Bab 23

56.1K 4.9K 200
                                    


Di malam yang dingin itu, dengan keadaan kamar yang temaram. Deru napas menderu keras saling bersahutan, seakan berlomba mencari oksigen. Keadaan pun menjadi panas dan menggairahkan, dengan kelambu merah yang melingkupi. Membuat cahaya lilin terhalangi masuk, menyinari dua tubuh di dalamnya.

Tubuh kokoh Kaisar Zhao berbaring dengan wajah datar dan tatapan tajam. Dada kokohnya terbuka, dengan keringat di wajah dan leher, yang juga membuat dadanya mengkilap. Sedangkan di sampingnya, Liu wei berbaring miring dengan tangan memeluk tubuh Kaisar, dan sebelah kakinya yang jenjang dan mulus menimpa kaki Kaisar Zhao. Tubuh mereka hanya ditutupi oleh selimut putih yang lembut dari sutera terbaik.

Wajah Liu wei pun penuh peluh hingga membuat tubuhnya mengkilap. Rambutnya berantakan dan tergerai di kasur, sedangkan sebelah tangannya berada di dada Kaisar Zhao. Jari-jari lentiknya bergerak mengusap dada sang Kaisar. Sebelah kaki yang menindih kaki Kaisar pun terbuka karena selimutnya tersingkap. Keadaan intim mereka, membuat Liu wei berdebar keras, juga wajah yang memerah.

"Apa rakyat anda tidak keberatan, Yang Mulia? Saya hanya seseorang dari kasta rendah dan status yang rendah," bisik Liu wei.

Kaisar Zhao bergeming, tatapan tajamnya menatap ke atas, ke kelambu yang menutupi ranjang mereka. Sebelah tangannya yang memeluk Liu wei pun mengerat, mencengkram pinggang Liu wei hingga wanita itu meringis pelan.

"Aku mengangkatmu sebagai Permaisuriku bukan karena statusmu yang rendah. Aku Kaisarnya, semua kekuasaan ada di tanganku, bukan di tangan rakyat." Kaisar Zhao mendesis dengan dalam.

Ia menoleh menatap wajah cantik Liu wei yang basah oleh peluh. Kemudian mencium keningnya dengan pelan. Begitupun dengan Liu wei yang balas menatap wajah tampan Kaisar, hanya satu mata yang dapat ia lihat, karena selebihnya hanya topeng berwarna emas yang dilihat.

Tangan lentik Liu wei terulur mengusap topeng Kaisar. Tatapan sayunya menatap pada topeng itu.

"Seperti apakah mata dibalik topeng ini?" bisik Liu wei lagi.

Kaisar Zhao masih diam, ia merunduk ke samping dan memagut bibir Liu wei. Menciumnya dan melumatnya, membuat Liu wei melupakan pertanyaannya sendiri. Sedangkan sebelah tangannya mengerat dada Kaisar.

"Pada waktunya kau akan tahu," bisik Kaisar lagi ketika melepaskan ciuman mereka.

"Tapi, Yang Mulia. Bagaimana dengan ibu suri? Beliau membenci saya," kata Liu wei lagi.

"Tidak ada yang boleh membencimu dan menyakitimu, jika mereka melakukannya maka aku sendiri yang akan turun tangan."

Liu wei mengembangkan senyuman manis di bibir mungilnya, kedua pipinya pun memerah. Saat ia menunduk, Kaisar Zhao justru menarik dagunya dan melumat bibirnya. Mereka kembali berciuman dengan dalam dan penuh gairah asmara.

Kaisar Zhao menarik tubuh Liu wei untuk merapat kembali di tubuhnya. Dengan ciuman mereka yang semakin dalam, dan kaki Liu wei yang masih menindih kaki Kaisar. Suara ciuman mereka pun kembali melatari kamar yang berubah semakin panas. Dada telanjang mereka saling bersentuhan dan menempel erat.

(*0*)(*0*)

Pagi menjelang dengan begitu damai dan membawa hawa sejuk yang menenangkan. Dari embusan angin yang masuk melalui jendela kamar yang terbuka. Wangi bunga ceri yang menenangkan, membuat Liu wei semakin menyamankan tidurnya. Bergelung dibalik selimut, dengan bahu terbuka dan wajah yang damai.

Suara langkah saling berderap mendekati ranjang, dan sapuan halus juga hangat dapat ia rasakan di kakinya. Sapuan hangat itu semakin naik ke pahanya, dan juga di lengannya. Secata perlahan Liu wei membuka matanya, dengan tubuh terasa basah dan tak nyaman. Bulu mata lentik itu naik, dan mata bulatnya terbuka.

The Lady Of Emperor Zhao✔[TAMAT] (TERSEDIA DI KUBACA DAN GOOGLE PLAY)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt