AKU, KAMU, DAN MEREKA.

39.8K 2.2K 41
                                    

#4: Darimu aku tahu apa yang di namakan terluka. Dan darimu juga, aku tahu apa yang dinamakan bahagia yang sederhana. (Alvin)

Setelah selesai dengan urusan dapur dan bersih-bersih, Nadja juga sudah selesai dengan urusan pekerjaan rumah yang tadi baru setengah dirapihkan olehnya. Nadja mengambil telepon genggamnya di atas meja makan dan melihat pukul berapa sekarang.

17.30

Jam digital di handphone-nya menunjukkan pukul setengah enam sore. Nadja langsung kembali ke kamarnya dan melihat keadaan Alvin.

Nadja membuka pintu kamarnya pelan dan memeriksa suhu tubuh Alvin sekarang.

Sudah mulai membaik.

Suhu tubuh Alvin sudah berada di angka normal. Nadja kembali meninggalkan Alvin dengan membawa handuk dan pakaian gantinya. Ia merasa badannya sudah lengket dan harus segera di bersihkan. Karena Alvin berada di kamarnya, jadi ia putuskan untuk mandi di kamar mandi lantai satu rumah itu. Bukannya Nadja malu atau bagaimana, toh Alvin sudah pernah menyetubuhinya. Nadja hanya tidak ingin Alvin tiba-tiba bangun dan mulai melontarkan kalimat negatif terhadap dirinya. Mengingat suhu badan Alvin yang sudah membaik. Dia akan bangun kapan saja dan mulai berlaku seperti semula.

***

Nadja mengambil obat-obatan milik Alvin di ruang kerja suaminya itu. Ia lupa untuk mengingatkan Alvin meminum obatnya. Setelah ia mandi, wanita itu langsung bergegas membawa obat-obatan itu ke dalam kamarnya yang masih diisi oleh Alvin yang masih terbaring.

Aku tahu kamu hanya perlu istirahat, Vin.

Nadja mengambil kursi untuk duduk di sebelah tempat tidur. Ia sedang mengeluarkan beberapa obat untuk di taruh di sebuah piring kecil. Namun tak lama Alvin terbangun dari tidurnya.

"Nad?"

"Alvin? Kamu udah bangun?"

"Aku merasa badanku mulai lebih enak."

"Jelas. Kamu itu sebenarnya hanya perlu istirahat, Vin. Kamu terlalu giat bekerja dan terkadang lupa waktu untuk istirahat cukup dan makan yang teratur."

"Ya. Aku baru menyadari itu ketika sudah mulai demam seperti ini."

"Bytheway, kamu mau makan sekarang atau nanti? Supaya bisa minum obat lagi dan kamu bisa istirahat lagi."

"Nadja. Aku baru aja bangun, dan kamu nyuruh aku untuk tidur lagi?"

Nadja tertawa kecil, "Bukan begitu. Minimal kamu tidak beranjak dari tempat tidur. Asal, kalau mau buang air kecil atau besar jangan di kasur aja."

Alvin dan Nadja sama-sama tertawa. Ya, kamar itu hanya terhiasi gelak tawa dan canda yang sedang mereka buat untuk mencairkan suasana.

"Ya, nggak mungkinlah. Oh iya, obatnya bisa diminum sebelum makan, nggak? Aku masih males untuk makan."

"Alvin. Suhu bandanmu sudah normal, dan kalau kamu mulai bertingkah lagi, suhu badanmu bisa tinggi lagi. Jangan menyusahkan dirimu sendiri juga, dong. Kalau kamu begini, kan kamu jadi nggak bisa ngapa-ngapain. Kamu juga nggak bisa pergi ke kantor. Mau menyelesaikam tugasmu yang menumpuk juga jadi tersendat. So, kamu harus makan dulu, habis itu kamu minum obatnya."

Alvin mengangguk setuju. Lalu, Nadja membantu suaminya itu untuk duduk bersandar di kepala ranjang. Saat Nadja mau menyuapi Alvin, tangan Alvin menolak suapan itu. Ia meminta Nadja menyerahkan semangkuk sup yang di dalamnya terdapat sedikit nasi kepadanya.

"Aku bisa makan sendiri."

Nadja tersenyum lalu memberikan mangkuk tersebut ke Alvin dan meninggalkan suaminya itu sebentar untuk menelpon. Nadja keluar dari kamar sembari membawa handphone miliknya. Ia menekan beberapa digit angka untuk menelepon Sofie, memberi kabar tentang kondisi Alvin saat ini kepada sang istri pertama.

2 Hati 1 Cinta - Ketika Aku Mencintaimu Setengah Mati (OPEN PO)Where stories live. Discover now