Bab 15

66.1K 5K 137
                                    


“Ada yang ingin ibunda katakan pada saya?” tanya Pangeran Lian dengan wajah tanpa ekspresi.

Ibu suri meraih cangkir keramiknya kemudian meniup teh panas yang masih mengepulkan asap, lalu meminumnya secara perlahan dan anggun. Sedangkan Pangeran Lian duduk di depannya dengan wajah datar, seakan ia enggan berada di kediaman ibu suri.

“Kau sudah dengar Kerajaan Ming akan membawa Putri bungsunya kesini?” tanya ibu suri.

Ibu suri melirik Pangeran Lian kemudian menaruh cangkirnya, ia berdeham dan membenarkan letak duduknya. Menunggu jawaban dari Pangeran Lian.

“Ya, sudah,” jawab Pangeran Lian singkat.

“Kau tahu kan Kerajaan ini membutuhkan Ratu dan Putra Mahkota?” tanya Ibu suri lagi.

Pangeran Lian menghela napasnya, “Lalu? Apa tujuan ibunda memanggil saya kesini?”

“Kau tak bisa kuajak basa basi. Jadi, tentu saja aku akan mengatakan padamu untuk menolak perjodohan yang diperintahkan Kaisar. Dia menginginkanmu menikahi Putri Xiao Yu kan? Tapi Kerajaan ini lebih membutuhkan Ratu. Kurasa kau paham.”

“Saya paham, saya tidak akan menerima perjodohan dengan Putri Xiao Yu,” jawab Pangeran Lian.

“Bagus, aku sudah menyiapkan seorang gadis bangsawan yang akan kau nikahi.”

“Saya juga tidak akan menerimanya, karena saya akan menikahi gadis yang saya pilih,” tukas Pangeran Lian. “Permisi.”

Selepas mengatakan itu Pangeran Lian pun bangun dan berjalan meninggalkan kediaman ibu suri. Wajahnya begitu datar dengan kedua tangan yang saling mengepal di samping tubuhnya.

Ia menatap pintu kediaman Ibu suri, kemudian melangkah meninggalkannya. Menyusuri taman bagian depannya. Kediaman ibu suri terpisah dari bangunan istana utama, satu kompleks dengan kediaman para selir Kaisar. Pangeran Lian pun berjalan dalam diam, namun dengan pikiran yang terus berputar. Memikirkan rencana perjodohan sebagai rasa persahabatan dua Kerajaan. Di sisi lain ia memikirkan Liu wei karena mudah baginya jika ingin menikahi Liu wei, hanya saja ia merasa Kaisar memiliki ketertarikan khusus pada Liu wei.

Sambil melangkah, Pangeran Lian mendongak ke atas, menatap pada langit gelap dan pekat dengan rembulan yang tertutup awan hitam, hingga tersisa cahayanya yang redup. Pangeran beberapa kali menghela napas, seakan ada yang menggelayut dalam pikirannya. Memikirkan Liu wei, yang selalu bersikap ceria di depannya, tapi ia tahu gadis itu menyimpan banyak luka di hatinya.

“Siapa suamimu sebenarnya, Weiwei? Mengapa kau mengandung dan melarikan diri?” bisik Pangeran Lian.

Ketika langkah Pangeran Lian berada di ujung jalan, ia mengambil arah kanan menuju perpustakaan istana. Ia pun melangkah memasuki koridor istana dengan langkah cepat agar segera sampai di perpustakaan. Kegiatan lain yang sangat disukai sang Pangeran adalah membaca buku untuk menambah pengetahuannya. Selain berlatih pedang, menyusun strategi perang dan memanah.

Langkahnya tiba di depan perpustakaan istana, Pangeran Lian pun segera mendekati pintu. Ia membuka pintunya dan masuk, kepalanya menoleh kesana kemari saat melihat betapa sepinya tempat itu. Hanya ada beberapa lampion yang menyala di setiap tempat.

“Selalu sepi,” gumamnya.

Pangeran Lian melangkah ke bagian rak paling depan, namun ia menghentikan langkahnya dan berjalan ke rak lainnya. Kepalanya menoleh kesana kemari dengan mata yang bergerak lincah, mencari buku-buku yang akan ia baca malam ini.

“Bukunya tidak ada di rak ini, aku akan mencari di rak paling pojok.”

Pangeran kembali meneruskan langkahnya menuju rak paling ujung. Sebelum ia mencapai rak ujung, langkahnya terhenti dan dahinya mengerut dalam. Tatapannya memincing sambil mendengus pelan.

The Lady Of Emperor Zhao✔[TAMAT] (TERSEDIA DI KUBACA DAN GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang