MATAHARI DAN BULAN

31.9K 1.9K 99
                                    

Sofie mengerjapkan matanya tatkala sinar mentari mulai merangkak masuk ke dalam kamarnya. Ia melihat di sampingnya masih ada Alvin yang terlelap tidur, walaupun waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Sofie tersenyum tipis, sembari matanya memperhatikan setiap jengkal wajah Alvin.

Tak lama kemudian Alvin juga mengerjapkan matanya dan mendapati istrinya sedang tersenyum ke arahnya.

Alvin tersenyum, “Pagi, sayang.”

Sofie mencium bibir Alvin sekilas dan langsung pergi meninggalkan kamar itu sembari berlari kecil menuju dapur. Sesampainya disana, ia melihat Mama dan Papa sedang menikmati sarapan mereka. Sofie yang merasa tidak enak langsung meminta maaf kepada kedua mertuanya sambil berdiri dan menundukkan kepalanya.

Mama bertanya kepada Sofie seraya meledek, “Kenapa kamu seperti anak TK yang di hukum gurunya?”

“Maaf.”

Papa menarik tangan Sofie dan menyuruhnya duduk, “Ayo, duduk. Pagi ini kita sarapan bubur buatan Mama.”

Sofie tertegun saat mendengar ucapan mertuanya, “Buatan Mama?”

“Sudah jangan kaget dan merasa tidak enak seperti itu. Oh iya, Alvin sudah berkemas?”

“Berkemas? Untuk?”

“Lho, Alvin belum bicara sama kamu?”

Sofie menggeleng.

“Dia akan pergi ke luar negeri selama dua minggu, maka dari itu Mama dan Papa akan menjagamu disini. Kami akan menemanimu ke rumah sakit untuk check-up.

Sofie menikmati sarapannya pagi ini dengan perasaan yang berawan. Ia benar-benar membutuhkan Alvin saat hatinya sedang gundah seperti ini, tapi suaminya itu masih belum bisa meninggalkan pekerjaannya.

***

Sudah nyaris seminggu Alvin meninggalkannya sendiri di rumah. Ya, sendiri. Karena Mama dan Papa sudah pulang dari tiga hari yang lalu. Mereka meninggalkan Sofie karena permintaan dari menantunya itu. Sofie benar-benar ingin sendiri dan mencari jalan keluar terbaik untuk mengakhiri kesepiannya.

Sofie yang sedang duduk di atas ranjangngya pun segera mengganti pakaiannya, mengingat di jam-jam tertentu pasti banyak anak-anak yang bermain di taman komplek. Ia ingin melihat anak-anak yang bermain disana untuk mengobati kesepian dan kerinduannya juga terhadap Alvin.

Sofie sampai di sebuah taman yang penuh dengan keceriaan anak-anak. Ada beberapa dari mereka yang sedang menaiki sepeda, ada yang bermain bersama dengan teman sebayanya, ada juga yang sedang disuapi oleh baby sitter mereka untuk makan.

Sofie duduk di salah satu sisi kursi taman sambil memandangi anak-anak tersebut, dan tersenyum. Ia sangat bahagia ketika melihat anak-anak tersebut bermain, tertawa, dan bahagia. Lalu, ada seorang anak kecil yang tiba-tiba berdiri di hadapannya sambil menyodor-kan sebuah es krim.

“Tante mau?”

Seorang anak laki-laki yang kira-kira berumur tiga tahun menawari Sofie sebuah es krim. Sofie tersenyum lalu menolak tawaran anak tersebut.

“Buat kamu aja.”

Bukannya pergi, anak tersebut justru memaksa Sofie untuk menerima pemberiannya dan ia mencoba untuk duduk di samping Sofie sambil terus memaksa Sofie mengambil es krim darinya.

“Ini buat Tante. Ayo ambil, Tante. Tante pasti akan senang kalau makan es krim ini.”

“Kata siapa?”

“Kata Ibu, aku disuruh memberikan es krim ini untuk Tante, biar Tante senang.”

Sofie tersenyum lagi, “Jadi, ini buat Tante?”

2 Hati 1 Cinta - Ketika Aku Mencintaimu Setengah Mati (OPEN PO)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora