Bab 11

76.1K 5.9K 270
                                    


“Weiwei, kau suka membaca buku?” tanya Pangeran Lian.

Liu wei mengangguk, “Saya suka membaca buku milik paman tabib. Tentang kesehatan dan obat-obatan.”

Kini Pangeran Lian dan Liu wei sedang berada di taman bunga, dengan hamparan taman bunga yang indah dan berwarna-warni. Pangeran Lian berdiri menatap Liu wei yang sedang memetik bunga dan menaruhnya di keranjang bambu.

Tatapan Pangeran Lian menerawang jauh, menatap pada hamparan tanaman bunga yang bagai permadani.

“Taman ini milik ibuku yang diberikan ayahanda untuknya saat melahirkanku. Ibu sangat menyukai taman ini, dia merawatnya sampai aku remaja,” kata Pangeran Lian dengan tatapan menerawang.

Liu wei tersenyum kecil, ia meraih beberapa tangkai bunga lalu memetiknya dan ditaruh di keranjang. Setelah selesai, ia berjalan menghampiri Pangeran Lian.

“Ibu Pangeran pasti wanita yang sangat cantik,” ujarnya.

“Ya, tapi kecantikannya sudah tak dapat aku lihat lagi.”

Liu wei mengerutkan dahinya tak mengerti, “Maksud Pangeran?”

Pangeran Lian menatap Liu wei sambil menghela napas, “Dia sudah tidak ada.”

Liu wei terkejut dan membulatkan matanya, ia buru-buru menundukkan tubuhnya dengan wajah menyesal.

“Maafkan saya, Pangeran. Saya tidak tahu hal itu,” katanya.

Pangeran Lian tersenyum, “Tidak apa-apa. Dulu aku pernah berjanji pada ibunda, jika aku menikah aku akan memberikan taman ini pada istriku.”

“Wanita itu pasti wanita beruntung, yang akan menjadi istri Pangeran.”

“Ya, dia pasti wanita yang baik yang mau menerima diriku,” balas Pangeran Lian.

Liu wei berjalan mendekat pada Pangeran Lian, kemudian memberikan setangkai bunga mawar putih yang sudah dibersihkan durinya.

“Wanita mana pun pasti akan bersaing untuk menjadi istri Anda, Pangeran. Tak akan ada yang mampu menolak segala pesona dan kebaikan Anda,” ujar Liu wei.

“Kau salah, Weiwei. Ada satu gadis yang tak akan bisa aku miliki.” Pangeran Lian menatap Liu wei dengan dalam dan misterius.

Sedangkan Liu wei mengerutkan dahinya dengan dalam, “Benarkah?”

“Ya.”

Keheningan melanda mereka, Liu wei yang mengerutkan dahi heran dan tak percaya sedangkan Pangeran Lian menatap Liu wei dengan dalam. Liu wei tak percaya ada perempuan yang akan menolak Pangeran Lian, dia yakin perempuan manapun akan sangat bahagia jika dipersunting Pangeran.

“Ehem..” Pangeran Lian berdeham pelan. Ia mengulurkan sebelah tangannya yang memegang setangkai bunga, kemudian menyusupkan di antara cepolan rambut Liu wei.

Liu wei tertawa pelan menerima perlakuan Pangeran Lian. Ketika Liu wei akan membuka bibirnya, ia tak jadi dan mengatupkannya lagi. Karena seorang pria dalam pakaian kasim istana, dengan kepala yang diikat kain berwarna merah, datang menghampiri mereka.

“Pangeran,” sapa kasim itu sambil membungkukkan tubuh pada Pangeran Lian.

Pangeran Lian menoleh dan menatap pria di depannya. “Ada apa?” tanyanya.

“Yang Mulia Kaisar memanggil Anda untuk menghadap,” lapor sang kasim.

“Baiklah,” balas Pangeran Lian. Pangeran kembali menatap Liu wei, “Aku harus pergi.”

Liu wei mengangguk dan tersenyum, “Iya, Pangeran.”

Lalu Pangeran Lian pergi meninggalkan Liu wei sendirian, diikuti oleh kasimnya di belakang. Setelah Pangeran Lian pergi, Liu wei menatap punggung kokohnya dengan wajah sendu. Sebelah tangannya menyentuh dadanya sendiri.

The Lady Of Emperor Zhao✔[TAMAT] (TERSEDIA DI KUBACA DAN GOOGLE PLAY)Where stories live. Discover now