"Cukup Rumit"

10.3K 365 12
                                    

Hanya cinta sejati yang bertahan walaupun tersakiti, yang tidak menyerah walaupun terluka, dan yang tetap bertahan walaupun ditinggalkan.

☕☕☕

--Why can't you hold me in the street?
Why can't i kiss you on the dance floor.
I wish that it could be like that.
Why can't we be like that?
'Cause i'm yours.
And nobody knows I'm in love with someone's baby.
I don't wanna hide us away.
Tell the world about the love we're making.
I'm living for that day.
Someday.--

"Suara lo kepleset?" Ridan merebahkan dirinya dengan bertelungkup di tempat tidur Natalie, sedang gadis itu duduk di lantai dengan piyama kesayangannya dan boneka teddy bear terbesar di kamarnya.

Natalie tampak murung dari tadi semenjak Ridan datang untuk menemuinya, atau mungkin sebelum lelaki itu datang, dia sudah begitu. Dia tidak banyak berbicara, yang dia katakan sedari tadi hanya sapaan kepada Ridan dan menanyakan Ridan mau dibuatkan minum apa. Gadis itu lebih cocok dikatakan sebagai sosok sadness di film Inside Out daripada Natalie Sanjaya di dunia asli. Dia belum pernah sediam itu, seperti ada yang akan menghantamnya kalau dia berbicara. Tentu itu membuat Ridan merasa asing. Pasalnya, Natalie adalah orang yang paling riang kalau sudah bertemu dengannya. Mengingat yang dikatakan Natalie, kalau hidup ini terlalu singkat untuk bersedih. Tapi kali ini, malah dia yang termakan omongan sendiri.

"Lo kenapa sih Nat? Cerita Napa?" ucap Ridan sambil berbalik dan duduk santai menghadap Nata yang mengeluarkan suara tidak sedap miliknya. Suaranya tidak lebih bagus daripada teriakan anak-anak SMA yang baru dikabarkan akan menjalankan ujian dadakan.

Mata Natalie merah karena menangis lebih dari satu jam. Gara-gara Revin. "Gimana kalau cinta lo ga dianggap sama sekali?"

Ridan tertawa kuat mendengar perkataan Nata barusan sambil melempar bantal dacron dan tepat mengenai kepala Natalie. Lelaki itu memang memiliki suara tertawa yang aneh tetapi unik, bukan seunik spongebob. Natalie hanya diam muram, mengetahui kalau sahabatnya itu tidak paham sama sekali tentang apa yang dia rasakan saat ini. Apa karena Revin laki-laki? Ya Begitu, laki-laki sering menyembunyikan perasaan dan berlagak tidak tahu apa-apa, padahal itu hanyalah usaha untuk menutupi isi hatinya.

"Gue serius woy!" teriak Natalie kembali melempar dacron merah ke Ridan.

"Ya udah lanjutin!" ujar Ridan.

"Gue denger jelas banget pemcaraan lo sama Revin."

Lelaki itu terkesiap menatap Nata dengan mata membulat, lalu segera turun dari tempat tidur. Dengan cepat dia berlutut di depan Nata dan memandang wajah gadis itu lekat-lekat.

"A-apa yang lo denger?"

"Revin suka sama Icha."

Ridan terduduk lemas, serasa sangat mengecewakan baginya jika menyakiti perasaan Natalie. Dia tahu betul bagaimana sahabatnya itu, mereka berteman sudah sangat lama. Natalie seorang gadis yang sangat mudah terluka hatinya, tetapi dia mampu menyembunyikan luka itu. Karena itulah hanya seseorang yang tulus yang dapat bersahabat dengannya, seseorang yang bisa membaca wajahnya dan hatinya.

"Gue ga bermaksud gitu, Nat." kini Ridan merasa sangat bersalah kepada Natalie.

"Gue tau kok Rid." Natalie berdiri seraya tertawa dengan nada bercanda. Dia berjalan ke arah meaelajarnya dan membuka buku diary merah. Dengan santai dia menyandarkan diri di sisi meja dan membuka buku itu.

Nata membacanya perlahan. "Tapi ketika lo berharap lebih, lo ga bisa apa-apa kalau harapan itu hancur. Yang ada hanya perasaan kecewa yang membekap dan ga akan pulih kalau lo tetap diam, atau bahkan mengulangi hal yang sama." Nata menutup kembali buku miliknya. "Gue tau Rid. Tapi setidaknya gue udah terlanjur baper karna dengerin lo kemaren. Jujur! Gue sekarang ngerasa ga lebih dari cewe aneh. Yang kayaknya berharap banget sama cowo yang bahkan kenal sama gue aja, engga."

Mr. Ice (END)Where stories live. Discover now