AKU DAN RUANG NOSTALGIA

35.6K 2.1K 97
                                    

NADJA POV

Aku berjalan memasuki rumah Ibu yang sepi. Hanya terdengar suara televisi yang menyala dan Ibu yang sedang menontonnya. Ibu langsung mengarahkan pandangannya ke hadapanku. Aku yang tak kuasa menahan tangis pun langsung menghampiri Ibu dan memeluknya. Ibu hanya bisa menenangkanku tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Aku menangis di pelukannya dengan perasaan yang masih kacau.

Setelah cukup lama aku menangis dalam pelukannya, aku melepas pelukan itu dan mencoba untuk menceritakan apa yang baru saja terjadi pada Ibu.

"Aku... Aku..."

"Ibu sudah tahu, Nad. Ibu hargai keputusanmu."

Aku kembali lagi ke dalam pelukan Ibu dan menangis sejadi-jadinya. Entah apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku hanya bisa menangis dan mencoba untuk melupakan semua yang telah terjadi.

***

AUTHOR POV

Nadja mematut dirinya di cermin. Hari ini dia akan pergi makan malam bersama dengan Devan dan teman-teman kantornya, merayakan keberhasilan perusahaan tersebut karena berhasil memenangkan tender dan membayar semua hutang perusahaan yang hampir pailit.

Nadja menggunakan maternity dress berwarna hitam dan sepatu wedges berwarna keemasan untuk menyesuaikan tampilannya yang sedikit formal. Sebenarnya, acara ini bukanlah acara makan malam yang resmi, karena hanya akan di hadiri oleh Devan dan karyawan-karyawan-nya saja.

Nadja mengurungkan niatnya untuk memoles sedikit lipstick di bibirnya karena ia mendengar suara dering handphone miliknya.

"Halo, Yas?"

"Aku udah di depan rumah kamu."

Nadja melongok ke arah luar jendela kamarnya. Ia melihat sebuah mobil terparkir di depan rumahnya, dengan Yasmine yang sedang menelpon di dalamnya. Itu terlihat, karena kaca mobil tersebut dibuka, dan Nadja tahu mobil siapa itu.

"Kamu berangkat bareng Rafa?"

Namanya Rafael Irawan. Dia teman satu kantor Nadja dan Yasmine. Lelaki itu baru saja menjadi kekasih Yasmine sejak dua minggu yang lalu.

Nadja yang merasa tidak enak, langsung menyuruh Yasmine untuk pergi lebih dulu saja dengan alasan karena ia masih punya urusan dengan sang Ibu.

"Kamu ke venue duluan aja, Yas. Aku ada urusan sebentar sama Ibu."

"Kalau begitu, aku akan tunggu kamu disini sampai urusanmu dengan tante Inggit selesai."

"Tidak perlu. Kamu pergi saja duluan."

Nadja langsung menekan tombol end call di handphone-nya. Ia kembali lagi ke depan meja riasnya untuk melanjutkan memberi pewarna pada bibirnya dan bergegas pergi menuju venue.

***

Venue tersebut sudah di sulap menjadi sedemikian rupa sesuai dengan keinginan Devan. Venue tersebut sudah di booking dari jauh-jauh hari untuk acara makan malam ini. Terdapat sebuah meja panjang yang berada di tengah-tengah ruangan venue tersebut, sebanyak kurang lebih lima puluh kursi juga tersedia disana, mengitari meja makan, dan dengan berbagai macam makanan serta minuman di atasnya. Devan sengaja membuat tata letak meja makan seperti itu agar terasa lebih akrab dan intimate dinner yang menjadi tema pilihannya pun berjalan sesuai rencana. Meja tersebut dihias dengan apik, membuat makanan-makanan disana terlihat sangat mahal dan mewah. Hidangan pembuka sampai hidangan penutup sudah tersedia di atas sana.

Nadja memasuki venue yang sudah mulai ramai dan berjalan ke arah sebuah kursi yang terdapat namanya. Ya, kursi petinggi perusahaan mulai dari Devan dan seterusnya sudah diberi nama agar posisinya pas.

2 Hati 1 Cinta - Ketika Aku Mencintaimu Setengah Mati (OPEN PO)Where stories live. Discover now