Part 20 - Yours

2.5K 129 17
                                    

Lalu apa yang harus kukatakan?

Aku pun tak mungkin mengutarakan apa yang sesungguhnya telah terjadi. Aku tak mau membuat semuanya semakin rumit. Lagi pula aku takut jika yang dikatakan Davian itu benar. Bahwa Andrew dengan keras kepalanya akan memilih masuk penjara. Maka akan lebih baik jika tak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan Gregory.

Ya seperti itu.

Andrew. Untuk kali ini kau bisa mengandalkanku untuk melindungimu. Ternyata inilah yanh dinamakan cinta pedih. Dan aku tak bisa menutup mataku yang hanya bisa memandangmu kali ini.

Andrew maafkan aku. Inilah ikatan bersama Gregory yang ditakdirkan seharusnya tidak terjadi. Untuk saat ini aku takkan berpikir lagi. Aku akan memikirkannya dan khawatir nanti. Untuk saat ini aku hanya akan melakukan sesuatu yang berharga bersamamu. Maka banyaknya rintangan nantinya memanglah harus kuhadapi.

"Aku sudah membujuknya, tenanglah," ucapku. Lalu aku membantu dirinya untuk duduk di tepi ranjang. Aku menatapnya lekat, berusaha memberinya ketenangan juga keyakinan bahwa semua baik-baik saja.

Bukankah seperti itu? Bahwa semua akan baik-baik saja. Aku pun berusaha mempercayai akan hal itu.

Sungguh Andrew, aku pun tidak ingin meninggalkanmu, menyukai laki-laki lain. Bahkan aku juga tidak ingin melindungimu jika harus seperti ini akhirnya. Aku selamanya tidak ingin hidup bersama dengan lainnya kalau bukan kau.

"Bagaimana bisa?" tanyanya. Masih memandangku seolah ia sama sekali tak mempercayai apa yang baru saja kukatakan padanya.

Aku tersenyum pada Andrew. Lalu aku mengelus lengan besarnya. "Tentu bisa. Aku sudah membujuknya. Jangan cemaskan hal itu," ucapku.

Maafkan aku Andrew, dan kita benar tak bisa bersama seperti dulu lagi. Kumohon, tetaplah mencintaiku ketika kau tahu ini semua. Karena aku tak tahu apa yang akan terjadi pada diriku ketika kau begitu membenciku nanti. Aku tak bisa membayangkannya.  Tapi, mengingat semua rentetan hal yang terjadi ketika kita bersama, mungkin itu tak apa. Lebih baik jika cinta itu berubah menjadi kebencian agar aku takkan pernah lagi menyeret lelaki baik sepertimu pada kesulitan yang kualami. Membenci diriku, mungkin itu akan lebih mudah bagi Andrew untuk melupakanku. Menjauh dariku maka itu lebih baik untukmu, Andrew.

Maaf. Karena aku kau pun terluka, sakit dan berdarah. Aku pun tidak menyukai itu. Dan aku juga tidak ingin membuatmu sedih.

"Rabella, kenapa kau menangis?"

Ya Tuhan, entah mengapa ini begitu menyakitkan.

Aku tersenyum. Tanganku yang hendak menghapus air mata, tergantikan dengan jemari Andrew yang mengusap butiran bening yang turun di pipiku. "Tak apa, aku hanya senang karena aku bisa melakukan sesuatu untukmu," ucapku.

"Tanpa kau melakukan apapun, aku akan tetap kuat. Cukup tetaplah mencintaiku, jangan mengkhianatiku. Dan berjanjilah padaku."

Saat menatap mata hijaunya, juga indera pendengaranku yang menangkap permintaannya. Seakan tersindir telak, aku tersenyum padanya. Dan aku merasa benar-benar mengkhianati Andrew. Untuk sekarang aku hanya bisa menjanjikan satu hal. Bahwa aku akan tetap mencintainya sampai akhir. Tapi, untuk bersamanya maka aku tak bisa, karena aku tak tahu kapan aku bisa terbebas dari sangkar emas milik Gregory.

Apa yang harus kujawab padamu, Andrew? Maafkan aku, aku tak bisa mengatakannya dengan jujur. Aku pun ingin kau tahu kuharap kau mengerti cintaku. Karena saat ini beginilah caraku mencintai dirimu.

"Ya aku berjanji untuk tetap mencintaimu sampai kapanpun," ucapku. Lalu kupeluk dirinya.

Aku janji setelah hal yang harus kuurus sudah kutangani. Aku akan melanjutkan jalanku.

Aku tak tahu harus melakukan apa untuk mempertahankan cintaku. Yang kupikirkan hanyalah kehidupan Andrew ke depan. Kuharap jalan yang kupilih ini benar, walau suatu saat cintaku sendiri akan membenciku. Tak apa, aku akan berusaha kuat. Nyatanya, seperti yang kukatakan diawal, bahwa aku hanya perlu hidup dan mengikuti arus kehidupan. Ya seperti itu, karena Gregorylah penulis kisahku.

Melepas pelukanku, Andrew menangkupkan kedua tangannya di wajahku. "Untuk tetap bersamaku?"

"Tentu," balasku sembari tersenyum.

Tuhanpun tahu, bahwa aku akan selalu berusaha menepati sumpahku ini, walau pada kenyataannya akan sangat sulit bagiku untuk menepati janjiku. Tapi, aku tak boleh menyerah. Demi cinta yang pernah kugenggam. Maka aku akan mencoba selalu percaya bahwa sebuah pelukan kedamaian akan datang padaku.

"Andrew, di mana Lucy dan Nyonya Grissham?" tanyaku padanya. Mengingat saat aku tiba, keadaan rumah yang begitu sepi juga pintu yang  tidak terkunci.

"Mereka sudah pergi ke London. Aku bersyukur Ayah masih bisa menyelamatkan bagian kecil sahamnya disana. Kuharap cukup untuk menghidupi Ibu dan Lucy," ucapnya pelan lalu ia menunduk. Kulihat beberapa kali ia mengambil napas kasar, lalu memijat pangkal hidungnya.

Kau begitu baik Andrew. Kau begitu peduli dengan keluargamu di saat dirimu sendiri juga mengalami keterpurukan. Kau pria hebat. Kucium pipinya, lalu aku memberikannya pelukan lagi. Aku begitu hangat manakala Andrew juga membalas pelukanku. Hanya bersama Andrew-lah aku merasakan kenyamanan, hanya bersama pria hangat ini.

"Dan kuharap, mampu membuat keluarga Grissham bangkit. Kau tak boleh menyerah," ucapku.

Aku begitu ingin membantunya dengan memberikan semua kerja kerasku pada Gregory untuk menolong Andrew. Tapi ada dua kemungkinan untuk itu. Andrew takkan menerimanya dan Gregory takkan tinggal diam karena hanya aku yang ia inginkan.

"Andrew, boleh aku meminta sesuatu padamu?" Dan kulihat Andrew malah menatapku bingung. Lalu ia mengelus pipiku, telapak tangannya yang kasar mampu memberiku efek yang begitu penuh perasaan. Lelaki di hadapanku ini bagai besi yang terselimut kapas. Begitu lembut di luar namun ia begitu kuat.

Aku mencintai priaku, Andrew Grissham.

"Kau tak perlu meminta. Tapi aku sudah tak memiliki apapun, Rabella," katanya pelan.

Kutarik wajahnya yang menunduk. Lalu aku tersenyum padanya. "Aku tak mau hartamu. Aku menginginkanmu, jadikan aku milikmu sepenuhnya."

Andrew pun mengerti apa maksud dari permintaanku. Akupun juga tak tahu apa yang kuinginkan ini benar atau tidak.

"Apa kau sadar apa yang kau minta? Aku tak bisa," ucapnya, lalu ia beranjak dari duduknya. Berdiri ke arah jendela sebelah kiriku, ia memunggungi diriku yang masih duduk di tepian ranjang.

"Kumohon, Andrew," ucapku.

Aku yakin Andrew akan marah jika aku tetap berdebat dengan menginginkan sesuatu yang lebih. Karena sejak dulu, kami sudah bersepakat untuk tak melakukan apapun sebelum pernikahan mengikat kami berdua. Aku tahu, Andrew selalu memegang teguh prinsipnya itu.

"Bagaimana aku bisa melakukannya padamu? Ini tak benar, Rabella!"

"Andrew, lakukanlah. Aku tak mau menyesal di kemudian hari," ucapku sembari menarik dirinya untuk duduk di tepian ranjang lagi. "Kumohon. Aku tak perduli walau kau menganggapku jalang."

Ia menoleh ke arahku. Lalu ia berkata, "Kau bukan jalang. Jangan katakan itu lagi!"

Aku pun tersenyum mendengar ucapannya. Tapi, nyatanya kau pasti akan menganggapku jalang. Tak lama lagi itu akan terjadi Andrew, akan kubuat itu lebih mudah. Dan Andrew menarik diriku lalu memelukku dengan begitu erat. Sama seperti tadi, tak ada pelukan yang bergetar lagi. Ini begitu hangat dan nyaman.

"Mengapa kau meminta hal itu? Dan apa maksudmu agar tak menyesal di kemudian hari?"

Karena aku hanya memiliki waktu 2 hari sebelum kau benar-benar membenciku, sebelum kau menganggapku sebagai seorang pengkhianat, Andrew. Maka itu aku ingin membuat kenangan yang begitu manis denganmu dalam waktu 2 hari yang tak bisa kau lupakan. Tapi, aku tak bisa mengatakan itu semua.

Dan aku akan mengatakan...,

"Aku hanya ingin menjadi milikmu sepenuhnya."

13 Januari 2024
Happy Reading 😘😘

 










OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang