Part 17 - Merry Me

1.3K 82 4
                                    

"Azura kumohon!" Masih menahan tangannya yang memegang koper. Untunglah aku datang ke komplek perumahan Azura yang terletak di pinggiran kota di waktu yang tepat. Jika aku terlambat satu menit pun, aku takkan bisa menemuinya lagi.

"Tapi, aku harus per-"

"Kau marah padaku karena kejadian waktu itu?" tanyaku ragu.

"Tidak, nona. Jangan salah paham padaku. Aku hanya harus pergi mencari pekerjaan." Azura melepas tanganku yang menahan kopernya lalu ia tersenyum padaku.

Aku pun membalas senyumannya. Entah mengapa aku merasa sangat bersalah padanya. Aku tahu, bagi Gregory mungkin ini adalah hal tak penting.

"Mengapa harus membawa koper? Di kota ini kau tak kekurangan perusahaan," balasku.

"Tapi, berkas universitasku di tahan di perusahaan Tuan Gregory. Aku di kontrak selama dua tahun. Namun, aku di anggap mengundurkan diri. Sebab itu, aku tak bisa melamar di perusahaan besar karena aku hanya memiliki ijazah di sekolah senior," jelasnya.

Di kotaku, seseorang yang melamar pekerjaan dengan jenjang karir tinggi apalagi di perusahaan besar, maka hal penjaminan berkas universitas merupakan hal yang biasa. Tapi, jaminan itu akan tetap ditahan bila karyawannya melanggar kontrak tersebut atau dengan membayar denda yang sudah disepakati. Berbeda dengan kasus Azura, harusnya Gregory memberikan jaminan itu ketika wanita ini sendiri tak melanggar ketentuan apapun dan Gregory sendirilah yang memecat karyawannya sebelum kontrak itu berakhir.

"Kalau begitu, kau bisa bekerja di kantorku. Ambil pekerjaan yang kau mau," ucapku.

"Tapi aku tak bisa memilih pekerjaan sesuka hatiku seperti itu, tanpa tes apapun. Terlebih mengenai-"

"Tak masalah soal berkas universitasmu, kau bisa mencari informasi di web resmi perusahaan Chayton Group mengenai lowongan pekerjaan. Ambil ini. Kau hanya perlu menjalani tes untuk mengukur kemampuanmu," jelasku sembari memberinya sebuah kartu nama.

Sekali lagi, entah mengapa melakukan hal kecil seperti ini membuatku bahagia, sedikit kurasakan bebanku mulai mengikis. Dan kulihat Azura tersenyum lalu memelukku. "Kau begitu baik juga ramah. Terimakasih, Nona."

"Tak masalah. Tapi aku harus pergi."

Sebelum Gregory pergi meninggalkanku dengan Layla, ia mengatakan bahwa aku harus menemuinya di butik Nyonya Davidson tepat pukul empat sore. Dan waktuku cukup terbuang banyak karena mencari alamat Azura. Tentunya Layla mengantarku hanya di depan gerbang masuk komplek ini setelah beberapa menit aku memenangkan perdebatan karena Nyonya Davidson ingin mengantarku hingga sampai tujuan. Aku hanya tak mau ia tahu dan mengatakan hal ini pada Gregory, sebab itu aku berbohong padanya untuk menemui teman lama.

"Apa perlu kuantar?"

"Tak perlu. Mungkin aku hanya membutuhkan taksi online," balasku. Mengingat ini bukan pusat kota yang setiap kapanpun taksi akan lewat mungkin aku harus lebih sedikit sabar.

"Sekali lagi terimakasih, Nona Chayton. Aku takkan mdnyiakan kesempatan ini-"

"Akan kusiapkan berkasku dengan sempurna," ucapnya. Kubalas perkataannya dengan sebuah senyuman.

○○○

Hampir satu jam berlalu, sebanyak hampir 6 kali pihak driver taksi selalu menolak. Sekarang di halte beberapa meter dekat komplek perumahan Azura aku menunggu sebuah bus. Davian terakhir kali kutelpon hingga saat inipun tak menyalakan ponselnya, maka aku terpaksa harus menaiki kendaraan umum. Semoga aku sampai tepat waktu.

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang