"Masalah Hati?"

9.4K 362 8
                                    

Apapun kau lakukan demi cinta, tapi tak selamanya cinta melakukan apapun untukmu.

☕☕☕

Natalie menatap rumah Revin dari balkon rumahnya. Sambil sesekali melirik jarum jak yang masih menunjukkan pukul dua siang. Sebenarnya masih ada keraguan di hati gadis itu. Di pikirannya, bagaimana mungkin Revin mengajaknya makan siang? Tapi yang terpenting adalah, cara agar Natalie berhasil menjadi matahari. Walaupun hatinya sakit. Tapi sakit hati itu biasa. Kalau tidak mengalami, bukan cinta namanya.

Dia menghirup udara sebanyak mungkin untuk menghilangkan pikiran mengenai Revin. Dia tidak ingin memikirkan hal-hal mengenai Revin untuk saat ini. Dia tahu kalau itu akan membuatnya semakin takut untuk menghadapi lelaki dingin itu.

Matanya memalingkan pandangan dari kaca balkon rumah Revin. Entah apa manfaatnya dia mengawasi kaca itu. Seakan-akan menunggu Revin keluar dan melambaikan tangan. Mungkinkah?

"What do you mean, Natalie Sanjaya?" tanya Nata kepada dirinya sendiri.
Gadis itu memutar kursinya seratus delapan puluh derajat. Dia menggelengkan kepalanya.

"Kenapa Nat?"

Natalie tersentak. Ada yang berbicara. Suara lelaki. Dari balkon seberang. Dan suara itu, Revin.

Secepat kilat dia berbalik dan mendapati Revin berdiri memegangi teralis balkonnya. Revin masih mengenakan seragam sekolah. Gayanya cool, dan tentu saja masih dengan wajah beku.

"A-apa?" Natalie sok elegan menjawab pertanyaan Revin.

Dia tampak canggung, walaupun hatinya sudah bergetar, dia tetap mencoba berani menatap mata Revin yang indah itu. Melelehkan hati.

"Lo keliatan pusing gitu." sahut Revin.
Natalie terbelalak. Dia menelan ludah, tidak tahu harus bilang apa lagi. Menghadapi lelaki dingin yang super cuek bukanlah mudah. Apalagi, Natalie yang mencoba untuk menjadi matahari.

"Sok tau." kata Nata kemudian, mengelak.

"Terserah lo deh. Gue mau masuk."
Revin berbalik dan masuk ke dalam rumahnya. Sedang Natalie hanya bisa menatap lelaki itu pergi berlalu. Natalie benar-benar bingung akan dirinya sendiri sekarang.

Baru saja. Dia menginginkan Revin masih berdiri di seberang sambil bercakap dengannya. Tapi, lidahnya kelu. Padahal, banyak yang bisa dia tanyakan kepada Revin. Termasuk, "Apa Iya Revin ngajak gue jalan?"

Natalie menepuk jidadnya. Sial. Dia benar-benar lupa menanyakan hal yang paling penting ketika diberi kesempatan. Dia benar-benar ingin lompat dari balkonnya dan mendarat sial di taman kecil rumahnya. Sangat sial.

Sebenarnya Natalie heran melihat Revin. Selain dingin, temperaturnya juga mudah berubah-ubah. Namun, walau di temperatur paling tinggi, tetap saja dia dingin dan cuek. Ini menjadi salah satu kendala bagi seorang Natalie.

Baru saja kemarin Revin menyakiti perasaannya, baru saja tadi pagi dia membuat Natalie menangis. Namun sekarang, dia dengan berani berbicara pada Natalie. Dan mengajaknya jalan. Apa itu Revin yang sebenarnya? Berubah temperatur dengan cepat dan MUNGKIN suka melihat orang kebingungan. Seperti saat ini, Natalie.
Gadis itu bangkit dan masuk ke kamarnya. Tidak ingin dia berlama-lama di balkon. Benar-benar sangat menggangu kesehatan akal sehatnya. Dia segera merebahkan diri di tempat tidurnya. Menatap langit-langit Kamarnya --atau tepatnya, membayangkan wajah Revin ada di langit-langit kamarnya--

Kalau benar sifat Revin begitu, berarti Natalie bukan hanya harus menjadi Matahari, tapi juga berusaha menjaga suhu sifat lelaki itu agar tetap hangat.

Mr. Ice (END)Where stories live. Discover now