Part 5 (A) - Dad

3.9K 266 4
                                    

Kuusap bagian mata bawah turun di atas tulang pipi. Aku pun berdiri setelah usai menghela napas panjang untuk mengosongkan sesak di dalam dada. Kini kulihat Gregory masih saja berjongkok sembari memegang rahangnya. Tak berapa lama ia juga berdiri tepat di hadapanku. Saat pandangan kami bertemu, aku menyadari ada satu hal yang berbeda dari pria arogan kali ini. Iris matanya tak lagi berkilat amarah seperti beberapa saat lalu. Begitu redup dan aku tak mengerti apa yang terjadi padanya. Ia masih saja menatapku. Namun sekali lagi, tak ada tatapan yang mengintimidasi. Juga tidak ada sorot mata bak seekor singa yang lapar.

Kuharap setelah ini kau akan mengerti Gregory, bahwa tak semuanya mampu kau permainkan walau kau pemilik segala kekuasaan. Tidak segalanya bisa berjalan sesuai keinginanmu. Ingat saat kau melukaiku? Itulah yang kulakukan untuk membalasmu. Dunia ini bukanlah seperti kebun bunga. Aku takkan bersikap baik pada orang yang melukaiku. Karena mereka yang melukai, takkan tahu sakitnya terluka. Hanya penerimanya yang tau. Kini, kuharap kau tahu, Gregory. Bahwa luka, juga butuh waktu untuk sembuh.

"Tak perlu melakukan fitting. Aku akan memakai apapun pilihanmu," kataku. Lalu aku pergi dari ruangan ini. Tak ada raungan amarah dari Gregory setelah aku sedikit melukai harga dirinya tadi, juga tak ada cengkeraman kuat di lenganku. Untuk pertama kalinya, kurasakan ada sisi Gregory yang berubah karena sikap arogannya tak lagi menonjol. Seolah bedebah menjengkelkan itu hilang begitu saja.

Gregory,  pria seperti apa dirimu sebenarnya?

Berjalan keluar dari bilik ini, kuhiraukan beberapa pramuniaga yang menatapku. Begitulah manusia sekarang, kupikir mereka terlalu mempunyai rasa penasaran yang tinggi. Tidakkah itu merupakan salah satu sikap buruk yang harus dihilangkan? Sungguh menyebalkan. 

Boleh aku mengutarakan perasaanku hari ini? Ahh! Kupikir tidak. Aku tak boleh mengeluh lagi, sudah cukup untuk hari ini. 

"Miss Chayton. Mari saya antar."

Berada di luar gedung, langkah kakiku yang diikuti oleh pekerja Gregory kuhentikan. Lalu aku berkata,  "Tak usah. Katakan pada tuanmu jika aku tak membutuhkanmu."

●●●

New York Police Department,
230 E 21st St, New York, NY 10010.

Memasuki areal police station, terdapat lambang moto di dinding pintu masuk bertuliskan Fidelos ad Mortem yang artinya setia sampai mati.

kulihat beberapa petugas mengenakan  kemeja biru dongker, topi pet polisi,
juga terdapat lencana di bagian lengannya sibuk dengan beberapa tumpuk berkas.

Juga 2 anggota kepolisian sedang sibuk menginterogasi, pun ada 3 orang terborgol tepat di depan petugas itu. Melihat beberapa orang yang berkepentingan berlalu-lalang, juga beberapa yang nampak kesal dan membantah para Petugas. Mengingatkanku pada Ayah pada waktu itu, entah mengapa rasanya aku begitu ingin meremukkan kepala Gregory sampai hancur. Hanya sebuah keinginan, tak lebih dari itu. Di mana hal tadi tak mungkin mampu kuwujudkan dengan nyata.

"Can I help you, miss?" Seorang pria bertubuh tegap lengkap dengan seragam khasnya menyambut kedatanganku. Terlihat lencana membentuk duri dan mahkota.

Aku pun tersenyum tipis, tak lupa aku mengulurkan tangan. "Rabella Chayton. Aku ingin bertemu dengan Adamson Chayton."

Membalas uluran tanganku, pria itu juga tersenyum. "Emmet Prior. Kau bisa menunggu di bangku sebelah selatan terlebih dahulu, nona. Waktumu empat puluh lima menit."

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang