjadi Hulk saat Gill meraih bahu Cornelia dan menyenderkan kepala Cornelia pada dadanya. "Biarkan saja oke."

Cornelia mencibir pelan. "Kau juga salah."

Gill tertawa singkat dan itu membuat Cornelia mencubitnya pelan. Sementara Alecta melihat keduanya dengan tatapan tak bisa diartikan.

"Ini pasti ulah 'mereka'kan?." Alecta membuka pembicaraannya.

Itu membuat Gill menghentikan aktivitasnya dengan Cornelia. "Hm, tentu saja. Mana mungkin aku."

CORNELIA : Sweet Enemy [COMPLETE]Where stories live. Discover now