"Bawa Perasaan"

8.2K 339 15
                                    

Izinkan aku menjadi bagian dari dirimu dan aku akan menjadi alasan mengapa kau disini.

☕☕☕

Ridan memelas ketika melihat seorang perempuan mendekatinya dari kejauhan dan tiba di hadapannya dengan cepat. Perempuan itu Ribka, seperti hantu pendendam yang selalu ingin berada di dekat pembunuhnya. Sebenarnya Ridan bukan jahat karena selalu menjauhi gadis itu, malah dia baik karena tidak mau Ribka menangis sampai membanjiri sekolah kalau dia tahu Ridan tidak memiliki rasa apa-apa kepadanya.

Lelaki itu beranjak dari kursinya. Namun segera tangannya ditarik oleh Ribka sampai membuatnya terduduk lagi.

"Kita ke kantin bareng yuk Rid!"

Ribka melebarkan matanya. Terpaksa Ridan mengangguk karena memang dia adalah orang yang tidak tega kepada orang lain apalagi yang disebut perempuan.

"Boleh!" Ridan berdiri dan berjalan diikuti Ribka.

Mereka berjalan menyusuri lorong sekolah dan menuju tempat yang paling ramai dikunjungi setiap istirahat.

Keduanya memilih meja paling dekat dengan pintu karena memang Ridan malas untuk memilih meja yang terbilang terkenal untuk orang pacaran. Lagian buat apa? Ridan dan Ribka hanya teman dan tidak lebih. Kalau ada rasa antar keduanya, itu masalah Ribka bukan Ridan.

"Lo mesen apa?"

"Nasi goreng aja sama teh dingin." balas Ridan singkat.

Dengan sumringah gadis itu berlari mantap ke arah dapur kantin dan memesan makanan. Lalu kembali ke meja dan mendapati Ridan sedang berpangku tangan.

"Rid, lo bisa ga nnti jalan bareng gue?"

"Apa?"

"Jalan bareng, pulang sekolah!" jawab Ribka.

Ridan memutar bola matanya kesal. "Lo ya, ga cukup apa ditemenin di kantin?"

Ribka tertegun. Membuat Ridan menatapanya dan semakin tidak tega, lalu akhirnya mengalah. Daripada Ribka menangis dan membuat semua orang berpikir kalau Ridan adalah lelaki yang hobi membuat perempuan menangis. Padahal kan bukan begitu.

"Yaudah kalau ga bisa." Ribka menunduk.

"Eh, ga gitu. Gue bisa kok." ucap Ridan.

Ribka tersenyum lebar. "Beneran? Beneran? Yess! Makasih Ridan!"

"Iya iya, stop!" Ridan menaikkan jari telunjuknya ketika melihat Ribka hampir saja berteriak kuat.

Tidak ada yang lebih menyebalkan dari si Ribka kalau sudah hyper seperti itu. Kadang diam, kadang kepo, kadang terlalu riang. Kalau seharian bersamanya mungkin sudah seperti orang wars yang menemani orang gila sepanjang waktu. Mungkin Ridan akan merasa seperti itu, tapi tidak bagi Ribka. Dia pasti akan senang kalau Ridan berada di dekatnya untuk siang ini.

"Ridan!" panggil seorang gadis yang membuat Ribka dan Ridan menoleh bersamaan ke sumber suara.

Gadis itu adalah Vanny. Perempuan cheers yang paling cantik dan paling digemari di sekolah, setelah Icha. Vanny duduk di samping Ridan yang tengah tersejyum menyembutnya, sedang Ribka mengerutkan dahi tanda tidak suka akan kehadiran Vanny.

"Lo tau ga, kalau tadi Natalie bikin kerusuhan gitu di kantin." ucapnya.

Ridan terbelalak. "Apa?"

"Iya, Natalie naik ke meja karna katak."

"Katak?" Ribka dan Ridan mengucapkan kata itu bersamaan.

"Darimana kataknya?" tanya Ridan.

"Dari kado Haydar.".

Mr. Ice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang