PRAHARA

37.2K 2.1K 77
                                    

Malam hari di sebuah akhir pekan. Nadja keluar dari rumah Ibunya dengan Kakak angkatnya yang akan mengantarnya pulang. Genta mengeluarkan mobil tua milik Almarhum Ayah angkatnya yang terparkir di bagasi dan sudah lama tidak terpakai. Genta menyalakan mesin mobil tua tersebut yang terdengar masih baik, dan segera melajukan mobilnya untuk mengantar Nadja pulang.

Butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai di rumah tersebut. Genta lebih dulu keluar dari mobil untuk membukakan pintu. Nadja dan Genta berdiri berhadapan lalu mereka saling memberikan salam perpisahan lewat senyuman, pelukan hangat, dan sebuah kecupan di kening Nadja. Itu sudah biasa mereka lakukan semenjak mereka kecil. Saat mereka berpisah maupun bertemu, tiga hal tersebut akan selalu menjadi pembuka ataupun penutup perjumpaan mereka.

Namun, di satu sisi ada yang memperhatikan Nadja dan Genta yang memberi salam perpisahan disana. Sepasang mata yang melihatnya secara terang-terangan. Setelah itu, mobil yang tadi di tumpangi Nadja pun berjalan pergi. Sedangkan seorang lelaki di teras rumah yang sedang memperhatikannya pun langsung pergi dari sana sesaat setelah Nadja berbalik badan dan melihat ekspresi lelaki itu.

“Alvin?”

Alvin berjalan cepat memasuki rumahnya, disusul Nadja yang juga berlari kecil untuk mengejar Alvin hingga akhirnya ia melihat Alvin menaiki anak tangga di rumah itu, dan melihat Sofie yang sedang menyiapkan makan malam di meja makan.

“Hai, Nad.”

“Hai.”

“Alvin kenapa?”

Nadja hanya menggedikkan bahunya. Lalu Sofie memberi isyarat agar ia yang mencoba bertanya pada Alvin dan menyuruh Nadja untuk pergi ke kamarnya dan lekas untuk makan malam.

Pasti Alvin salah paham.

Nadja mengikuti langkah Sofie untuk naik ke lantai dua rumah tersebut. Ia memasuki kamarnya untuk berganti pakaian, sedangkan Sofie menghampiri Alvin di ruang kerjanya.

Tidak butuh waktu lama untuk Nadja berganti pakaian. Ia langsung menuruni anak tangga di rumah tersebut dan menuju ke meja makan. Tak berselang lama, Nadja melihat Sofie yang turun bersama Alvin, dengan senyum di wajahnya.

“Hai, Vin.”

Alvin hanya diam dan memasang wajah dinginnya (lagi). Sofie memberi isyarat untuk mengambilkan Alvin sepiring nasi dan di letakkan di depan laki-laki itu. Saat Nadja hendak memberikan piring yang berisikan nasi tersebut, Alvin menolak. Ia memajukan tangannya untuk menahan piring itu di taruh di hadapannya. Nadja hanya tersenyum pahit, lalu menaruh piring tersebut di hadapannya.

Makan malam disana terasa dingin dan kaku. Tidak ada perbincangan di antara mereka. Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Nadja mencuri pandang ke Alvin untuk melihat ekspresi wajah suaminya itu. Saat seperti itu, Nadja bertemu satu pandang dengan Alvin dan ia melihat Alvin yang melemparkan tatapan tajamnya.

“Oh iya, Vin. Gimana masakan aku? Masih tetap enak, kan?”

Tiba-tiba Sofie membuka suara untuk memecah keheningan disana. Alvin yang ditanya begitupun hanya mengangguk sembari melempar senyum ke arah istri pertamanya itu.

Setelah menghabiskan makanan mereka masing-masing, Sofie meminta izin kepada Alvin untuk menjemput temannya yang akan meeting mendadak dengannya di rumah itu.

“Vin, aku mau jemput temanku dulu, ya?”

“Oke. Hati-hati di jalan, sayang.”

Sofie memberi sebuah kecupan di pipi mulus Alvin sambil tangannya menyambar sebuah kunci mobil di atas meja makan tersebut. Alvin melihat punggung Sofie menghilang di balik pintu, dan ia pun memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya. Sedangkan Nadja melanjutkan mencuci piring bekas makan mereka dan setelah selesai, barulah ia kembali ke dalam kamarnya.

2 Hati 1 Cinta - Ketika Aku Mencintaimu Setengah Mati (OPEN PO)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon