Ch 4 - Hidden File

333 69 17
                                    


Yoongi POV

Sudah 1 jam sejak aku duduk dihadapan keyboard dan notebook ku, tetapi pikiranku tidak dapat fokus untuk menulis lirik maupun melodi.

Aneh, karna hal atau dapat kukatakan 'seseorang' yang membuat konsentrasiku berantakan ini tak lain dan tak bukan adalah Park Hyejin. Ya, gadis yang bekerja sebagai Program Director di program televisi yang mengundangku tempo hari.

Ada sesuatu dari dirinya yang membangunkan kembali memori lama yang sudah berusaha ku hapus dari ingatanku.

Tanganku bergerak diatas mouse, mengklik folder di layar PC ku, yang menampakkan beberapa folder-folder lain. Ku buka salah satu folder yang bernama 'undone', dan muncullah sebuah file project musik yang pernah kubuat namun kuhentikan 2 tahun yang lalu. Cukup berat membawa jariku untuk membuka file tersebut dan menekan tombol play, namun akhirnya alunan melodi piano sederhana memenuhi ruanganku.

"Sudah lama aku tidak mendengarnya," suara Seogyu yang entah sejak kapan sudah berada didalam ruanganku sambil bersandar di pintu, mengejutkanku.

"Apa begitu sulit untuk mengetuk pintu sebelum menerobos privasi seseorang?," sindirku sambil menekan tombol stop pada music player di layar PC ku dan memutar kursiku kearah Seogyu berdiri.

"Oh well, maafkan kekhawatiran berlebihanku yang mengira terjadi sesuatu kepada sepupuku, yang tidak membukakan pintu padahal buku jariku rasanya seperti mau lecet setelah mengetuk pintumu berulang-ulang," ia memutar bola matanya sambil melipat kedua lengan tangan di dadanya.

Oke, sepertinya aku memang sedang tidak fokus sehingga tidak mendengar suara ketukan pintu.

"So, apa hal penting yang membuatmu ingin bertemu dengan sepupu tercintamu ini?," sengaja ku berikan penekanan di kata 'tercintamu' karena ku tahu she loves me... not.

"Eomma membawakan banyak makanan saat aku mampir ke rumah tadi, dan dia memintaku untuk bisa memaksamu makan karena dia tidak suka melihat keponakannya yang sudah seperti tengkorak berjalan semakin kurus. Aku sudah menyiapkannya dimeja makan," ia menggerakan kepalanya kearah pintu mengisyaratkan aku untuk segera beranjak.

"Give me a second, aku akan menyusulmu," kuputar kembali kursiku menghadap ke PC.

"Erm.. Salahkah jika aku ingin tahu mengapa tiba-tiba kau putar lagi instrumen itu?," dengan hati-hati Seogyu berbicara, seperti takut jika ia akan melewati batas.

"Entahlah.. Tiba-tiba ia muncul dipikiranku," suaraku mengecil seperti ingin namun tak ingin Seogyu mendengarnya. Namun ia dengar. Dengan jelas. Membuatnya menghela nafas kencang.

"Huh.. Seharusnya aku tidak membiarkanmu bertemu dengan Hyejin," secepat kilat ku putar kembali kursiku ke arah Seogyu.

"Apa maksudmu Nam Seogyu??"

*****

Hyejin POV

Entah mengapa aku tidak bisa menghentikan tanganku yang gemetar sejak aku datang ke restoran ini. Bukan karna lapar, melainkan tatapan wanita setengah baya yang sedang duduk dihadapanku ini seperti sedang mengulitiku. Sadar melihat kegugupanku, Namjoon mencoba menenangkan dengan menggenggam erat satu tanganku sambil membisikkan kata 'Gwenchana' ditelingaku.

"Jadi sudah berapa lama kalian berpacaran?," suaranya sangat lembut dan penuh wibawa, namun justru itu yang membuatku gugup, takut jikalau aku melakukan sesuatu yang membuat ia berfikir bahwa aku tidak pantas bersanding dengan anaknya.

"Sudah jalan 4 tahun eomma," jawab Namjoon dengan santainya.

"Hah? Selama itu dan kalian baru memberitahuku sekarang? Hyejin-ah, bahkan kau tidak pernah datang ke rumah lagi sejak kalian lulus SMA. Bukankah seharusnya kau datang ke rumah, untuk memberikan salam atau sekedar melepas rindu denganku apalagi karena akhirnya kalian pacaran. Mengapa baru sekarang menemuiku setelah 4 tahun kalian pacaran?," Namjoon tak sanggup menahan tawa mendengar omelan ibunya yang membuatku menatap tajam padanya. Bisa-bisanya ia tertawa, sedangkan aku disini berusaha agar tidak buang air di celana saking gugupnya.

"Tenanglah eomma, kau membuatnya takut. Kami memang sempat lost contact untuk sementara waktu," Namjoon dengan sangat tenang menggantikan posisiku untuk menjawab pertanyaan ibunya.

Mungkin aku belum terlalu detail menceritakan tentang diriku dan Namjoon. Seperti yang pernah ku beritahu bahwa Namjoon adalah teman kecilku. Dulu rumah kami bertetangga, karena aku lebih tua 2 tahun darinya, aku selalu berlagak seperti seorang kakak baginya. Begitupun orang tua kami memandangnya.

Karena kepintaran Namjoon, ia dua kali mengalami ekselerasi saat sekolah, dari kelas 1 SMP lompat ke kelas 3 SMP, dan begitupun saat SMA. Hingga akhirnya kami lulus SMA secara bersamaan, disaat umurnya masih 16 tahun dan aku 18 tahun.

Namun setelah itu kami diterima di universitas yang berbeda, aku meninggalkan rumah orang tuaku untuk tinggal di asrama kampus begitupun dengan dia. Saat itulah kami sempat berhenti berhubungan karena kesibukan masing-masing dan jarak yang membuat kami tidak saling berjumpa.

Lalu kudengar Namjoon menyelesaikan S1 nya dalam kurun waktu 3,5 tahun untuk 2 gelar sekaligus dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 di Toronto, Kanada. Tak lama setelah ia pindah kesana, Namjoon mulai menghubungi ku lagi.

Walaupun hanya melalui skype dan chatting email, kami menjadi dekat lagi. Akulah yang menjadi teman curhat disaat ia merasakan berat dalam beradaptasi ditempat yang benar-benar baru baginya dan jauh dari keluarga. Dan pada saat itulah Namjoon berani mengakui bahwa selama ini ia menyimpan perasaan padaku dan ingin menjadi lebih dari sekedar teman. Akhirnya kami menjalani hubungan jarak jauh, yang berjalan hingga sekarang.

"Maafkan aku eommoni, harusnya aku berkunjung untuk memberi salam padamu," aku menunduk malu, tiba-tiba rasanya taplak meja menjadi pemandangan yang menarik bagiku.

"Tatap mataku nak," ibu Namjoon menyentuh daguku mengarahkan wajahku untuk menatapnya.

"Eoraenmaniya Hyejinie. Aku sangat merindukanmu. Bagaimana kabar kedua orang tuamu?," dan seketika rasa gugupku berganti menjadi kerinduan saat menatap mata yang sama yang dulu selalu menatapku penuh cinta walaupun aku bukan anaknya sendiri.

"Mereka baik-baik saja eommoni," setelah aku diterima di universitas, orang tuaku pindah ke daegu karna dinas ayahku yang dimutasi kesana.

"Sampaikan salamku pada mereka, oke?," aku mengangguk, dan Namjoon yang tiba-tiba terabaikan oleh reuni kami segera mencari perhatian dengan menepuk tangannya sekali.

"Wah, kalian sampai tidak sadar bahwa makanan kita sudah terhidang. Nanti lagi kita lanjutkan reuninya," celotehnya membuat aku dan ibunya tertawa kecil dan segera memfokuskan diri untuk mengeksekusi hidangan yang tersaji di hadapan kami.

"Ehm, ngomong-ngomong kapan kalian menikah?," dan daging yang baru saja kulahap seketika menyangkut di tenggorokanku.

TBC..

*****


I'm so sorryyy.. Setelah sekian lama baru bisa update..

Semoga chapter kali ini tidak membosankan..

Teruntuk SariMalecia13 makasih atas encouraged mu 💋💋

Dan untuk para reader tercinta selamat membaca dan jika tidak keberatan, tolong tekan tombol bintang jika kalian menyukai fanfic ini dan juga berikan kritik atau saran..

Kamsahamnida.. *deepbow*

BitterSweet | K.NJ / M.YG | BTSWhere stories live. Discover now