Bab 3

95.2K 5.7K 177
                                    

Di tengah malam menjelang pagi yang dingin, dengan langit pekat dan suara serangga berderik, dua tubuh di atas ranjang tertidur pulas. Sosok Liu wei bergerak dalam dekap tubuh kokoh itu. Perlahan ia membuka matanya dan melihat dada kokoh itu, lalu tatapannya merayap ke atas sampai menemukan wajah tampan yang masih tertutup topeng sebelah, sedang tertidur pulas.

Liu wei bangun dengan hati-hati, ia menarik selimut hingga sebatas dada kemudian membukanya. Wajahnya memucat dan matanya membulat, setetes air mata mengalir di pipinya dan isakan tanpa suara. Liu wei menangis, memeluk tubuhnya sendiri. Ia turun dari ranjang tanpa kain sama sekali, kemudian mengambil pakaiannya yang berserakan. Dengan serampangan dia memakainya, dan membenarkan rambutnya yang berantakan dan kusut.

Setelah selesai, Liu wei berjalan keluar dengan terseok-seok sambil memegangi perut bagian bawahnya. Air mata masih mengalir di pipinya, karena tak kuasa menahan kesedihan. Kini hidupnya sudah hancur dan harga dirinya tak ada, karena dirinya telah memberikan kesuciannya pada pria asing. Inilah keputusan yang ia ambil, keputusan yang akan membawa kesuraman bagi masa depannya.

Liu wei keluar dari kamar itu dan berjalan di koridor, dengan langkah yang terseok. Ia akan menemui bibi Ahn, tapi wanita dewasa itu ternyata sedang berlari menghampirinya.

"Weiwei!" panggil bibi Ahn sambil menubruk tubuh Liu wei.

Liu wei menjatuhkan tubuhnya pada pelukan bibi Ahn, ia menangis sekeras-kerasnya dengan tubuh gemetar hebat. Wajah nya sudah memerah dan rambutnya kembali berantakan.

"Apa tuan itu menyakitimu?" tanya bibi Ahn, tapi Liu wei tak menjawabnya.



(*0*)(*0*)



"Weiwei, kau kenapa?"

Liu wei melamun seorang diri di depan rumahnya, tatapannya setengah kosong tidak ceria seperti biasanya membuat sang ibu heran.

"Weiwei?" panggil ibunya lagi.

Liu wei tersentak dan menoleh. Ia menyunggingkan senyuman tipis, dan sangat tipis. Bukan cengiran lebar seperti biasanya.

"Bibi, Weiwei, ada kiriman beras dan sayuran untuk kalian!"

Liu wei dan ibunya menoleh, di depan pagar kayu rumah mereka ada beberapa pria yang sedang mengangkut beberapa karung beras dan sayuran dari gerobak kayu. Beberapa warga yang berada disana ataupun melintas, melihat ke arah rumah Liu wei yang didatangi beberapa pria mengangkut beras. Mereka berbisik-bisik karena tak mengerti dari mana Liu wei dan ibunya mendapatkan uang sebanyak itu.

"Ini milik siapa?" tanya ibu Liu wei saat para pemanggul itu menaruh beras di pintu rumah mereka.

"Ini semua milik kalian, kami hanya ditugaskan untuk mengantarkannya," kata salah satu pria.

Ibu Liu wei mendekati sang putri dan memegang kedua bahunya, "Weiwei ini dari siapa?"

Liu wei tak mengatakan apapun, ia malah masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu meninggalkan ibunya. Liu wei pun berlari ke arah kamarnya dan terjatuh di lantai kayu. Kedua kakinya ia naikkan dan memeluknya, kemudian isakan kembali terdengar dari bibir kecilnya.

"Maafkan aku mama, maafkan aku," isaknya sambil menyembunyikan wajahnya di lutut.

Sudah satu minggu sejak kejadian malam itu, bayangan pria tampan dan gagah itu terus berputar di benak Liu wei. Meski dirinya tidak ingat apa yang mereka lakukan, tapi mereka telah melakukannya. Melakukan hubungan dengan pria asing entah siapa, dan bahkan ia yakin tak akan pernah bertemu kembali dengan pria yang telah merebut kesuciannya itu.

The Lady Of Emperor Zhao✔[TAMAT] (TERSEDIA DI KUBACA DAN GOOGLE PLAY)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant