WHAT'S HAPPENING?

33.3K 1.9K 27
                                    

Nadja POV

Aku memutuskan untuk kembali ke rumah Ibu setelah sehari bekerja. Aku menaiki sebuah taksi sampai di rumah Ibu, dan belum memberi tahu Alvin. Aku pikir aku butuh sedikit kebebasan berpikir, karena kali ini aku benar-benar membutuhkan itu. Bayangkan saja, malamnya aku bertengkar hebat dengan Alvin, dan paginya aku seperti mendapat mimpi buruk. Alvin menjadi lawan dalam memperebutkan tender sebesar dua puluh milyar. Bukan tender yang kecil, tapi perusahaan yang di pimpin Devan ini sangat membutuhkan tender itu, supaya tidak gulung tikar atau pemecatan karyawan secara besar-besaran. Tentu aku dan Devan serta teman-teman kantor yang lain berusaha keras, saling bekerja sama supaya bisa menyelamatkan perusahaan tersebut dari kemungkinan pahit.

Aku mengetuk pintu rumah Ibu yang terkunci. Lalu, tak lama berselang pintu tersebut dibuka oleh Mas Genta dari dalam.

“Hai, Mas.”

“Nadja? Kamu ngapain?”

“Ngapain? Aku rasa Mas tahu jawabannya.”

Mas Genta tertawa kecil lalu merangkulku untuk masuk ke dalam dan aku memutuskan untuk masuk ke kamarku dan mengganti pakaian.

Setelah selesai, aku pergi ke dapur untuk mencari beberapa makanan ringan untuk menemaniku dan Mas Genta menonton televisi bersama. Aku menemukan beberapa snack dan satu toples kue nastar buatan Ibu. Entah kapan Ibu membuat ini, tapi yang jelas kue nastar ini begitu menggoda selera. Aku menghampiri Mas Genta yang sedang serius menonton berita malam di salah satu stasiun televisi. Aku menaruh camilan yang aku bawa dari dapur ke atas meja di depan sofa.

“Nah, ini dia yang Mas tunggu-tunggu.”

“Ngomong-ngomong Ibu sudah tidur, Mas?”

“Ibu sudah tidur. Maklum, deh. Semenjak Ibu mulai sakit, dia bilang kalau dia mudah lelah.”

“Itu udah pasti, Mas. Aku juga sekarang gampang capek. Kenapa, ya?”

“Nggak tahu. Mungkin bawaan bayi.”

“Mungkin. Oh iya, Mas. Tadi setelah pulang dari kantor, aku abis periksa kandungan, lho.”

“Terus, kata dokter apa?”

“Mereka sehat, dan suara yang paling aku suka sewaktu periksa kandungan pun terdengar jelas.”

“Mereka? Suara?”

“Iya. Aku mengandung anak kembar, dan suara itu adalah suara detak jantung mereka yang selalu menghiasi ruang pemeriksaan, dan aku suka itu.”

Mas Genta ikut bergembira ketika mendengar kabar perkembangan calon keponakannya. Lalu, ia menyuruhku berbalik badan untuk di pijat. Ia memijat pundakku yang benar-benar terasa pegal. Mas Genta sering melakukan ini ketika kami masih bersekolah. Saat selesai belajar, kami akan bergantian memijat. Lalu, jika kami benar-benar kelelahan kami akan tidur bersama di tempat yang sama. Yang lucu adalah ketika Mas Genta terbangun akibat jempol kakikku yang tak sengaja mengenai lubang hidungnya. Ya, ketika kami bangun, keadaan pun sudah mulai tidak karuan. Kadang, Mas Genta ada di lantai dan aku yang di kasur, dan tak jarang juga sebaliknya. Terkadang tangan Mas Genta berada tepat di wajahku, dan itu pula yang membuatku terbangun karena sulit bernapas.

“Kamu jangan terlalu capek, Nad. Kamu itu sedang mengandung. Nanti kalau terjadi apa-apa denganmu, bagaimana?”

Mas tidak tahu saja. Aku sudah sering merasakan kram di perut bawahku bahkan sempat pendarahan.

“Nadja merasa baik-baik aja, kok. Buat Nadja itu nggak masalah.”

“Itu, kan buat kamu. Buat kandunganmu?”

2 Hati 1 Cinta - Ketika Aku Mencintaimu Setengah Mati (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang