bab 1

194K 7.5K 301
                                    

“Paman! Bibi! Awas!” sebuah teriakan gaduh terdengar nyaring bersamaan dengan gerombolan bebek yang berlarian di jalanan pemukiman warga. Jalanan kering dan berdebu dari tanah merah. Orang-orang yang berada di jalan segera minggir dan memberikan jalan bagi segerombolan bebek dan juga seorang gadis yang sangat cantik yang berlari menggiring bebek.

“Weiwei, hati-hati!” teriak salah seorang pria paruh baya sambil menggelengkan kepalanya.

“Iya, paman!” balas Weiwei dengan nada ceria.

Liu Wei, gadis yang tumbuh begitu cantik dan mempesona. Memiliki tubuh indah idaman setiap wanita, dengan pinggul yang sekal, pinggang sangat ramping dan dada yang besar namun padat. Semua wanita di desa itu merasa iri akan keindahan tubuh dan kecantikan wajahnya, banyak orang yang mengatakan jika Liu Wei titisan para dewi. Dengan mata bulat dan cokelat terangnya, rambut hitam sepekat malam, dagu ramping dan bibir mungil.

“Ya ampun Liu Wei! Gadis ini benar-benar, kau sedang apa berlarian menggiring bebek?” seorang wanita dewasa dalam pakaian yang lusuh, berwarna pudar dan sedikit kotor datang menghalangi Liu Wei.

“Mama, aku sedang menggiring bebek milik paman Wu, nanti dia memberiku upah,” balas Liu Wei.

“Wei, kau ini seorang gadis. Kau jangan melakukan pekerjaan ini,” kata sang ibu. “Ayo, pulang!”

Liu Wei merengutkan wajahnya yang cantik dan manis, mengikuti sang ibu yang menyeret tangannya di jalanan pemukiman. Berpasang-pasang mata tak hentinya menatap Liu Wei, terutama para pria dan pemuda. Seakan terhipnotis dengan kecantikan Liu Wei. Bahkan kecantikannya sudah terkenal sampai desa-desa lain, hingga begitu banyak pria kaya berdatangan untuk mempersuntingnya.

Sambil berjalan mengangkat hanfu yang dikenakannya terseret di tanah, Liu Wei masih merengutkan wajahnya karena ia kehilangan upahnya hari ini. Mengangkat ember air, membawa kayu bakar dari kaki gunung sudah menjadi kebiasaannya.

Ketika mereka berjalan, semua warga seketika minggir dan mengosongkan jalan. Membuat Liu Wei dan ibunya ikut minggir dan berdiri di pinggir jalan. Suara derap langkah kuda dan debu dari tanah melingkupi tempat itu, membuat Liu Wei menyipitkan matanya. Rombongan pria berkuda dalam pakaian biasa, melewati mereka. Ketika rombongan berkuda itu melewati Liu Wei, satu pria yang mengepah kuda paling depan menoleh, menatapnya. Liu Wei balas menatapnya hingga tatapan mereka beradu. Pria itu memakai penutup kepala dari anyaman bambu, dan sebelah wajahnya di tutupi topeng dari emas, hingga Liu Wei tak bisa menatap matanya yang sebelah kanan. Mata itu sangat tajam dan dingin, berwarna hitam pekat.

“Wei wei!” ibu Liu Wei menyenggol bahunya karena gadis itu masih menatap rombongan kuda yang menjauh.

“Mereka siapa, mama?” tanya Liu Wei.

“Entahlah, sepertinya rombongan dari kota,” jawab ibunya.

Liu wei dan ibunya pun kembali melanjutkan langkah mereka, untuk tiba di rumah kecil mereka. Di sepanjang jalan semua orang membicarakan rombongan berkuda tadi, terutama pria paling depan yang sebelah wajahnya ditutupi topeng. Hal itu membuat Liu wei tertarik ingin mendengarnya.

“Sepertinya mereka rombongan dari istana,” bisik-bisik para warga.

“Mereka seperti rombongan orang kaya, mungkin saja dari kota di provinsi,” kata warga yang lainnya.

Liu wei berhenti berjalan sedangkan ibunya sudah berjalan di depan. Ia menguping para warga membicarakan rombongan berkuda yang asing tadi.

“Wei wei!” teriak sang ibu dengan nada kesal.

“Iya, mama!” balas Liu wei.

(*0*)(*0*)

Malam itu, hujan deras mengguyur desa Han, desa Liu Wei. Rumah gubuk dari kayu dan beratapkan jerami tebal, dengan lampion yang menggantung dan bergoyang tertiup angin kencang. Tempat di mana Liu wei dan ibunya tinggal. Di malam harinya, ibu Liu wei terlihat demam dengan wajah pucat dan terbatuk-batuk.

The Lady Of Emperor Zhao✔[TAMAT] (TERSEDIA DI KUBACA DAN GOOGLE PLAY)Where stories live. Discover now